Dilansir laman Science Focus, metode ini mulai ditemukan pada 1940-an, ketika ahli biologi Perancis Jean Rostand mempelajari bagaimana suhu yang sangat rendah memengaruhi sifat material dan makhluk hidup--yang dikenal sebagai cyrogenics.
Cryonic diharapkan mampu memberikan manusia “kehidupan kedua”, setelah dinyatakan mati.
Adanya fenomena reptil Arktik memulai perkembangan teknologi cryonic ini.
Pada 1965, perusahaan yang didedikasikan untuk perpanjangan hidup mulai terbentuk di seluruh AS.
Istilah "cryonics" diciptakan untuk gerakan yang dimulai oleh Ettinger.
Lalu pada 1967, Profesor James Bedford jadi orang pertama yang dibekukan.
Pada tahun 1991, ketika dikeluarkan dari penyimpanan untuk dievaluasi, tubuhnya yang diawetkan rusak, dengan kulit yang berubah warna dan “darah beku keluar dari mulut dan hidungnya”.
Pendinginan tubuh lewat cryonics sangat berbeda dari apa yang kebanyakan orang anggap sebagai pembekuan, seperti menempatkan daging dalam freezer.
Perbedaan utama adalah proses yang disebut vitrifikasi, di mana lebih dari 60% air di dalam sel tubuh diganti dengan bahan kimia pelindung yang mencegah pembekuan dan pembentukan kristal es bahkan pada suhu cryonic (sekitar -124° C).
Tujuan dari pendinginan tubuh ini adalah untuk memperlambat gerakan molekuler sehingga berada dalam keadaan statik, efektif melestarikan sel dan jaringan tanpa batas dalam keadaan aslinya.
Baca Juga: Pembekuan Darah di Paru-Paru, Komplikasi Tidak Biasa Pasca Covid-19 yang Dapat Merusak Kesehatan
Vitrifikasi berupaya untuk mencegah pembekuan selama pendinginan mendalam.
Source | : | Science Focus,warstek.com |
Penulis | : | Magdalena Puspa |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar