Studi tersebut membandingkan kebiasaan olahraga dengan tingkat kematian di antara lebih dari 63.000 pria dan wanita antara tahun 1994 dan 2012.
Ditemukan bahwa dibandingkan dengan orang tidak aktif yang tidak pernah berolahraga, mereka yang melakukan sejumlah olahraga memiliki risiko kematian sekitar 30% lebih rendah.
Yang paling penting adalah mencapai ambang batas yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia yaitu 150 menit aktivitas sedang atau 75 menit aktivitas berat, baik menit tersebut dibagi antara satu, dua, atau enam latihan per minggu.
Tetapi hindari overtraining karena dapat memperlambat kemajuan atau bahkan menjadi bumerang.
Harus ada periode istirahat dan pemulihan di antara latihan untuk memungkinkan otot pulih dari kemungkinan kerusakan yang diderita selama latihan sebelumnya.
Hari istirahat juga penting untuk menghindari sindrom overtraining atau kelelahan, yang terjadi ketika seseorang melatih tubuh mereka di luar kemampuannya untuk pulih.
Latihan berlebihan dapat menurunkan tingkat kebugaran, memengaruhi kinerja secara negatif, dan menyebabkan cedera.
Terlalu banyak olahraga tanpa istirahat yang cukup di antaranya dapat menyebabkan penurunan kadar testosteron dan peningkatan kortisol, hormon stres.
Baca Juga: Penyakit Jantung Mungkin Muncul Pasca Sembuh dari Covid-19, Ini 7 Tanda yang Harus Diwaspadai
Baca Juga: Gangguan Pendengaran Bisa Terjadi pada Penyandang Diabetes Lansia
Baca Juga: Parasetamol Trending di Twiter Jadi Obat Pereda Nyeri Sejuta Umat, Hati-hati dengan Efek Sampingnya
Perubahan hormonal ini dapat menyebabkan hilangnya jaringan otot, penambahan berat badan, dan kelebihan lemak perut. Selain itu, kelelahan mental atau fisik dapat membuat sulit untuk tetap termotivasi untuk berolahraga.(*)
Source | : | Health Line,JAMA Internal Medicine,Journal of American Medical Association |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar