GridHEALTH.id - AstraZeneca adalah salah satu jenis vaksin yang digunakan selama pandemi COVID-19 lalu.
Belum lama ini, perusahaan farmasi tersebut mengakui adanya risiko efek samping langka yakni thrombocytopenia syndrome atau trombositopenia (TTS) melalui dokumen yang diberikan kepada Pengadilan Tinggi Inggris.
"Diakui bahwa vaksin AZ, dalam kasus yang sangat jarang, dapat menyebabkan TTS. Mekanisme penyebabnya tidak diketahui," kata mereka, dikutip dari Telegraph (28/4/2024).
Lebih lanjut, dalam dokumen tersebut juga menjelaskan kalau trombositopenia dapat terjadi bisa karena hal lain, selain vaksin COVID-19.
Kejadian pertama yang diajukan ke pengedilan adalah kasus Jamie Scott, seorang ayah dari dua orang anak.
Lima puluh satu kasus telah diajukan ke Pengadilan Tinggi. Korban maupun keluarga yang berduka meminta ganti rugi yang diperkirakan sekitar £100 juta.
Vaksin COVID-19 yang diproduksi oleh AstraZeneca termasuk salah satu yang digunakan di Indonesia.
Menanggapi kejadian ini, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, setiap vaksin mempunyai efek samping tersendiri.
Namun, risiko timbulnya efek samping dari pemberian vaksinasi sangat minim, dibandingkan orang yang tidak divaksin.
Budi Gunadi juga menjelaskan, hingga saat ini belum ada laporan mengenai kejadian serupa di Indonesia.
"Sampai sekarang dari laporan tim ITAGI (Indonesia Technical Advisory Group of Immunization) belum ada laporan itu," katanya saat ditemui di kawasan Jakarta Barat, Kamis (2/5/2024).
Baca Juga: Ini Dua Kelompok Masyarakat yang Bisa Dapat Vaksin COVID-19 Gratis, Catat!
Dihubungi dalam kesempatan yang lain, epidemiolog Griffith University Dicky Budiman menjelaskan risiko terjadinya TTS merupakan sesuatu yang langka.
"TTS ini terjadi ketika ada pembekuan darah yang tidak biasa, yang disertai dengan penurunan jumlah trombosit," katanya kepada GridHEALTH, Kamis (2/5/2024).
Pada kondisi tertentu, efek yang ditimbulkan dari TTS ini mungkin bisa lebih serius.
Namun yang perlu diingat, manfaat yang didapatkan dari vaksinasi ini jauh lebih besar daripada risikonya.
"Tapi penting untuk diingat, manfaat vaksinasi AZ dalam mencegah COVID-19 dari dulu sampai sekarang jauh lebih besar manfaatnya," kata Dicky.
Ia melanjutkan, "Sehingga tetap membuat badan kesehatan dunia, (hingga) CDC merekomendasikan vaksinasi dengan AstraZeneca karena manfaatnya yang signifikan."
Bagi penerima vaksin AstraZenca terdahulu, diharapkan tetap tenang, karena jarak waktu pemberian vaksinasi yang sudah lama berlalu, membuat risikonya menurun.
"Bahkan kalau sudah melewati 6 bulan hingga setahun, sudah amat sangat menurun risikonya, jadi jangan khawatir (sempat disuntik vaksin AZ)," katanya.
Diketahuinya risiko efek samping ini, juga bisa membuat pemahaman terhadap trombositopenia dan mekanisme VITT berkembang.
Pada akhirnya membantu dalam pengenalan gejala dan manajemen yang jauh lebih efektif tentunya.
Adapun gejala dari efek samping vaksin yang langka ini yakni sakit perut yang parah, sakot kepala, penglihatan kabur, atau bengkak pada kaki.
Bila mengalaminya, disarankan untuk segera mencari pertolongan pada tenaga klinis atau dokter. (*)
Baca Juga: Data dan Fakta Kasus COVID-19 di Amerika Serikat, Waspada Jelang Masa Liburan
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Komentar