GridHEALTH.id - Perlahan Indonesia menuju endemi Covid-19, ternyata masih ada agenda yang harus dibereskan sehubungan dengan penanganan penyakit lain, yaitu penyakit gagal ginjal kronis.
Saat puncak pandemi Covid-19 pada 2020 hingga 2021, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, pasien penyakit ginjal kronis memiliki risiko kematian akibat covid-19 terbesar, yakni 13,7 kali lipat jika dibandingkan dengan tidak memiliki komorbid.
Gagal ginjal kronis berada di ranking keempat di antara delapan penyakit katastropik, yang artinya membutuhkan biaya pengobatan yang tinggi dan memiliki komplikasi yang bisa mengancam jiwa.
Penyakit gagal ginjal kronis juga berada di urutan keempat yang menyedot pembiayaan terbesar oleh BPJS. Urutannya ialah penyakit jantung, kanker, strok, gagal ginjal kronis, talasemia, hemofilia, leukemia, dan sirosis.
Meskipun ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran semakin maju, jumlah penderita gagal ginjal kronis ini terus saja meningkat.
Di Indonesia, menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi penyakit ginjal kronis (PGK) baru 0,2% dari total populasi dan penderita batu ginjal sebanyak 0,6%.
Namun, pada Riskesdas 2018, prevalensi PGK meningkat menjadi 0,38%, meningkat dua kali lipat. Namun, Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) memperkirakan jumlah sebenarnya lebih besar dari hasil perhitungan Riskesdas di atas.
Penelitian yang dilakukan Pernefri pada 2006 di beberapa titik di Jawa menemukan bahwa 12,5% atau sekitar 25-30 juta populasi sudah mengalami penurunan fungsi ginjal. Angka ini jauh lebih besar dari perhitungan Riskesdas.
Namun, semenjak pandemi covid-19, belum ada lagi Riskesdas sehingga kita belum tahu perkembangan angka terakhir pada 2020-2021.
Pasien dengan gagal ginjal kronis membutuhkan biaya pengobatan yang tidak sedikit. Rutinitas cuci darah (bagi yang memilih terapi ini) tentulah memberatkan pasien, di samping mengurangi keleluasaan aktivitas fisik.
Oleh karena itu, diperlukan penanganan yang lebih cermat untuk pasien gagal ginjal kronis, tidak hanya saat menghadapi pandemi covid-19 ini, tetapi juga kelak untuk penanganan pascapandemi.
Untuk diketahui, pPenyakit ginjal kronis bisa diakibatkan diabetes, bisa juga karena selain diabetes.
Baca Juga: Kaleidoskop Penyakit 2022, Hepatitis Akut Misterius Telan Korban Anak Indonesia Sebelum Lebaran 2022
Baca Juga: 7 Cara Efektif dan Alami Melawan Hipertensi, Mudah dan Murah
PGK yang diakibatkan diabetes, umumnya dikenal dengan nama nefropati diabetik, ialah kumpulan gejala penyakit yang umumnya ditandai dengan penurunan fungsi ginjal pada pasien penderita diabetes melitus tipe 1 maupun tipe 2.
Secara umum, penyakit ini ditandai dengan pembuangan protein albumin yang berlebihan dalam urine, penurunan laju filtrasi glomerulus (salah satu komponen terpenting di ginjal yang berfungsi menyaring darah), dan perubahan struktur jaringan ginjal.
Pada fase awal, nefropati diabetik sering tidak bergejala, bahkan biasanya ditandai dengan adanya peningkatan fungsi ginjal (hiperfiltrasi).
Namun, pada fase lanjut dapat dijumpai gejala klinis seperti peningkatan tekanan darah (darah tinggi), kandungan protein berlebihan dalam urine, pembengkakan pada bagian tubuh seperti tungkai, lengan, tangan dan mata, sering berkemih.
Penderita juga mengalami kebingungan atau kesulitan berkonsentrasi, sesak napas, hilang nafsu makan, mual-muntah, timbul rasa gatal, dan kelelahan tanpa sebab yang jelas.
Jumlah penderita diabetes melitus global terus meningkat, dari sekitar 425 juta orang di 2017 dan diperkirakan naik menjadi 629 juta orang nanti di 2045. Karena diabetes melitus menyebabkan penyakit PGK, kenaikan jumlah penderita diabetes juga akan meningkatkan jumlah penderita PGK.
Baca Juga: 5 Obat Rumahan untuk Mencegah Penyakit Jantung, Semua Ada di Dapur!
Baca Juga: Vitamin K, Ampuh Hilangkan Kantung dan Lingkaran Hitam di Sekitar Mata
Padahal prosesnya tidak terjadi seketika, melainkan akumulasi panjang dari gejala awal yang masih ringan, kemudian sampai menjadi gagal ginjal kronis.
Hal ini mengindikasikan sebenarnya PGK ini bisa dihindari jika dilakukan langkah langkah pencegahan sejak dini, jauh sebelum menjadi berat.
Jika sudah sampai ke fase gagal ginjal kronis pada tahap lanjut, tentu akan sangat membebani kondisi pasien.
Menderita gagal ginjal kronis setidaknya berarti harus melakukan cuci darah rutin atau bahkan cangkok ginjal, membatasi aktivitas fisik, dan rajin mengonsumsi berbagai obat yang disarankan oleh dokter. Tentu ini akan memakan biaya yang tidak sedikit.
Jika mendapati kadar gula darahnya tinggi, segera periksakan diri ke dokter dan minum obat penurun gula darah atau bisa jadi harus suntik insulin sesuai dengan anjuran dokter.
Hal penting lainnya ialah menjaga kebugaran tubuh, baik fisik, psikis, maupun rohani, teratur berolahraga, menjaga pola makan, serta usahakan tidur nyenyak 6-8 jam sehari.
Baca Juga: Healthy Move, Lakukan Olahraga Ini, Harapan Hidup Wanita Akan Bertambah
Baca Juga: Atasi Panu Membandel dengan Obat Alami Lidah Buaya, Begini Cara Penggunaanya
Baca Juga: 7 Tanda Tekanan Darah Naik Menurut Ahli, dan Cara Tepat Mengatasinya
Menjaga pola makan, berolahraga teratur, dan gaya hidup sehat menjadi pilar penting strategi pencegahan penyakit gagal ginjal. (*)
Source | : | Kompas.com,merdeka.com,GridHEALTH.id |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar