GridHEALTH.id - Infeksi virus corona (Covid-19) diketahui merupakan penyakit infeksi yang menyerang sistem pernapasan manusia.
Dimana Covid-19 akan menyerang seluruh bagian paru-paru pasien yang tertular.
Virus corona menyerang sepanjang saluran pernapasan mulai dari rongga hidung, mulut, langsung ke paru-paru sampai ke gelembung-gelembung akhir paru.
Dikutip dari insidescience.org (08/06/2021), salah satu ciri dari infeksi Covid-19 parah adalah kerusakan yang dapat terjadi pada paru-paru, yang dapat meninggalkan bekas luka dan dapat menyebabkan masalah jangka panjang.
Meski demikian, faktanya Covid-19 juga ternyata dapat mempengaruhi kesehatan jantung.
Kondisi ini dapat diperparah jika pasien sebelum terpapar Covid-19 mempunyai komorbid jantung.
Menurut tim Mayapada Healthcare yang dilansir dari Kontan.co.id (14/8/2021), seseorang dengan komorbid jantung berisiko lebih tinggi terkena komplikasi Covid-19 atau bahkan mengalami perburukan lebih cepat karena rusaknya endotelium (lapisan dalam pembuluh darah).
Namun, virus ini juga dapat menyebabkan komplikasi jantung dan peredaran darah pada mereka yang tidak memiliki penyakit jantung.
Berikut gangguan jantung yang bisa dialami oleh pasien Covid-19:
Baca Juga: Vaksin Covid-19 Untuk Komorbid Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
1. Pembekuan darah
Pasien yang menderita gejala berat akibat akibat Covid-19 memiliki risiko lebih tinggi mengalami pembekuan darah.
Hal ini diduga karena adanya kerusakan pada pembuluh darah, baik yang disebabkan langsung oleh virus maupun sebagai akibat dari respon imun tubuh terhadap infeksi tersebut.
Tergantung di mana di dalam tubuh, pembekuan darah itu terjadi dan dapat menyebabkan masalah serius, contohnya seperti trombosis vena dalam, lepasnya bekuan darah di pembuluh darah di paru-paru (pulmonary embolism), serangan jantung atau stroke.
2 Gangguan irama jantung
Covid-19 dapat menyebabkan detak jantung menjadi cepat atau tidak teratur.
Denyut nadi pasien meningkat sebagai respons terhadap demam atau peradangan karena jantung bekerja lebih keras untuk memompa lebih banyak darah ke seluruh tubuh untuk melawan infeksi.
Beberapa orang melaporkan kasus palpitasi atau jantung berdetak lebih cepat, bahkan setelah infeksi Covid-19 telah teratasi.
Bagi sebagian orang, ini menjadi tanda Long Covid (gejala sisa yang menetap).
Hal ini adalah masih terus diteliti, tetapi diperkirakan bahwa hal ini disebabkan oleh virus dan respons imun terhadap virus yang mempengaruhi sistem saraf otonom.
Ini adalah bagian dari sistem saraf yang bekerja secara otomatis untuk mengatur beberapa proses penting di tubuh, seperti tekanan darah, detak jantung dan laju pernapasan.
3. Kerusakan jantung
Jika peradangan Covid-19 cukup parah hingga merusak paru-paru, hal tersebut dapat mengurangi jumlah oksigen yang mencapai jantung.
Karena virus dan respons imun tubuh juga dapat merusak sel-sel yang melapisi pembuluh darah.
Hal ini menyebabkan pembekuan di pembuluh darah yang memasok paru-paru dan membatasi suplai oksigen dan nutrisi ke jantung.
Tuntutan kerja tambahan pada jantung ini, ditambah dengan kekurangan oksigen dan nutrisi, dapat menyebabkan kerusakan pada otot jantung.
Pasien dengan kasus Covid-19 gejala berat dapat mengalami kerusakan otot jantung (seperti yang ditunjukkan oleh tes darah dan Elektrokardiogram) memiliki risiko kematian yang lebih tinggi.
Baca Juga: Jangan Bangga Dulu, Pinggul Ramping Menyimpan Risiko Diabetes dan Serangan Jantung, Studi
4. Peradangan otot dan lapisan jantung
Dalam sejumlah kecil kasus yang parah, Covid-19 dapat menyebabkan peradangan pada otot jantung (miokarditis) dan lapisan jantung (perikarditis).
Miokarditis dan perikarditis juga dapat disebabkan oleh infeksi virus lain, bukan hanya Covid-19.
Menurut penelitian, kerusakan pada jantung ini dapat disebabkan oleh sistem kekebalan yang bereaksi berlebihan terhadap infeksi/peradangan.
Sebagai contoh, para peneliti di University of Cambridge telah menyelidiki bagaimana sitokin (molekul yang digunakan sel-sel dalam sistem kekebalan Anda untuk berkomunikasi satu sama lain, yang diketahui terlibat dalam peradangan) ditemukan dapat mencegah sel otot jantung bekerja dengan baik.
Sementara banyak orang dapat mengalami cedera ringan pada jantung tanpa gejala apapun, dalam beberapa kasus, kondisi ini dapat menyebabkan sesak napas, nyeri dada atau irama jantung yang tidak normal.
Jika merasakan gejala-gejala ini, pasien harus segera mencari pertolongan medis
5. Sindrom Takotsubo (sindrom patah hati)
Sindrom Takotsubo, kadang-kadang dikenal sebagai "sindrom patah hati".
Ini terjadi ketika ruang pompa kiri jantung dengan cepat berubah bentuk dan menjadi lebih besar, melemahkan jantung sehingga kurang mampu memompa darah ke seluruh tubuh.
Sindrom Takotsubo sering terjadi sebagai respons terhadap peristiwa emosional atau stres.
Menurut dr Ayuthia Putri Sedyawan, B.Med.Sc, SpJP, FIHA, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Mayapada Hospital, pada atlit yang terlatih, jantung atlit rata-rata memiliki ukuran yang lebih tebal dari orang normal biasanya.
Jantung para atlit sudah terlatih dan optimal untuk menyuplai darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh dalam kondisi istirahat maupun berolahraga.
Namun, penting untuk para atlit dan para penyintas Covid-19 yang sudah sembuh, memeriksakan diri secara menyeluruh sebelum kembali dan siap untuk beraktivitas fisik yang berat.
Dengan pemeriksaan yang menyeluruh serta perawatan yang tepat di tangan ahlinya, pasien penyintas Covid-19 dapat sembuh secara maksimal dan melakukan aktivitasnya kembali seperti sedia kala.(*)
Baca Juga: 4 Masalah Kesehatan Jika Tiap Hari Santap Menu Ayam Goreng, Salah Satunya Serangan Jantung
#berantasstunting
#hadapicorona
#BijakGGL
Source | : | Kontan.co.id,Insidescience.org |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar