GridHEALTH.id - Program vaksinasi Covid-19 saat ini sedang berjadalan di seluruh dunia.
Pemerintah di negara-negara di dunia saat ini sedang menjalankan program vaksinasi Covid-19 bagi warganya.
Baca Juga: Karena Melakukan 6 Hal Ini, Efektivitas Masker Bisa Hilang Seketika
Umumnya saat ini semua negara sudah menjalankan program vaksinasi Covid-19 dosis ke satu atau suntikan pertama.
Sudah banyak juga yang sedang menjalankan program vaksinasi suntikan ke dua, seperti halnya di negara kita, Indonesia.
Malah saat ini sudah banyak pembicaraan akan ada suntikan booster untuk vaksinasi Covid-19.
Di Indonesia sendiri, vaksinasi booster sudah dilakukan.
Tahap pertama hanya diperuntukan bagi tenaga kesehatan (Nakes).
Untuk masyarakat umum tidak ada.
Tapi beberapa waktu lalu Menkes Budi Gunadi Sadikin, dalam Rapat Kerja dengan Komisi IX DPR yang disiarkan di chanel Youtube DPR RI, Rabu (25/8/2021), mengatakan ada rencana pemberian vaksinasi Covid-19 booster bagi masyarakat umum.
Kemungkinan vaksinasi Covid-19 booster tersebut mulai bisa dilakukan pada awal tahun depan, 2022.
Baca Juga: 3 Vaksin Covid-19 Baru yang Sudah Mendapat Ijin BPOM, Ini Efikasi dan KIPI-nya
"Di Januari (2022) sudah selesai semua, di awal tahun depan kita sudah mulai suntikan ketiga (booster)," ujarnya.
Menurut Budi, rencana pemberian vaksin booster untuk masyarakat ini sudah didiskusikan dengan presiden Joko Widodo (Jokowi).
Hanya saja vaksinasi Covid-19 booster yang rencananya akan dilangsungkan awal tahun depan tidak gratis seperti program vaksinasi Covid-19 yang saat ini sedang berjalan.
Jadi vaksinasi Covid-19 booster di tahun depan itu berbayar.
Hanya penerima bantuan iuran (PBI) BPJS Kesehatan yang dibayarkan oleh negara.
Baca Juga: Vaksin Covid-19 Booster Dosis ke 3 Untuk Masyarakat Umum Berbayar, Menkes; 'Harga Rp 100 ribuan'
Berbicara mengenai vaksinasi Covid-19 booster, menurut Kepala ilmuwan WHO, Soumya Swaminathan, belum ada bukti yang mendukung perlunya booster vaksin Covid-19 bagi mereka yang telah menerima vaksin Covid-19 lengkap, hingga suntikan ke 2.
Diriny apun tidak menampik, bisa saja di masa mendatang ada hasil penelitian yang menyatakan vaksinasi Covid-19 booster dibutuhkan.
Tapi lagi-lagi, jelasnya, “harus berdasarkan ilmu pengetahuan dan data, bukan pada masing-masing perusahaan yang menyatakan bahwa vaksin mereka perlu diberikan sebagai dosis booster.”
Pandangan lain mengenai vaksinasi Covid-19 booster datang dari Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Baca Juga: Teknologi Canggih di Rumah Sakit Berikan Pelayanan Prima Bagi Pasien
Menurutnya dalam konferensi virtual, Senin (12/7/2021), negara-negara kaya seharusnya tidak memesan suntikan penguat untuk warganya yang sudah divaksin lengkap, dua kali suntikan.
Sebab hal itu akan membuat terjadinya kesenjangan tingkat vaksinasi disetiap negara, dan membuat upaya menekan laju pandemi Covid-19 di dunia semakin sulit.
“Varian Delta menyebar di seluruh dunia dengan kecepatan tinggi, mendorong lonjakan baru dalam kasus dan kematian Covid-19," kata Tedros dilansir dari Kontan.co,id (13/7/2021).
“Ada kesenjangan yang tajam dalam pasokan dan akses ke vaksin Covid-19 di dunia. Beberapa negara dan wilayah telah memesan jutaan dosis vaksin sebagai suntikan penguat (booster), padahal masih ada negara yang belum punya cukup pasokan untuk menyuntik tenaga kesehatan dan orang-orang yang paling rentan,” kata Tedros mengingatkan.
Baca Juga: Sertifikat Vaksin Covid-19 Belum Muncul di Aplikasi PeduliLindungi? Ini Solusinya
Malah dalam kesempatan tersebut dengan tegas Tedros mengkritik Pfizer dan Moderna yang menawarkan vaksin keduanya sebagai suntikan penguat di negara-negara dengan tingkat vaksinasi yang tinggi.
Lalu Tedros pun mengatakan kepada kedua farmasi raksasa tersbeut, seharusnya mengalokasikan produksi mereka ke Covax, yang menyediakan platform untuk membagikan vaksin secara merata ke negara dengan penghasilan pas-pasan hingga negara miskin.(*)
Baca Juga: River Blindness, Kebutaan yang Disebabkan Parasit, Muncul di Negara Tropis
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar