GridHEALTH.id - Belakangan ini memang sempat viral soal ciki ngebul yang memakan korban.
Bukan tanpa alasan, hal itu lantaran kandungan nitrogen cair yang membuat efek asap pada makanan.
Tanpa disadari, nitrogen cair tersebut ternyata memiliki kandungan yang berbahaya bagi tubuh manusia.
Menurut Ikatan Dokter Indonesia (IDAI), nitrogen cair bila tertelan dapat membekukan jaringan dan menyebabkan efek seperti luka bakar.
Nitrogen cair juga dapat menjadi media yang baik bagi pertumbuhan kuman.
Oleh sebab itu, bakteri, jamur, dan virus dapat hidup dan berkembang pada tubuh orang yang menelan nitrogen cair.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) bahkan menyebutkan, nitrogen cair tidak hanya berbahaya bila tertelan atau dikonsumsi.
Kemenkes memaparkan, asap nitrogen cair atau dry ice juga menimbulkan masalah pernapasan bila dihirup terlalu lama.
Selain itu, ternyata nitrogen cair juga jadi salah satu bahan untuk mengawetkan tubuh manusia.
Teknologi dalam dunia sains kedokteran, yang bertujuan untuk menyelamatkan nyawa dengan mendinginkan tubuh orang mati menggunakan nitrogen cair inilah yang disebut dengan Cryonics.
Pada proses ini, pembusukan akan berhenti.
Baca Juga: Terbang Hampir 10 Jam, Jemaah Haji Berisiko Alami Pembekuan Darah
Dilansir laman Science Focus, metode ini mulai ditemukan pada 1940-an, ketika ahli biologi Perancis Jean Rostand mempelajari bagaimana suhu yang sangat rendah memengaruhi sifat material dan makhluk hidup--yang dikenal sebagai cyrogenics.
Cryonic diharapkan mampu memberikan manusia “kehidupan kedua”, setelah dinyatakan mati.
Adanya fenomena reptil Arktik memulai perkembangan teknologi cryonic ini.
Pada 1965, perusahaan yang didedikasikan untuk perpanjangan hidup mulai terbentuk di seluruh AS.
Istilah "cryonics" diciptakan untuk gerakan yang dimulai oleh Ettinger.
Lalu pada 1967, Profesor James Bedford jadi orang pertama yang dibekukan.
Pada tahun 1991, ketika dikeluarkan dari penyimpanan untuk dievaluasi, tubuhnya yang diawetkan rusak, dengan kulit yang berubah warna dan “darah beku keluar dari mulut dan hidungnya”.
Pendinginan tubuh lewat cryonics sangat berbeda dari apa yang kebanyakan orang anggap sebagai pembekuan, seperti menempatkan daging dalam freezer.
Perbedaan utama adalah proses yang disebut vitrifikasi, di mana lebih dari 60% air di dalam sel tubuh diganti dengan bahan kimia pelindung yang mencegah pembekuan dan pembentukan kristal es bahkan pada suhu cryonic (sekitar -124° C).
Tujuan dari pendinginan tubuh ini adalah untuk memperlambat gerakan molekuler sehingga berada dalam keadaan statik, efektif melestarikan sel dan jaringan tanpa batas dalam keadaan aslinya.
Baca Juga: Pembekuan Darah di Paru-Paru, Komplikasi Tidak Biasa Pasca Covid-19 yang Dapat Merusak Kesehatan
Vitrifikasi berupaya untuk mencegah pembekuan selama pendinginan mendalam.
Vitrifikasi dikombinasikan dengan sistem pendinginan tubuh yang terkontrol ketat.
Hal ini telah terbukti secara dramatis mengurangi dan bahkan menghilangkan kerusakan struktural yang akan terjadi dengan proses pembekuan biasa.
Cryonics menggunakan peralatan pendukung kehidupan medis untuk terus menjaga sirkulasi darah dan oksigen mengalir ke paru-paru, untuk mempertahankan kelangsungan hidup jaringan dan organ selama proses pendinginan awal.
Proses cryonics adalah sangat mirip dengan prosedur darurat standar untuk serangan jantung, termasuk alat bantu pernapasan dan peralatan kompresi jantung, seperti AED.(*)
Baca Juga: Penyintas Covid-19 Berisiko Tinggi Alami Pembekuan Darah di Kaki, Studi
Source | : | Science Focus,warstek.com |
Penulis | : | Magdalena Puspa |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar