Penyebab papilledema cukup beragam, beberapa di antaranya yakni trauma pada kepala (akibat cedera atau stroke), tumor, hingga gangguan hipertensi intrakranial idopatik.
"Pada tumor, mungkin diperlukan operasi atau kemoterapi. Pada pasien stroke hemoragrik, dapat diperbiakn anti perdarahan," ujarnya.
"Sedangkan, pada pasien hipertensi intrakranial idopatik, perlu dilakukan perbaikan gaya hidup, termasuk menurunkan berat badan disertai obat yang menurunkan jumlah cairan rongga otak," sambungnya.
American of Ophthalmology menentukan tingkat keparahan papilledema menggunakan skala Frisen, yang dibagi menjadi beberapa stage.
* Stage O: Diskus optikus normal dengan sedikit kabur pada kutub hidung, superior, dan inferior.
* Stage 1: Papilledema dini disertai pengaburan batas hidung pada diskus hidung.
* Stage 2: Papilledema dini yang ditandai pengaburan seluruh batas hidung, peninggian batas hidung, dan lingkaran cahaya.
* Stage 3: Papilledema sedang dengan pengaburan seluruh batas, satu atau lebih pembuluh darah utama, lingkaran cahaya, dan peningkatan diameter kepala saraf optik.
* Stage 4: Papilledema yang ditandai dengan peningkatan saraf kepala, pengaburan batas dan pembuluh darah utama, serta lingkaran cahaya.
* Stage 5: Papilledema parah dengan tonjolan berbentuk kubah dari kepala saraf optik, lingkaran cahaya sempit, kerusakan pada mangkuk optik, dan pengaburan total pada pembuluh darah utama.
Diagnosis yang tepat dan penanganan yang cepat diperlukan, untuk mencegah komplikasi papilledema yang bisa mengakibatkan gangguan penglihatan permanen. (*)
Baca Juga: Pekerjaan di Depan Layar Membuat Mata Merah? ini Cara Mengatasi Mata Merah karena Radiasi
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Komentar