GridHEALTH.id - Mantan penjaga gawang timnas Indonesia Kurnia Meiga pada 2017 didiagnosis mengalami papilledema.
Penyakit yang dialaminya tersebut, membuat pria kelahiran Jakarta ini memutuskan untuk pensiun dini.
Keputusan untuk mundur dari dunia sepakbola dilakukan, karena penyakit yang diidapnya membuat penglihatannya menurun hingga 5%.
Dokter spesialis mata dr. Novia Rahayu, SpM, menjelaskan papilledema adalah kondisi di mana terjadi pembengkakan pada muara batang saraf keuda mata.
Umumnya disebabkan oleh tingginya tekanan dalam rongga otak, sehingga terjadi tekanan dan gangguan fungsi sel-sel saraf yang ada pada batang saraf mata.
Lebih lanjut, dokter Novia mengatakan penyakit ini biasanya menimbulkan sejumlah gejala yang meliputi area penglihatan tidak sempurna atau redup sesaat.
Kemudian juga pandangan ganda, nyeri kepala berulang dengan intensitas sedang hingga berat, sampai telinga berdenging.
Mengutip Cleveland Clinic, papilledema paling sering ditemukan pada wanita, berusia 20-44 tahun, dan kelebihan berat badan (overweight) atau obesitas.
Kejadian gangguan mata ini, pada kelompok tersebut mencapai 13 per 100.000 orang.
Untuk menangani masalah kesehatan ini, hal utama yang perlu dilakukan adalah mencari tahu penyebabnya.
"Yang perlu dilakukan denagn teliti adalah mencari sumber peningkatan tekanan rongga otak melalui berbagai pemeriksaan, (seperti) MRI, CT-scan, dan pemeriksaan cairan otak," jelasnya dalam pesan yang diterima GridHEALTH, Rabu (6/3/2024).
Baca Juga: Ketahui Papilledema yang Dialami Eks Kiper Timnas Kurnia Meiga dan 5 Gejala yang Harus Diwaspadai
Penyebab papilledema cukup beragam, beberapa di antaranya yakni trauma pada kepala (akibat cedera atau stroke), tumor, hingga gangguan hipertensi intrakranial idopatik.
"Pada tumor, mungkin diperlukan operasi atau kemoterapi. Pada pasien stroke hemoragrik, dapat diperbiakn anti perdarahan," ujarnya.
"Sedangkan, pada pasien hipertensi intrakranial idopatik, perlu dilakukan perbaikan gaya hidup, termasuk menurunkan berat badan disertai obat yang menurunkan jumlah cairan rongga otak," sambungnya.
American of Ophthalmology menentukan tingkat keparahan papilledema menggunakan skala Frisen, yang dibagi menjadi beberapa stage.
* Stage O: Diskus optikus normal dengan sedikit kabur pada kutub hidung, superior, dan inferior.
* Stage 1: Papilledema dini disertai pengaburan batas hidung pada diskus hidung.
* Stage 2: Papilledema dini yang ditandai pengaburan seluruh batas hidung, peninggian batas hidung, dan lingkaran cahaya.
* Stage 3: Papilledema sedang dengan pengaburan seluruh batas, satu atau lebih pembuluh darah utama, lingkaran cahaya, dan peningkatan diameter kepala saraf optik.
* Stage 4: Papilledema yang ditandai dengan peningkatan saraf kepala, pengaburan batas dan pembuluh darah utama, serta lingkaran cahaya.
* Stage 5: Papilledema parah dengan tonjolan berbentuk kubah dari kepala saraf optik, lingkaran cahaya sempit, kerusakan pada mangkuk optik, dan pengaburan total pada pembuluh darah utama.
Diagnosis yang tepat dan penanganan yang cepat diperlukan, untuk mencegah komplikasi papilledema yang bisa mengakibatkan gangguan penglihatan permanen. (*)
Baca Juga: Pekerjaan di Depan Layar Membuat Mata Merah? ini Cara Mengatasi Mata Merah karena Radiasi
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Komentar