Di mana seseorang yang menjalani jenis diet ini, mengatur antara waktu makan terakhir dan makan pertama yang dikonsumsi hari berikutnya.
Melansir Mayo Clinic, diet puasa seperti yang dijalani Melaney Ricardo tidak hanya bermanfaat untuk menurunkan berat badan saja.
Diet ini juga bermanfaat mengurangi peradangan dan memperbaiki kondisi kesehatan terkait, seperti penyakit Alzheimer, radang sendi, asma, hingga sklerosis ganda (Multiple Sclerosis)
Bagaimana cara melakukan diet puasa?
Ahli saraf dari John Hopkins Mark Mattson, yang telah mempelajari diet puasa selama 25 tahun mengatakan, tubuh mempunyai kemampuan bertahan tanpa makanan selama beberapa jam.
Terdapat beberapa cara yang berbeda untuk melakukan diet puasa ini, tapi pada intinya yakni memilih waktu makan dan berpuasa yang teratur setiap harinya.
Misalnya saja, ada yang hanya makan selama delapan jam setiap hari dan sisanya dihabiskan untuk diet puasa.
Namun, ada juga yang bahkan hanya makan dua hari selama satu minggu.
Mark Mattson menyebutkan, setelah berjam-jam tanpa makanan, tubuh akan menghabiskan simpanan gulanya untuk membakar lemak. Ini disebut peralihan metabolisme.
"Intermittent fasting (diet puasa) kontras dengan pola makan normal bagi kebanyakan orang Amerika, yang makan sepanjang jam bangun mereka," dikutip dari John Hopkins Medicine.
"Jika seseorang makan tiga kali sehari, ditambah camilan, dan mereka tidak berolahraga, maka setiap kali mereka makan, mereka menggunakan kalori itu dan tidak membakar lemak simpanan," sambungnya.
Jadi, diet puasa akan memperpanjang waktu tubuh untuk membakar kalori dan lemak berlebih dari makanan terakhir dikomsumsi.
Source | : | Mayo Clinic,Youtube,John Hopkins Medicine |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar