Para ilmuwan percaya bahwa tidak ada vaksin yang 100% efektif dan sebenarnya mereka tidak perlu melakukannya.
Bahkan 70 % efektivitas vaksin akan bermanfaat dan mencegah infeksi baru. Sementara kita menunggu vaksin mulai digunakan, mari kita jelaskan infeksi HIV dan kemungkinan tindakan pencegahannya.
HIV adalah virus yang diketahui mengubah sistem kekebalan. Ini meningkatkan kemungkinan kita terkena berbagai penyakit dan kondisi dengan mudah daripada mereka yang tidak terinfeksi.
Virus sebenarnya merusak sistem kekebalan tubuh dengan menargetkan sel-sel kekebalan yang disebut sel T (sel darah putih yang bertanggung jawab untuk mendeteksi infeksi dan kesalahan dalam sel) dan mengganggu kemampuannya untuk melawan unsur-unsur asing.
Gejala infeksi tergantung pada fasenya. Jika sudah terkena infeksi sebulan yang lalu, akan terlihat tanda-tanda seperti demam, sakit kepala, nyeri otot, sakit tenggorokan, pembengkakan getah bening.
Jika belum disadari dan mendapatkan diagnosis serta pengobatan, penderita mengalami pembengkakan kelenjar getah bening yang terus-menerus.
Kemudian, kita juga bisa mengalami penurunan berat badan yang ekstrem, herpes zoster, diare, kelelahan terus-menerus, dll.
Dalam waktu sekitar 10 tahun, infeksi HIV yang tidak diobati dapat berkembang menjadi AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) yang paling mematikan.
Baca Juga: Seks di Usia Lansia, Tetap Berisiko Penyakit Menular Seksual Jika Tak Menerapkan Safe Sex
Baca Juga: Wanita Miliki Risiko 4 Kali Lebih Besar Terkena Varises, Ketahui Tanda dan Penyebabnya
Ini adalah tahap paling lanjut, ketika sistem kekebalan menjadi rusak parah. Pada tahap ini, kita mungkin mengalami gejala seperti demam berulang, ruam kulit, diare kronis, berkeringat di malam hari, kelelahan terus-menerus, dll.
Virus HIV dapat menyebar melalui transfusi darah, kontak seksual, berbagi jarum suntik, atau/dan dari ibu ke janin.
Faktor-faktor tertentu seperti berhubungan seks tanpa kondom, infeksi menular seksual, menggunakan obat-obatan intravena dll dapat meningkatkan risiko terkena infeksi HIV.
Sejauh menyangkut diagnosisnya, dokter akan melakukan tes darah atau air liur untuk melihat adanya antibodi terhadap virus.
Karena tidak ada vaksinasi yang tersedia sampai sekarang, lebih baik untuk menghindari kondisi tersebut sebisa mungkin. (*)
Baca Juga: Khawatir Penyebaran Virus, WHO Desak Ukraina Hancurkan Patogen di Laboratorium Sebelum Dibom Rusia
Source | : | Medical News Today,Harvard Health Publishing |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar