Baca Juga: Parasetamol Trending di Twiter Jadi Obat Pereda Nyeri Sejuta Umat, Hati-hati dengan Efek Sampingnya
Baca Juga: Healthy Move, Lakukan Olahraga dengan Hati-hati Agar Tak Terkena Deretan Cedera Ini
Sebab, pada dasarnya obat adalah 'racun' karena berbahan kimia. Bisa merusak tubuh. Tapi kalau digunakan dengan bijak bisa menolong menyembuhkan penyakit.
Lagi pula tidak semua penyakit membutuhkan obat. Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi DKI Jakarta mengatakan bahwa masyarakat harus memahami tidak semua penyakit harus menggunakan obat dan merasionalkan kembali penggunaan obat.
"Jadi namanya ada terapi non-farmakologis, tidak perlu selalu minum obat. Untuk demam jangan langsung minum obat karena sebenarnya demam adalah pertahanan diri," kata Kasie Kefarmasian Dinkes Provinsi DKI Jakarta Hari Sulistyo, M.Farm dalam diskusi secara daring mengenai kiat konsumsi obat secara aman, yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat (21/10/2022).
Ia menyarankan jika anak mengalami demam cukup konsumsi banyak cairan, kompres air hangat atau konsumsi jus buah serta banyak istirahat.
"Tidak semua penyakit membutuhkan obat. Karena obat itu punya efek mengobati tapi juga punya efek samping. Jadi mudah-mudahan kita selalu sehat dan kembali ke alam," katanya menegaskan.
Selain itu, agar obat dapat bekerja dengan efektif dan aman, ikutilah panduan cara minum obat yang baik dan benar seperti konsumsi sesuai dosis yang dianjurkan, gunakan sesuai dengan cara yang direkomendasikan, minum obat sesuai waktu yang ditentukan, dan perhatikan makanan dan minuman yang dikonsumsi bersama dengan obat.
Perlu diperhatikan pula, pada obat-obatan yang diberikan kepada anak, meski dijual bebas, ada yang penggunaannya disesuaikan dengan berat badan anak, bukan usia.
Umumnya, dalam menghitung dosis obat untuk anak, dapat menggunakan rumus dosis obat dikali berat badan (kg).
Contohnya, diketahui dosis obat parasetamol adalah sebanyak 10 mg, maka untuk anak umur 4 tahun dengan berat badan 15 kg, dapat diberikan dosis sebesar 15 x 10 mg = 150 mg.
Sementara itu, Ketua Pengurus Pusat IDAI, Piprim Basarah Yanuarso mengungkapkan, jangan sampai karena penggunaan obat sirup sedang dalam pengawasan, maka masyarakat dengan mudahnya beralih ke obat puyer.
Kekhawatiran terbesar dari puyer adalah campuran di dalamnya. Piprim mengatakan obat puyer atau serbuk disarankan terbuat dari satu jenis obat. Yang sering dikhawatirkan, lanjutnya, puyer dibuat dari campuran beberapa jenis obat (polifarmaka) apalagi racikan bukan berasal dari ahlinya.
"Ini [kasus gangguan ginjal dan obat paracetamol] seharusnya jadi momentum untuk masyarakat agar lebih rasional dalam penggunaan obat-obatan," kata Piprim, dikutip CNN (19/10/2022)
Baca Juga: Kreatinin Tinggi Bisa Merusak Ginjal, Ini 5 Tips Cara Menurunkan
Baca Juga: Penyebab Angka Hipertensi di Indonesia Tinggi Karena Garam dan Minyak Goreng, Simak Faktanya
"Yang penting harus waspada. Sekarang lagi musim batuk pilek. Dan sebenarnya batuk pilek salesma itu nggak perlu obat. Kompres air hangat dulu," katanya. (*)
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar