GridHEALTH.id - Tahu kah, sepanjang pandemi Covid-19, SARS-CoV-2 — virus yang menyebabkan COVID-19 — telah banyak bermutasi.
Salah satu mutaisnya, varian yang disebut B.1.1.7 alias varian Alpha, telah mengalami mutasi jauh lebih cepat daripada yang diperkirakan para ilmuwan.
Varian Alpha ini memiliki 17 mutasi berbeda dalam kode genetiknya.
Delapan dari mutasi itu terjadi di bagian penting virus, yang disebut protein lonjakan, yang menjangkau dan mengikat sel manusia selama tahap awal infeksi.
Mengenai hal ini para ilmuwan telah mempelajari beberapa mutasi yang terjadi pada B.1.1.7, dan hal itu menjadi perhatian.
Satu mutasi, yang disebut N501Y, membuat virus mengikat lebih erat ke sel manusia.
Mutasi ini juga muncul, secara independen, dalam varian yang menyebar dengan cepat di Afrika Selatan.
Mutasi lain, yang disebut D614G, membuat virus lebih mudah menular.
Baca Juga: Gejala Penyakit Infeksi Pertusis, Batuk 100 Hari yang Sangat Menular
B.1.1.7 alias varian Alpha juga berisi penghapusan kecil dalam kode genetik virus, yang disebut 69-70del, dan penghapusan itu membantu varian baru menghindari sistem kekebalan tubuh pada beberapa orang.
Varian Alpha Tidak Lebih Menular dan Membuat Lebih Parah
Apakah itu artinya B.1.1.7 lebih menular daripada bentuk virus lainnya? "Tidak ada bukti kuat, tetapi tampaknya kemungkinan besar," kata ahli biokimia Jeremy Luban di University of Massachusetts Medical School, dikutip dari NPR.org (22/12/2020).
"Jadi, jika seseorang bersin di dalam bus, varian baru lebih mungkin menginfeksi orang lain daripada bentuk virus sebelumnya," lanjutnya.
Seberapa cepat virus menyebar tergantung pada banyak faktor, termasuk perilaku masyarakat dalam suatu komunitas.
Artinya, apakah mereka memakai masker, menjaga jarak fisik dan menghindari pertemuan besar.
Faktor-faktor itu bisa lebih penting daripada apakah B.1.1.7 tiba di suatu komunitas, kata pakar virus Pei-Yong Shi di Cabang Medis Universitas Texas.
"Dengan semua intervensi manusia ini, sulit untuk memprediksi jalannya pandemi."
Saru hal yang harus dicatat, sejauh ini varian baru tampaknya tidak menyebabkan penyakit yang lebih parah.
Para ilmuwan belum mengetahui secara pasti karena varian ini baru muncul, namun sejauh ini, orang yang terkena B.1.1.7 tampaknya tidak semakin sakit.
"Sama sekali tidak ada bukti bahwa virus [varian] ini lebih mematikan," kata Luban.
"Sama sekali tidak ada yang menyarankan itu, dan saya tidak berpikir siapa pun yang saya kenal khawatir tentang kemungkinan itu," tegasnya.
Penularan Melalui Udara
Mengenai jalan penularannya sendiri, ada yang menyebut varian Alpha ini lebih banyak di udara.
Baca Juga: Kunci Sukses PTM Saat Pandemi Covid-19, Cegah Terjadinya Klaster Sekolah
Para peneliti, melansir Tribunnews (23/09/2021), menemukan bahwa pasien yang terinfeksi Covid-19 varian Alpha, mengeluarkan virus 43 hingga 100 kali lebih banyak ke udara dibandingkan orang yang terinfeksi virus corona versi asli (SARS-Cov-2) yang kali pertama ditemukan di Wuhan, China.
Faktor yang mendorong lebih banyaknya penyebaran yang dilakukan varian Alpha ke udara adalah karena fakta bahwa pasien yang terinfeksi Alpha telah meningkatkan jumlah virus pada usap hidung dan air liurnya.
Menurut laporan yang diterbitkan dalam Clinical Infectious Diseases, jumlah virus yang diembuskan 18 kali lebih banyak dibandingkan yang dapat dijelaskan oleh viral load yang lebih tinggi.
Baca Juga: Kunci Sukses PTM Saat Pandemi Covid-19, Cegah Terjadinya Klaster Sekolah
Mengenai hal tersebut kita harus mengetahui, beberapa patogen pernapasan memang diketahui menyebar melalui aerosol pernapasan kecil, yang dapat mengapung dan bergerak dalam aliran udara, menginfeksi orang yang menghirupnya dalam jarak pendek dan jauh dari orang yang terinfeksi.
Para penulis jurnal ilmiah 'Airborne transmission of respiratory viruses', yang dipublikasikan Science.org (27 Aug 2021 • Vol 373, Issue 6558), menyebutkan penularan melalui udara mungkin merupakan bentuk penularan yang dominan untuk beberapa patogen pernapasan, termasuk SARS-CoV-2.
Penularan melalui udara secara tradisional didefinisikan sebagai inhalasi aerosol infeksius atau “droplet nuclei” yang lebih kecil dari 5 m dan terutama pada jarak >1 hingga 2 m dari individu yang terinfeksi, dan penularan tersebut dianggap hanya relevan untuk “penyakit yang tidak biasa”.
Baca Juga: Ditemukan 25 Klaster Covid-19 PTM Terbatas di Jakarta, Jakbar Terbanyak
Namun, ada bukti kuat yang mendukung penularan melalui udara dari banyak virus pernapasan, termasuk virus corona sindrom pernapasan akut parah (SARS-CoV), sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS)-CoV, virus influenza, rhinovirus manusia, dan virus pernapasan syncytial (RSV)
Jadi penularan melaui udara pada varian Alpha sama seperti varian lainnya.
Penularan melalui udara pun bisa terjadi jika ukuran antara aerosol dan tetesan harus 100 m, yang mewakili ukuran partikel terbesar yang dapat tetap tersuspensi di udara diam selama lebih dari 5 detik dari ketinggian 1,5 m, biasanya mencapai jarak 1 sampai 2 m dari emitor (tergantung pada kecepatan aliran udara yang membawa aerosol), dan dapat dihirup.
Penyebaran virus di udara pun dipengaruhi oleh sifat fisikokimia aerosol itu sendiri dan faktor lingkungan, termasuk suhu, kelembaban relatif, radiasi ultraviolet, aliran udara, dan ventilasi ruangan.(*)
Source | : | NPR.org - virus,Tribunnews - virus,Science.org - virus |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar