GridHEALTH.id - Mengapa istilah Voluntarily Stopping Eating and Drinking (VSED) tiba-tiba mencuat?
Melansir dari Kompas.com, istilah ini mencuat lantaran diduga adanya kasus satu keluarga yang tewas di Kalideres, Jakarta Barat.
Empat penghuni rumah tersebut diduga sengaja tidak makan atau minum hingga menyebabkan kematian.
Tidak ditemukan sisa makanan di lambung maupun persediaan makanan di rumah tersebut.
Berbagai spekulasi dari sejumlah pihak pun kembali bermunculan.
Lalu, apakah yang sebenarnya terjadi pada istilah Voluntarily Stopping Eating and Drinking (VSED) ini?
Voluntarily Stopping Eating and Drinking (VSED) adalah keputusan yang dibuat oleh orang dewasa yang kompeten untuk menghentikan asupan makanan dan cairan ke tubuhnya untuk mempercepat kematiannya.
Praktik ini bukan hal baru, melainkan sudah cukup dikenal di beberapa negara barat sebagai cara eutanasia yang tergolong praktis dengan kendali orang tersebut sepenuhnya.
Melansir dari compassionandchoices.org, VSED adalah ketika individu yang mampu secara mental memutuskan untuk mengendalikan kematian mereka sendiri.
Hal ini dilakukan dengan membuat keputusan yang sadar untuk menolak makanan dan cairan apa pun, termasuk nutrisi dan/atau hidrasi buatan, untuk mempercepat waktu kematian mereka.
Biasanya ini diambil sebagai pilihan sukarela untuk mempercepat kematian oleh orang yang mampu mengambil keputusan yang menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan progresif, atau terminal.
Baca Juga: Inilah Efek Arsenik Pada Tubuh, Racun yang Tewaskan Satu Keluarga di Magelang
Bagaimana proses VSED ini terjadi hingga bisa meregang nyawa?
Proses pasti kematian akibat VSED terungkap dengan cara yang unik untuk setiap orang dan bergantung pada keadaan fisik, mental, dan emosional.
1. Dalam beberapa hari pertama puasa, beberapa orang mungkin tetap aktif seperti sebelumnya.
Namun, banyak yang akan segera menjadi lemah, lelah, dan semakin mengantuk.
2. Begitu mereka mulai merasa pusing dan lemah, gerakan membutuhkan bantuan untuk mencegah jatuh atau kecelakaan.
3. Kelemahan atau pusing dapat terjadi secara tiba-tiba, oleh karena itu perawatan 24 jam dianjurkan setelah puasa dimulai.
4. Kewaspadaan mental digantikan oleh waktu tidur yang semakin lama.
Dalam banyak kasus individu akhirnya tidak dapat dibangunkan dan tetap dalam keadaan tidak sadar atau koma.
5. Beberapa individu memiliki periode kewaspadaan selama proses tersebut hingga kematian.
Dehidrasi akibat VSED memengaruhi ginjal dan jantung, dan sistem organ lain dalam tubuh mulai mati.
Mirisnya, Voluntarily Stopping Eating and Drinking adalah hal yang legal di beberapa negara di Amerika Serikat dengan syarat pelakunya mampu mengambil keputusan dan membuat pilihan sukarela.
Baca Juga: Laporan WHO, Kematian Bayi Prematur Akibat Polusi Udara Capai 238 Ribu Per Tahun
Apakah VSED Dilindungi oleh Hukum?
Mahkamah Agung Amerika Serikat telah menegaskan hak orang yang mampu membuat keputusan (artinya orang yang tidak menderita penyakit yang akan mencegah pengambilan keputusan yang diinformasikan).
Maka, untuk menolak perawatan yang tidak diinginkan termasuk makanan atau cairan.
Bahkan, jika penolakan itu akan mengakibatkan kematian.(*)
Source | : | Kompas.com,compassionandchoices.org |
Penulis | : | Magdalena Puspa |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar