1. Pembekuan darah
Pasien yang menderita gejala berat akibat akibat Covid-19 memiliki risiko lebih tinggi mengalami pembekuan darah.
Hal ini diduga karena adanya kerusakan pada pembuluh darah, baik yang disebabkan langsung oleh virus maupun sebagai akibat dari respon imun tubuh terhadap infeksi tersebut.
Tergantung di mana di dalam tubuh, pembekuan darah itu terjadi dan dapat menyebabkan masalah serius, contohnya seperti trombosis vena dalam, lepasnya bekuan darah di pembuluh darah di paru-paru (pulmonary embolism), serangan jantung atau stroke.
2 Gangguan irama jantung
Covid-19 dapat menyebabkan detak jantung menjadi cepat atau tidak teratur.
Denyut nadi pasien meningkat sebagai respons terhadap demam atau peradangan karena jantung bekerja lebih keras untuk memompa lebih banyak darah ke seluruh tubuh untuk melawan infeksi.
Beberapa orang melaporkan kasus palpitasi atau jantung berdetak lebih cepat, bahkan setelah infeksi Covid-19 telah teratasi.
Bagi sebagian orang, ini menjadi tanda Long Covid (gejala sisa yang menetap).
Hal ini adalah masih terus diteliti, tetapi diperkirakan bahwa hal ini disebabkan oleh virus dan respons imun terhadap virus yang mempengaruhi sistem saraf otonom.
Ini adalah bagian dari sistem saraf yang bekerja secara otomatis untuk mengatur beberapa proses penting di tubuh, seperti tekanan darah, detak jantung dan laju pernapasan.
3. Kerusakan jantung
Jika peradangan Covid-19 cukup parah hingga merusak paru-paru, hal tersebut dapat mengurangi jumlah oksigen yang mencapai jantung.
Karena virus dan respons imun tubuh juga dapat merusak sel-sel yang melapisi pembuluh darah.
Hal ini menyebabkan pembekuan di pembuluh darah yang memasok paru-paru dan membatasi suplai oksigen dan nutrisi ke jantung.
Tuntutan kerja tambahan pada jantung ini, ditambah dengan kekurangan oksigen dan nutrisi, dapat menyebabkan kerusakan pada otot jantung.
Pasien dengan kasus Covid-19 gejala berat dapat mengalami kerusakan otot jantung (seperti yang ditunjukkan oleh tes darah dan Elektrokardiogram) memiliki risiko kematian yang lebih tinggi.
Baca Juga: Jangan Bangga Dulu, Pinggul Ramping Menyimpan Risiko Diabetes dan Serangan Jantung, Studi
Source | : | Kontan.co.id,Insidescience.org |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar