GridHEALTH.id - Memerhatikan kesejahteraan kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik.
Masalah kesehatan mental yang tidak segera ditangani, kondisinya dapat menjadi lebih serius dan perawatan yang dilakukan juga semakin kompleks.
Dokter spesialis kedokteran kejiwaan dr. Lahargo Kembaren, SpKJ, menjelaskan gangguan jiwa merupakan penyakit medis yang disebabkan ketidakseimbangan neurotransmitter atau zat kimia yang ada di otak.
Data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, 1 dari 10 orang di Indonesia mempunyai masalah mental.
Sementara data dari WHO SEARO (Asia Tenggara), sekitar 1 dari 7 orang di dunia mengalami gangguan kejiwaan.
"Ada 260 juta orang di dunia yang saat ini sedang berjuang untuk masalah kesehatan jiwanya. Lebih dari 200 orang meninggal karena bunuh diri," katanya dalam Media Gathering yang diadakan oleh Johnson & Johnson, Kamis (14/12/2023).
Selain itu, ia juga memaparkan bahwa seseorang dengan masalah kesehatan mental yang berat, angka harapan hidupnya menurun 10-20 tahun.
Dokter Lahargo menjelaskan, di dunia ada dua jenis gangguan kesehatan mental yang terjadi, yakni gangguan cemas dan depresi.
"Di seluruh dunia, yang paling tinggi gangguan kejiwaan adalah anxiety disoder atau gangguan cemas," katanya.
Ia melanjutkan, "Banyak sekali orang yang khawatir, cemas, overthinking belum terjadi udah mikirin ke arah sana, jadi gak bisa tidur, gak enak makan, dan lain sebagainya."
Gangguan cemas mempunyai tiga gejala yang berupa keluhan fisik, psikologis, dan perilaku.
Baca Juga: Mengatasi Gangguan Mental pada Pria Dewasa, Panduan untuk Kesehatan Mental yang Lebih Baik
Contoh gejala gangguan cemas yang berdampak pada fisik seperti jantung berdebar, napas pendek, banyak keringat, tubuh bergetar, mual dan muntah, hingga nyeri dada.
"Tetapi kalau diperiksa sama dokter, cek laboratorium, EKG, (hasilnya) normal. Tidak ada masalah apa-apa," jelasnya.
Sedangkan gejala psikologisnya berupa rasa cemas, khawatir, takut kehilangan kontrol. Ketiga gejala perilaku di antaranya makan dan tidur terganggu, serta mondar-mandir tidak jelas dan bertujuan.
Selanjutnya adalah depresi, yang persentasenya cukup tinggi, yakni 28,9% dibandingkan dengan gangguan jiwa lainnya.
Lebih lanjut, psikiater ini mengatakan gangguan cemas sudah bisa dideteksi dari anak usia di bawah 5 tahun dan depresi pada anak usia 5-9 tahun.
Depresi punya gejala mayor dan minor. Gejala depresi mayor di antaranya afek depresi yakni muka yang murung, sedih, menangis, atau gampang tersinggung.
"(Selanjutnya) kehilangan minat, kehilangan semangat, sesuatu yang disenangi jadi gak bergairah menjalannya. Kemudian energinya drop, gampang capai, malas bergerak, dan gejala gampang terkuras," kata dokter Lahargo.
Berikutnya adalah gejala minor yang menyebabkan fokus konsentrasinya terganggu, harga diri turun, makan dan tidur terganggu, hingga yang paling berat menyakiti diri sendiri atau mengakhiri hidup.
"Apa yang kita harus lakukan agar kita tercegah dari masalah kesehatan jiwa atau bisa mengatasi masalah kesehatan jiwa yang memang sudah kita alami?" kata dokter Lahargo.
Berikut ini adalah beberapa cara manajemen masalah kesehatan jiwa yang bisa dilakukan.
"Jaga benar dari pola hidup sehat, dimulai dari makanan. Kamu adalah apa yang kamu makan," katanya.
Baca Juga: Ciri-ciri Mental Sehat, Tanda-tanda Kesejahteraan Jiwa yang Perlu Anda Kenali
Pastikan makanan yang sehari-hari dikonsumsi sehat, bernutrisi, dan bergizi. Bisa dengan memperbanyak asupan sayuran dan buah, sementara penggunaan bumbu penyedap dikurang.
"Kalau lagi stres, lagi banyak pikiran, lagi ada gejala cemas atau depresi, makanan dijaga yang sehat," tuturnya.
Selanjutnya, pola makan sehat juga harus dibarengi dengan olahraga. Berolahraga selama 30 menit setiap hari, ditemukan memberikan efek yang sama seperti obat antidepresan.
Bisa dilakukan dengan melakukan teknik napas dalam, relaksasi otot progresif, dan juga teknik grounding.
"Untuk berbagai masalah kesehatan jiwa, ada obat-obatannya. Obat-obatannya yang diresepkan oleh seorang psikiater aman," jelasnya.
Karena obat tersebut tidak mengganggu sistem kerja tubuh maupun menyebabkan ketergantungan.
Orang dengan tanda-tanda masalah kesehatan mental datang ke profesional untuk berbicara dan menguatkan mental, dengan tujuan mengubah pikiran.
"Dikasih kejang listrik, itu buat yang (kondisi) berat. Tapi ada yang lebih ringan, itu dikasih stimulasi gelombang elektromagnetik (TMS)," ujar dokter Lahargo.
Dilakukan pada orang-orang dengan gejala masalah kesehatan mental yang berat. Dilakukan untuk melatih kemampuan sosial, kognitif, dan bekerjanya agar bisa befungsi lagi dalam hidupnya.
"Untuk depresi yang berat sekalipun, sekarang sudah ada pengobatannya dengan obat nasal spray," katanya.
Menurutnya ini merupakan bagian yang paling penting dan berharga. Diharapkan seseorang bisa menjadi teman atau orang terdekat yang mendukung seseorang yang sedang mengalami masalah kesehatan jiwa. (*)
Baca Juga: Benarkah Gangguan Mental Bisa Sembuh Sendiri? Mitos atau Fakta, Simak Penjelasannya
Source | : | liputan |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Komentar