GridHEALTH.id - Ngemil larut malam adalah kebiasaan buruk, tetapi terbukti secara ilmiah bahwa jam internal kita terkadang menyebabkan kita mendambakan camilan manis atau asin setelah gelap. Meski nampaknya perlu, itu bisa menjadi gejala gaya hidup tidak sehat yang bisa menyebabkan obesitas
Sebuah artikel penelitian yang diterbitkan dalam jurnal literatur medis Obesity mengungkapkan bahwa jam internal kita, yang merupakan pencatat waktu untuk ritme sirkadian, mendorong kita untuk mencari makanan ringan bertepung, asin, dan manis di malam hari.
Para ilmuwan juga menyebutkan bahwa rangsangan diri ini datang sekitar jam 8 malam, biasanya sekitar waktu metabolisme kita melambat dan sekresi hormon melatonin dimulai.
Para ilmuwan berhipotesis bahwa dorongan ini disebabkan oleh respons perlindungan tubuh kita untuk menyimpan lemak pada malam hari saat kita tidak memiliki makanan.
Namun dengan gaya hidup terus-menerus seperti ini dorongan ini bisa menimbulkan bahaya pada lingkar pinggang.
Di dunia sekarang ini, kita tidak makan apa yang dimakan nenek moyang kita, jadi risiko yang harus dibayar karena ngemil larut malam untuk kesehatan mungkin lebih tinggi dari yang dikira.
Baca Juga: Senang Makan Camilan Tapi Takut Gemuk? Coba 6 Camilan Sehat Ini
Baca Juga: Hari Lanjut Usia Nasional 2021, Waspadai Malnutrisi Pada Lansia
Penyebab ilmiah yang mendasari ngemil larut malam adalah ketidakseimbangan hormon yang mengatur metabolisme neuroendokrin.
Dengan kata sederhana, sinyal kimiawi yang mengontrol nafsu makan dan metabolisme menjadi liar.
Masing-masing hormon ini memiliki peran khusus dalam mengontrol bagaimana, kapan, apa, dan berapa banyak kita makan. Memahami peran mereka dan makan dengan pengetahuan akan membantu mereka tetap terkendali, dan dengan cara ini kita mungkin tidak lagi mengidam.
Empat hormon yang mengatur pusat rasa kenyang dan metabolisme kita adalah insulin, leptin, ghrelin, dan peptida YY.
Peran spesifik mereka berbeda satu sama lain. Insulin memproses gula. Kadar insulin dalam darah melonjak setelah makan besar bermutu rendah yang penuh karbohidrat, tetapi turun setelah lonjakan cepat.
Tabrakan ini membuat kita lapar, terlepas dari kualitas apa yang kita makan. Leptin bekerja erat dengan insulin dan memberi sinyal ke otak bahwa perut sudah cukup kenyang.
Tapi masalahnya umumnya pada hormon ini, ada yang terlalu banyak tapi reseptornya tidak sensitif atau tidak cukup diproduksi untuk melewati ambang rasa kenyang, yang berarti otak bisa menjadi resisten terhadap leptin.
Baca Juga: Membersihkan Organ Intim di Masa Menstruasi Perlu Lebih Teliti, Ini Alasannya
Baca Juga: 3 Juta Orang Meninggal Setiap Tahun Karena 'Overdosis' Garam, WHO
Alasan di balik resistensi ini adalah karena banyak mengonsumsi gula, makanan olahan, dan makanan bertepung.
Ghrelin adalah hormon kelaparan dan memberi tahu otak bahwa kita harus makan. Terakhir, peptida YY diproduksi di usus dan juga memberi sinyal ke otak bahwa kita harus makan.
Bisa dibayangkan apabila tidak ada keseimbangan di antara hormon-hormon itu. Belum lagi bila menyebut kortisol, hormon stres, yang juga ada hubungannya dengan pusat rasa kenyang. Saat stres, kortisol meningkat dan kita merasa lapar dan membutuhkan gula.
Strategi kunci untuk menghentikan mengidam saat larut malam adalah dengan sarapan yang enak. Namun kebanyakan dari mereka yang makan pada malam hari terbangun dengan kenyang sehingga tidak sarapan.
Kebiasaan ini perlu dihentikan untuk makan sarapan ukuran penuh yang sehat. Pilihan terbaik adalah memilih makanan berprotein tinggi, terutama telur.
Telur yang dimaksud bukan putihnya saja, tetapi telur utud. Baik putih telur maupun kuning telurnya memiliki manfaat yang berbeda dan berharga.
Tambahkan buah, dan karbohidrat kompleks, juga protein dan lemak berkualitas baik ke dalam sarapan untuk mendapatkan semua yang dibutuhkan di pagi hari untuk memulai aktivitas. Selain itu, sarapan pagi yang tepat akan menjaga kadar gula darah dan hormon sepanjang hari.
Hindari minuman manis di pagi hari dan semua jenis minuman yang memiliki kalori untuk menjaga kestabilan kadar glukosa darah.
Baca Juga: Wanita Hamil Perlu Hati-hati Mengonsumsi Obat Depresi, Ini Alasannya
Baca Juga: Bekerja Lebih 55 Jam Per Minggu Tingkatkan Risiko Kematian, PBB
Semua minuman manis, termasuk jus buah segar, akan menyebabkan lonjakan kadar glukosa darah, dan kerusakan yang terjadi setelahnya akan menyebabkan mengidam. (*)
#berantasstunting #hadapicorona #bijakGGL
Source | : | European Journal of Endocrinology |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar