Ia kemudian menyimpulkan bahwa vitamin D3 sebenarnya sudah banyak dibuktikan dalam penelitian bermanfaat untuk menurunkan kekambuhan dan membantu mengendalikan berbagai kondisi autoimun dan alergi.
Namun demikian, tidak digunakan dalam dosis yang tinggi, biasanya tidak lebih dari 10.000 IU per hari apalagi mencapai kadar toksik dalam darah yang di D25-OH lebih dari 100 nanogram/ml.
Target yang baik adalah 50-80 nanogram/ml atau 125-200 nanomol/ml (PERHATIKAN SATUAN).
Rutin cek kadar D25-OH sebelum dan setiap 1-3 bulan bila gunakan vitamin D3 dalam dosis tinggi atau terapi (2.000 - 10.000 IU per hari).
Bila memungkinkan penyesuaian terapi dengan kadar hormon paratiroid dan kalsium daram bisa menjadi bahan evaluasi dokter yang merawat.
Namun bagaimana dengan orang-orang yang tidak bermasalah autoimun menggunakan vitamin D dosis tinggi?
Baca Juga: Kekurangan Protein Selama Kehamilan Berisiko Timbulkan Masalah Ginjal Pada Anak Kelak, Studi
Untuk orang yang tidak dengan kondisi autoimun, dr. Stevant menilai manfaat dari sinar matahari bukan hanya untuk vitamin D saja.
Manfaat dari sinar matahari adalah untuk menjaga irama sirkadian kita.
"Jadi dibandingkan kita sibuk untuk mencari vitamin D dosis tinggi, keluarlah antara jam 7-9 pagi kena sinar matahari, sambil berolahraga," imbaunya.
Jadi akan lebih baik jika orang yang tidak bermasalah dengan kondisi autoimun untuk menghindari penggunaan vitamin D dosis tinggi.
"Sehingga dibandingkan dengan mendapatkan viamin D dosis tinggi, lebih baik bagaimana kita fokus untuk mendapatkan sinar matahari yang cukup, berolahraga dengan teratur, punya hati yang gembira dan tentunya kita akan menjadi lebih sehat," pungkasnya.(*)
Baca Juga: Waspada Keracunan Vitamin D Karena Suplemen Vitamin D Dosis Tinggi
#berantasstunting
#hadapicorona
#BijakGGL
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar