GridHEALTH.id - Hingga saat ini, 2022, munculnya gelombang ke 3 pandemi Covid-19 masih menjadi momok yang dikhawartirkan banyak masyarakat.
Karenanya prihal gelombang ke 3 pandemi Covid-19 di Indonesia informasinya selalu dicari, tapi berharap hal tersebut tidak terjadi.
Apalagi saat ini, dimana kasus varian Omicron terus meningkat di Indonesia, terlebih di ibu kota DKI Jakarta.
Prihal gelombang ke 3 pandemi Covid-19, salah satu pakar kesehatan masyarakat dari Universitas Indonesia, Pandu Riono, mempunyai pendapat yang melegalkan.
Menurutnya penanganan pandemi COVID-19 di tanah air sudah membaik.
Bahkan, Pandu Riono menyebutnya penanganan [andemi Covid-19 di Indonesia dalam transisi yang terkendali.
Kondisi Pandemi Covid-19 di Indonesia
Menurutnya, “Lockdown bukan solusi tetapi buying time, setelah Agustus penurunan luar biasa dan sampai sekarang ndak ada lonjakan,” kata Pandu dalam sebuah diskusi daring rilis survei, Minggu (9/1), dikutip dari Kumparan.com (9/1/2022).
Karena kondisi Indonesia seperti saat ini, pandemi Covid-19 terkendali dengan baik, “Dunia bertanya kenapa Indonesia bisa seperti itu," papar Pandu Riono.
Baca Juga: Puncak Varian Omicron di Indonesia, Tidak Ada Gejala Ringan, di China Sudah Gerak Cepat
Hal itu bisa terjadi, lanjut Pandu Riono, pastinya bukan karena keajaiban, karena penduduk Indonesia akhirnya punya kekebalan baik dari vaksinasi maupun pernah terinfeksi.
Dicontohkan Pandu, hampir 50 persen penduduk DKI sudah punya kekebalan. Sebagian besar sudah dilakukan vaksinasi oleh pemerintah.
“Saya pernah bilang kita beruntung sebagai bangsa sebagian penduduk Indonesia divaksinasi oleh Tuhan kemudian dibooster oleh Pemerintah, (oleh) Jokowi,” seloroh Pandu.
Lebih lanjut, bagi Pandu, giat vaksinasi Jokowi dan semua menteri ikut mencari vaksin layak diapresiasi. Sebab, dampaknya saat ini bisa dirasakan.
“Pada saat natal saya sudah membaca itu kenapa pemerintah mau melakukan PPKM level 3, saya bilang enggak perlu. Saya protes keras. Semua epidemiolog mengatakan ada gelombang ketiga, tidak ada saya bilang. Kenapa kok begitu, karena saya yakin dengan data yang saya miliki di DKI dan itu berlaku di seluruh Indonesia angkanya ndak jauh beda,” tegas Pandu.+
Untuk diketahui, perubahan kebijakan PPKM level 3 di seluruh RI saaat natru kemarin sebagai langkah mencegah lonjakan kasus COVID-19 seperti di Akhir tahun 2020 lalu.
Namun, pemerintah akhirnya membatalkan kebijakan tersebut, sejumlah daerah bahkan menuai kerumunan, mobilitas warga tak terbendung.
Menciptakan Herd Immunity
Untuk diketahui pengendalian pandemi Covid-19 perlu adanya herd immunity.
Baca Juga: Ilmuwan Siprus Laporkan Kasus Covid-19 Gabungan Omicron dan Delta
Ini adalah ketika sebagian besar populasi kebal terhadap penyakit menular tertentu sehingga memberikan perlindungan tidak langsung atau kekebalan kelompok bagi mereka yang tidak kebal terhadap penyakit menular tersebut.
Misalnya, jika 80% populasi kebal terhadap suatu virus, empat dari setiap lima orang yang bertemu seseorang dengan penyakit tersebut tidak akan sakit dan tidak akan menyebarkan virus tersebut lebih jauh.
Dengan cara ini, penyebaran penyakit tersebut dapat dikendalikan. Bergantung pada seberapa menular suatu infeksi, biasanya 70% hingga 90% populasi membutuhkan kekebalan untuk mencapai kekebalan kelompok.
Untuk mendapatkan kekebalan kelompok, melansir InfeksiEmerging.Kemkes.go.id, ada dua cara, yaitu;
* Sebagian besar penduduk terinfeksi
* Sebagian besar mendapatkan perlindungan dari vaksin.
Tapi kita harus tahu juga, pengalaman dari beberapa penyakit menular infeksi tanpa vaksin bukan cara yang efektif untuk mencapai kekebalan kelompok, terutama pada penyakit yang menyebabkan keparahan dan kematian yang tinggi.
Hal Ini disebabkan karena walaupun banyak orang dewasa telah mengembangkan kekebalan karena infeksi sebelumnya, penyakit ini masih dapat menyebar di kalangan anak-anak dan masih dapat menginfeksi mereka yang memiliki sistem kekebalan yang lemah.
Vaksin Paling Efektif Sampai Saat Ini
Baca Juga: Nyeri Ulu Hati Karena Mengalami Heartburn, Begini 8 Cara Meredakannya
Selain itu, virus lain (seperti flu) bermutasi seiring waktu sehingga antibodi dari infeksi sebelumnya hanya memberikan perlindungan untuk jangka waktu yang singkat, tidak seumur hidup mereka.
Jadi perlindungan dari vaksin merupakan cara yang efektif untuk mencapai kekebalan kelompok.
Contohnya adalah pada pengendalian penyakit gondongan, polio, dan cacar air yang merupakan penyakit menular yang dulunya sangat umum tetapi sekarang sudah jarang ditemukan di Indonesia.
Kenapa? Karena sebagian besar penduduk di Indonesia sudah mendapatkan perlindungan dari vaksin yang membantu membangun kekebalan kelompok.
Asal tahu saja, seringkali terjadinya KLB penyakit menular (yang dapat dicegah dengan pemberian vaksin) ditemukan di kelompok masyarakat dengan cakupan imunisasi (pemberian vaksin) yang rendah, sehingga mereka tidak memiliki kekebalan kelompok terhadap penyakit menular tersebut.
Jadi dalam kasus pandemi Covid-19 ini, yang sudah terjadi sejak 2020 di Indonesia, untuk mendapatkan kekebalan kelompok yang optimal Indonesia akan membutuhkan setidaknya 70% populasi kebal untuk mendapatkan kekebalan kelompok.
Jika dipilih cara “mendapatkan infeksi” untuk mencapai kekebalan kelompok, maka jumlah orang yang terinfeksi menjadi sangat banyak.
Apalagi COVID-19 berisiko tinggi pada lansia dan orang yang memiliki sistem kekebalan yang lemah, serta tingkat kematian di Indonesia sekitar 6% ( Data Per 25 Mei 2020). Sangat tidak efektif bila kita memilih cara tersebut.
Perlindungan dari vaksin merupakan cara yang efektif dalam mencapai kekebalan kelompok.
Baca Juga: Nyeri Punggung Sembuh, Pengakuan Kakek 85 Tahun yang 12 Kali Divaksin Covid-19
Menunggu Vaksin Covid-19 Efektif
Saat ini para ahli dan ilmuwan sedang bekerja keras untuk mengembangkan vaksin yang efektif. Oleh karena itu kita harus terus melakukan tindakan pencegahan penularan dari COVID-19 hingga vaksin yang sangat efektif telah dikembangkan, diuji, dan diproduksi secara massal.
Jika kita tidak melakukan cara pencegahan yang disarankan oleh pemerintah, seperti menjaga jarak fisik dan tindakan pencegahan lainnya untuk memperlambat penyebaran SARS-CoV-2, virus dapat menginfeksi banyak orang dalam hitungan beberapa bulan.
Ini akan membuat rumah sakit kita kewalahan dan menyebabkan tingkat kematian yang tinggi.
Agar hal tersebut tidak terjadi, kita harus mempertahankan bahkan mengurangi tingkat infeksi yang terjadi saat ini sampai vaksin yang efektif tersedia.
Untuk ini dibutuhkan upaya bersama dari seluruh masyarakat dengan terus melakukan cara pencegahan yang disarankan pemerintah.(*)
Baca Juga: 5 Masalah Mulut yang Kerap Dialami Penyandang Diabetes, Terutama yang Merokok
Source | : | kumparan.com,Infeksiemerging.kemkes.go.id |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar