GridHEALTH.id - Puasa adalah salah satu rukun Islam, dan sahur adalah bagian penting darinya. Ketika berbicara tentang etiket seorang Muslim yang ideal, umat muslim memiliki contoh terbaik yaitu dari Nabi Muhammad (SAW).
Demikian pula, dalam hal etika sahur, kita bisa belajar banyak dari apa yang Nabi Muhammad (SAW) sendiri lakukan atau perintahkan untuk kita lakukan.
Baca Juga: Agar Tetap Bugar Saat Puasa, Ini Kuncinya dan Makanan yang Harus Dikonsusi Saat Sahur
Sahur
Niat puasa harus dilakukan sejak malam sebelumnya seperti yang dikatakan Nabi (SAW),
“Siapapun yang tidak memutuskan untuk berpuasa sebelum fajar (fajar), dia tidak berpuasa.” (Dilaporkan oleh Abu Dawood).
Niat tidak harus diucapkan, tapi harus dilakukan di dalam hati. Ini adalah prasyarat dari semua ibadah lainnya dan tidak hanya terbatas pada puasa.
Seorang muslim harus berusaha yang terbaik agar tetap menjalankan sahur, setidaknya dengan kurma atau seteguk air.
Baca Juga: Tubuh Tetap Lemas di Siang Hari Saat Puasa, Padahah Saat Sahur Makannya Banyak, Ini Penyebabnya
Durasi sahur
Di dalam Al Qur'an, Allah berfirman “Makan dan minum sampai dapat membedakan benang putih dari benang hitam fajar” (2: 187).
Zayd Bin Thabit (RA) meriwayatkan, “Kami bersahur dengan Nabi Muhammad (SAW) kemudian dia berdiri untuk ṣalah. Sahabat bertanya, “Berapa lama waktu antara adzan dan sahur?” Nabi Muhammad (SAW) menjawab, “Jumlahnya 50 ayat” (HR Bukhari).
Hadits tersebut menunjukkan bahwa dianjurkan untuk menunda waktu sahur, tetapi tetap harus ada jeda antara sahur dan adzan Subuh. Idealnya harus ada jeda waktu seperti pembacaan 50 ayat dari Alquran.
Cara Sahur Yang Benar dan Manfaatnya
Selain niat menjalankan sunnah, sebagian besar dari kita juga makan sahur agar dapat mengatur puasa dan “bertahan hidup” hingga berbuka puasa.
Perlu diingat bahwa kita tidak ingin tubuh kita masuk ke mode kelaparan yang bisa membuat tubuh kita mengingkari manfaat fisik dari puasa.
Baca Juga: Setiap Sahur Jangan Lupa Minum Madu Murni Alami, Ini Keuntungannya
Maka sahur terbaik adalah yang memberi kita energi sepanjang hari dan umumnya memudahkan untuk mengatasi aktivitas sehari-hari dan ibadah hingga berbuka puasa.
Untuk ini perlu kombinasi karbohidrat, protein, lemak dan air untuk sahur.
Dokter, filsuf dan ahli gizi komunitas, Dr. dr, Tan Shot Yen, M Hum, berkata bahwa dalam makan sahur, kita sudah memiliki anjuran visual dari pemerintah yang disebut Isi Piringku.
Isi Piringku menganjurkan agar separuh piring hanya diisi dengan buah dan sayur.
Dokter Tan berkata bahwa pada masa pandemi virus corona ini, sayur dan buah sangat berguna karena kaya akan antioksidan.
"Katanya ingin antioksidan? Sayur dan buah antioksidannya tinggi," ujarnya.
Selain itu, sayur dan buah mengandung banyak serat, tepatnya serat yang tidak larut. Dia menjelaskan bahwa ketika serta tidak larut sampai ke usus besar, maka serat akan menjadi prebiotik.
"Prebiotik itu akan meningkatkan probiotik Anda, memberikan probiotik makanan. Probiotik sekali lagi meningkatkan kekebalan tubuh Anda," katanya.
Lantas, bagaimana dengan separuh piring sisanya? Bagi dua lagi untuk karbohidrat dan lauk.
Dokter Tan menegaskan bahwa karbohidrat yang terbaik bukanlah yang rafinasi atau karbohidrat yang diolah dengan proses yang panjang.
Karbohidrat rafinasi misalnya roti, mie, kue, bakpau dan tepung-tepungan lainnya. Menurut dia, Indonesia punya banyak sekali pilihan karbohidrat yang masih baik dan bukan rafinasi, mulai dari nasi merah, ubi, singkong, jagung hingga ganyong.
Sementara itu, untuk lauk, usahakan lauk yang tidak digoreng.
"Kenapa? karena minyak goreng itu juga rafinasi," katanya. Lauk bisa diolah dengan berbagai macam cara yang tidak membutuhkan minyak goreng, mulai dari dibuat menjadi pepes, sop, soto, garang asam, pesmol dan lain sebagainya.(*)
#berantasstunting
#HadapiCorona
#BijakGGL
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Aldita Prafitasari |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar