GridHEALTH.id - Baru-baru ini, sebuah studi di India menemukan penurunan besar dalam antibodi Covid-19 dalam kurun waktu 4 bulan setelah vaksinasi.
Dikutip dari Reuters, sebuah penelitian terhadap 614 petugas kesehatan yang divaksinasi penuh di India menemukan penurunan "signifikan" dalam antibodi penangkal Covid-19 mereka dalam 4 bulan sejak suntikan pertama.
Baca Juga: ASI Dianggap Sudah Berkurang saat Usia 6 Bulan, Begini Cara Menyeimbangkan Pemberian ASI dan MPASI
Di antara peserta ini, 308 (50,2%) adalah penerima vaksin Covishield dan sisanya 306 (49,8%) menggunakan vaksin Covaxin.
Sebanyak 81 kasus terobosan tercatat di antara peserta kohort yang infeksi pasca vaksinasi bertindak sebagai booster.
Sisanya 533 petugas kesehatan tanpa riwayat infeksi pasca vaksinasi menunjukkan penurunan antibodi yang signifikan baik dari T3 (penerima Covaxin) atau T4 (penerima Covishield).
Baca Juga: Mengobati Campak Jerman, Penyakit Menular Akibat Infeksi Virus
Tetapi studi di India, yang diterbitkan di platform pracetak Research Square belum ditinjau oleh rekan sejawat atau masih dalam tahap prescreen.
Namun akibat studi tersebut, pemerintah India tengah mempertimbangkan, apakah akan memberikan vaksin booster seperti yang telah dilakukan beberapa negara Barat.
Sebagai pembanding, justru lebih banyak studi lain yang menyatakan vaksin Covid-19 dapat merangsang pembentukan imunitas (antibodi) sistem imun di dalam tubuh.
Sementara itu di Indonesia, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi menyebutkan, tubuh akan kembali membentuk antibodi meski terjadi penurunan titer.
"Antibodi bisa turun tapi selama ada sel memori yang mengingat antigen Covid-19, begitu tertular virus Covid-19, tubuh akan membentuk kembali antibodi untuk memberikan perlawanan," ujarnya, Kamis (5/8/2021).
Baca Juga: Bioskop Kembali Dibuka, Begini Aturan Nonton Film Selama PPKM Level 2-3
Vaksin membentuk sistem imun yang bersifat adaptif yang didalamnya terdapat sel memori dan antibodi.
"Sel memori akan bekerja dan merespons apabila terjadi paparan terhadap antigen Covid-19. Dengan adanya sistem imun yang adaptif, ia akan lebih sigap dan lebih cepat menetralisir ketika virus masuk," jelas Nadia.
Lapor Covid-19 juga mengingatkan bahwa alasan vaksin booster diberlakukan adalah untuk melindungi para tenaga kesehatan. Merekalah yang harusnya mendapatkan vaksin ketiga ini, diikuti para lansia. Jadi belum perlu untuk masyarakat umum di Indonesia.
Ini diperkuat dengan pernyataan bahwa penguat vaksin Covid-19 tidak dibutuhkan secara luas, kata sekelompok ilmuwan internasional yang dikoordinir oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam sebuah laporan baru di jurnal medis.
Baca Juga: Hari Keamanan Pangan Sedunia: 10 Makanan Tidak Boleh Ditaruh di Kulkas
Laporan tersebut, yang diterbitkan di The Lancet pada hari Senin (13/09/2021), menyimpulkan bahwa bahkan dengan ancaman varian Delta yang lebih menular, dosis booster untuk populasi umum tidak sesuai alias belum diperlukan pada tahap pandemi ini. (*)
View this post on Instagram
#hadapicorona
Source | : | Reuters,Kemenkes RI |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar