GridHEALTH.id - Kanker limfoma dapat menurunkan produktivitas pengidapnya, karena kebanyakan terjadi pada usia muda.
Paling sering kasus penyakit kanker ini ditemukan pada kelompok usia mulai dari 15 tahun hingga 30 tahun.
Kanker limfoma atau kelenjar getah bening terbagi menjadi dua tipe, yakni limfoma hodgkin dan limfoma non-hodgkin.
Data the Global Cancer Observatory (Globocan) 2020, terdapat sekitar 16.000 kasus limfoma non-hodgkin di Indonesia.
Sedangkan kasus limfoma non-hodgkin tercatat ada sekitar 1.188 kasus baru pada 2020 yang lalu.
Dr. Eva Susanti, S.Kp., M.Kes., Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan menyebutkan kanker limfoma non-hodgkin berada di urutan ketujuh dari seluruh kasus kanker di Indonesia.
Melihat kasusnya yang terbilang umum, Eva mengingatkan pentingnya untuk mengetahui gejala kanker limfoma, sehingga penyakitnya bisa terdeteksi dini dan pengobatan cepat dilakukan.
"Keberhasilan pengobatan kanker pada stadium awal melalui deteksi dini dan penanganan secara cepat, akan memberikan peluang (keberhasilan) sebesari 90 persen," kata Eva dalam acara Peringatan Hari Kesadaran Kanker Limfoma, Jumat (15/9/2023).
"Sebaliknya (jika) ditangani pada stadium lanjut, angka keberhasilannya hanya akan menjadi sekitar 10 persen. WHO menyatakan, 30-50 persen kematian akibat kanker dapat dicegah," jelasnya.
Dokter Konsultan Hematologi dan Onkologi Medik Dr. dr. Andhika Rachman, Sp.PD KHOM, FINASIM, menjelaskan kanker limfoma jenis hodgkin umumnya menyebar secara bertahap melalui pembuluh getah bening.
"Pada stadium lanjut bisa menyebar melalui aliran darah ke organ vital seperti hati, paru-paru, dan sumsum tulang belakang, meski sangat jarang," jelasnya.
Baca Juga: Kanker Paru di Indonesia Banyak Dialami Usia Muda, Skrining dan Deteksi Dini Diperlukan
Sependapat dengan Eva, ia juga mengingatkan pentingnya untuk mengenali gejala kanker limfoma terutama jenis hodgkin.
Adapun gejala kanker limfoma yang utama adalah munculnya benjolan atau pembesaran kelenjar getah bening di leher, ketiak, atau pangkal paha.
Ia menjelaskan, benjolan di tubuh bisa disebabkan oleh banyak hal mulai dari infeksi, trauma, hingga yang sifatnya ganas seperti kanker.
Jelas, benjolan yang disebabkan oleh infeksi ataupun trauma berbeda dengan tumor ganas yang dapat berubah menjadi kanker.
"Jadi yang (karena) trauma dan keganasan, itu jelas berbeda. Kalau trauma dan infeksi benjolannya tidak bertambah besar ataupun kalau besar hanya dalam waktu tertentu kemudian membaik," jelasnya.
Sedangkan pada benjolan yang bukan disebabkan oleh infeksi, biasanya benjolan akan bertambah besar dan tidak sakit.
Ciri benjolan kanker limfoma yang juga perlu diperhatikan, biasanya muncul tidak hanya satu tapi bisa beberapa di sepanjang kelenjar getah bening.
"Dari kepala sampai kaki ada kelenjar getah bening. Setiap ada pembuluh darah, pasti ada getah beningnya," ujarnya.
Biasanya gejala tersebut disertai dengan gejala penyerta atau disebut B symptomps, yang meliputi demam lebih dari 38 derajat celsius, berkeringat pada malam hari.
Selain itu, kanker juga menyebabkan penurunan berat badan drastis selama 6 bulan, gatal-gatal, dan kelelahan luar biasa.
Oleh karena itu, apabila mengalami mendapati benjolan dan diikuti dengan gejala penyerta, disarankan untuk segera melakukan pemeriksaan. (*)
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Poetri Hanzani |
Komentar