GridHEALTH.id - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menetapkan ganja sebagai tanaman obat melalui Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 104/KPTS/HK.140/M/2/2020 tentang Komoditas Binaan Kementerian Pertanian yang ditandatangani Menteri SYL pada 3 Februari 2020.
“Komoditas binaan Kementerian Pertanian meliputi komoditas binaan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Hortikultura, Direktorat Jenderal Perkebunan, dan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan,” demikian bunyi diktum kesatu Kepmen Komoditas Binaan Kementan.
Seperti diketahui, ganja masuk dalam jenis narkotika golongan I menurut Undang Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Barang ini tidak boleh dikonsumsi, diproduksi, dan didistribusikan.
Tetapi tak lama kemudian, akibat banyaknya kecaman dari masyarakat, Kementan pun kembali mencabut penetapan keputusan terkait penggunaan ganja sebagai obat komoditas binaan.
"Kepmentan 104/2020 tersebut sementara akan dicabut untuk dikaji kembali dan segera dilakukan revisi berkoordinasi dengan stakeholder terkait," ujar Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Tommy Nugraha dalam siaran pers, Sabtu (29/08/2020).
Tommy bilang sejak tahun 2006 pembinaan terhadap ganja dengan mengalihkan tanaman ganja menjadi tanaman produktif lainnya. Oleh karena itu, hingga saat ini Tommy menjamin tidak ada petani ganja legal di Indonesia.
Baca Juga: Dijadikan Obat, Kementan Kembali Cabut Penetapan Ganja Sebagai Obat Komoditas Binaan, Kenapa?
Baca Juga: Ada Rasa Pegal di Jari? Lakukan Pijat Ringan Dengan Cari Ini
Pengaturan ganja sebagai tanaman obat hanya ditujukan untuk keperluan tertentu. Antara lain adalah untuk kepentingan keilmuan.
"Pengaturan ganja sebagai kelompok komoditas tanaman obat, hanya bagi ganja sebagai tanaman obat untuk kepentingan pelayanan medis dan atau ilmu pengetahuan, dan secara legal oleh UU Narkotika," terang Tommy.
Tetapi di luar negeri, minyak ganja sedang dikembangkan untuk penelitian kanker. Minyak ganja dipercaya dapat membunuh sel kanker.
Untuk diketahui, pada setiap sel tubuh terdapat suatu jenis sfingolipid yang berfungsi untuk mengendalikan hidup dan matinya suatu sel. Sfingolipid ini disebut dengan sfingolipid rheostat.
Jika kadar ceramida endogenik (suatu zat yang memicu kerja sfingosin 1 fosfat) tinggi, maka kematian sel (apoptosis) akan segera terjadi. Akan tetapi bila kadar ceramide rendah, maka sel sedang berada pada masa primanya.
Ganja mengandung cannabidiol (CBD) dan tetrahidrocannabinol (THC). Saat THC terhubung dengan reseptor cannabinoid CB1 atau CB2 pada sel kanker, hal ini menyebabkan peningkatan sintesis cermaida yang memicu terjadinya apoptosis (kematian sel).
Sel sehat normal tidak memproduksi ceramida walaupun terdapat THC di dalamnya, sehingga tidak ikut mati bersamaan dengan sel kanker.
Baca Juga: Studi: Mengabaikan Aturan Physical Distancing Adalah Tanda Psikopat
Beberapa komponen yang terdapat pada hampir setiap sel adalah inti sel (nukleus), mitokondria, dan berbagai hal lainnya pada sitoplasma sel.
Mitokondira merupakan bagian dari sel yang berfungsi untuk menghasilkan energi (ATP) bagi metabolisme sel.
Saat terjadi akumulasi ceramida, maka sfingolipid rheostat pun ikut meningkat, yang menyebabkan peningkatan permeabilitas membran mitokondria sehingga sitokrom C dapat keluar dari mitokondria.
Sitokrom C merupakan suatu protein penting bagi sintesis energi. Keluarnya sitokrom C dari dalam mitokondria inilah yang membuat mitokondria tidak dapat menghasilkan energi yang diperlukan oleh sel untuk hidup.
Oleh karena itu, kematian sel kanker ini bukan diakibatkan oleh zat kimia sitotoksik, akan tetapi akibat adanya perubahan yang sangat kecil di dalam mitokondria (penghasil energi pada setiap sel).
Selain itu, ceramida juga menyebabkan stress genotoksik di dalam inti sel-sel kanker (nukleus) sehingga menghasilkan protein p53, yang berfungsi untuk mengganggu metabolisme kalsium di dalam mitokondria.
Ceramida juga mengganggu proses lisosom di dalam sel. Lisosom merupakan suatu sistem pencernaan sel-sel yang berfungsi untuk menutrisi sel sehingga sel dapat menjalankan fungsinya.
Baca Juga: Waspadai Kencing Berbusa, Bisa Jadi Gejala Awal Gagal Ginjal
Baca Juga: Fakta Kaitan Stres dan Kanker, Ternyata Memang Tak Main-main
Ceramida dan berbagai sfingolipid lainnya di dalam ganja sebagai tanaman obat yang secara aktif menghambat berbagai cara sel kanker untuk hidup.
Setiap hewan dan manusia memiliki unsur ganja sebagai tanaman obat yaitu endocannabinoid yang hanya membutuhkan pengaktivasi eksocannabinoid untuk menjalankan fungsi penyembuhan ini.
Pada manusia, endocannabinoid terdapat pada seluruh sel tubuh dan sel saraf manusia, yang berfungsi sebagai penghantar pesan di antara sistem kekebalan tubuh dan sistem saraf pusat anda.
Endocannabinoid ini berfungsi untuk melindungi sel saraf dan mengatur sistem imunitas tubuh.
Endocannabinoid dihasilkan oleh sel-sel saraf (sinap). Saat tubuh mengalami suatu serangan penyakit atau cedera, maka sel-sel tubuh akan mengaktifkan sistem endocannabinoid ini, yang membuat sistem kekebalan tubuh bekerja untuk menyembuhkan penyakit tersebut.
Terdapat 2 jenis reseptor idi dalam sel tubuh, yaitu CB1 yang terdapat pada sistem saraf pusat dan CB 2 yang terdapat pada sistem kekebalan tubuh.
Secara umum, CB1 berfungsi untuk mengaktivasi sistem penghantaran impuls sistem saraf pusat dan CB2 berfungsi untuk mengaktivasi sistem kekebalan tubuh.
Baca Juga: Tak Disangka, Masak Nasi dengan Cara Ini Ternyata Lebih Sehat dan Kurangi Kolesterol Hingga50%
Baca Juga: Meski Sudah Minum Obat Jantung dan Pengencer Darah, Jangan Hentikan Kebiasaan Berolahraga
THC dan anandamida dapat mengaktivasi CB1 dan CB2 ini. Anandamida merupakan suatu neurotransmiter endocannabinoid yang terdapat pada otak.
Di antara berbagai spesies ganja sebagai tanaman obat, Cannabis sativa cenderung mengaktivasi CB1 dan Cannabis indica cenderung mengaktivasi CB2.
Cannabis sativa sebagian besar mengandung THC, sementara Cannabis indica sebagian besar mengandung CBD.
THC dan CBD telah diketahui sangat mirip (biomimetik) dengan anandamida, sehingga tubuh pun dapat menggunakan keduanya. (*)
#berantasstunting #hadapicorona