Varian tersebut menjadi strain dominan dari sekitar pertengahan Mei hingga pertengahan Juni lalu.
Penularan subvarian Centaurus
Epidemiolog dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman mengatakan, Covid-19 subvarian Omicron BA.2.75 atau Centaurus dipantau oleh seluruh ahli di dunia.
Penyebabnya, kata Dicky, adalah karena jumlah mutasi di spike atau proteinnya sangat tinggi.
Selain itu, lanjut Dicky, ada kemungkinan subvarian Centaurus menurunkan efikasi antibodi
Dicky mengatakan, penularan subvarian Centaurus efektif lewat udara.
"Data awal di India menunjukkan BA.2.75 punya kecepatan sebaran yang luar biasa atau 9 kali lipat BA.5," kata Dicky, dilansir dari Kompas.com (21/7/2022).
Baca Juga: 6 Manfaat Buah Apel Hijau Granny Smith, Mampu Melawan Sel Kanker!
Sementara itu menurut Kompas.com, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengatakan Virus ini terdeteksi melalui genom sequencing dari seluruh pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19 di Indonesia.
Selain itu, temuan ini telah dilaporkan oleh Kemenkes melalui platform berbagi data dan informasi virus di Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID).
"Jadi jangan khawatir soal BA.2.75, karena karakternya hampir sama dengan BA.4, BA.5 dan BA.1, BA.2," papar Wamenkes Dante.
Sementara itu, melasnir TribunNewsWiki.com (21/07/2022), Jasmine Plummer, Ph.D., Asisten Profesor dan Direktur Asosiasi Inti Genomik Cedars Sinai Medical Center, menjelaskan varian ini kepada Health.
Source | : | Kompas.com,tribunnews |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar