GridHEALTH.id - Dengan serangkaian tantangan baru dengan Covid-19 dan penyakit lainnya, janganlah kita melupakan fakta bahwa penyakit kronis seperti penyakit ginjal masih membunuh lebih banyak orang.
Mengingat hal ini, tema hari ginjal sedunia tahun ini dipertahankan sebagai "Menjembatani kesenjangan pengetahuan untuk perawatan ginjal yang lebih baik." Seperti kita ketahui jumlah penyandang tekanan darah tinggi dan diabetes perlahan-lahan naik angkanya di Indonesia.
Diabetes bersama tekanan darah tinggi membawa penyakit kronis seperti penyakit ginjal. Satu dari 10 orang dewasa di seluruh dunia memiliki penyakit ginjal.
Pada tahun 2040 penyakit ginjal diproyeksikan menjadi penyebab kematian ke-5. Ahli nefrologi saja tidak akan mampu menangani sejumlah besar pasien ini.
“Tantangan kesehatan di Indonesia salah satunya adalah terkait dengan Penyakit Tidak Menular (PTM). Angka PTM sejak tahun 2010 mulai meningkat.
Pola makan, pola asuh, pola gerak dan pola makan seperti tinggi kalori, rendah serat, tinggi garam, tinggi gula dan tinggi lemak diikuti gaya hidup sedentary lifestyle, memilih makanan junk food/siap saji, ditambah dengan kurangnya aktivitas fisik, stress dan kurangnya istirahat memicu timbulnya penyakit Hipertensi, Diabetes Militus, Obesitas, Kanker, Jantung, dan hiperkolesterol dikalangan Masyarakat Indonesia.
Upaya kami adalah dengan harus terus menekan angka kejadian PTM supaya rendah dalam rangka mendorong pencapaian target pembangunan kesehatan termasuk target SDGs 2030,” kata Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat – Kemenkes RI, dr. Imran Agus Nurali, Sp.KO.
Dengan mengingat hal ini, adalah tanggung jawab kita untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan di tingkat masyarakat, petugas kesehatan, dan pembuat kebijakan kesehatan masyarakat.
Baca Juga: Hati- hati, Hipertensi yang Tidak Terkontrol Dapat Berpengaruh Pada Fungsi Ginjal
Baca Juga: 5 Mitos Tentang Seks di Usia Lansia, Di Antaranya Makin Loyo Padahal Fakta Membuktikan Sebaliknya
Indonesia, prevalensi penyakit ginjal kronis meningkat setiap tahunnya, dan bila tidak diobati suatu ketika dapat mengalami gagal ginjal.
Diperlukan kolaborasi yang baik antara pemerintah, tenaga kesehatan dan organisasi kesehatan, industri kesehatan, pasien/keluarga serta masyarakat, secara bersama sama untuk meningkatkan pengetahuan dan literasi kesehatan ginjal.
Disarikan dari media briefing Kidney Health for All: Bridge the Knowledge Gap to Better Kidney Care pada Rabu,-09 Maret 2022 ' yang dimoderatori oleh dr. Pringgodigdo Nugroho, Sp.PD-KGH,. berikut adalah tiga hal penting yang perlu dilakukan oleh masyarakat, tenaga medis dan pemerintah;
1. Pola makan dan gaya hidup sehat baik untuk ginjal
Masyarakat perlu menerapkan pola makan dan gaya hidup sehat. Olahraga teratur, menghindari tembakau, diet sehat dengan nutrisi yang tepat dapat sangat membantu menjaga kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Menciptakan kesadaran tentang menghindari pengobatan sendiri seperti penghilang rasa sakit dan obat-obatan alternatif akan mencegah banyak kasus kerusakan ginjal.
Kesadaran komunitas untuk melakukan deteksi dini seperti tes rutin urin dapat membantu tenaga medis untuk menemukan banyak kasus nefropati diabetik dan batu ginjal dan segera diberi pengobatan.
Saat ini, daftar tunggu untuk transplantasi ginjal yang meninggal lebih dari 5 tahun. Di tingkat komunitas, kita perlu mendorong orang untuk mendonorkan organ mereka setelah kematian, yang akan membantu banyak pasien ginjal.
Ketua Umum Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) dr. Aida Lydia, PhD., SpPD, K-GH menyatakan, “Sekitar sepertiga pasien dengan PGK belum mengetahui benar mengenai penyakitnya, progresifitas/perjalanan penyakitnya serta modalitas terapi yang ada bila kemudian mengalami gagal ginjal.
Baca Juga: Infeksi Jadi Penyebab Umum Demam Pada Lansia, Begini Cara Mengatasinya
Baca Juga: Hidung Tersumbat, Atasi Lewat Pengobatan Rumahan Gunakan Lada Hitam
Pada awal perjalanan penyakit PGK umumnya tidak ada gejala, berbagai keluhan baru dirasakan bila penyakit sudah lanjut.
Kemungkinan kurangnya pengetahuan mengenai kesehatan ginjal menjadi salah satu penyebab kenapa pada umumnya pasien sering terlambat berobat dan sering datang dalam kondisi yang sudah lanjut.
Gangguan ginjal dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risiko, diagnosis dini dan tatalaksana yang optimal agar pasien tidak sampai mengalami gagal ginjal.”
Tony Richard Samosir, Ketua Umum Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) menjelaskan, “Untuk dapat hidup berkualitas dengan PGK, pasien harus dapat tetap berperan dalam kehidupannya.
Peran dalam hidup ini diartikan sebagai kemampuan untuk terlibat dalam aktivitas hidup yang bermakna, diantaranya bekerja, belajar, bertanggung jawab pada keluarga, berpergian, berolahraga, beraktivitas sosial dan berekreasi, dan lainnya.
Selain itu, pasien dan pendampingnya harus dilibatkan dalam pengambilan keputusan serta harus mengerti mengenai konsekuensi yang muncul akibat keputusan tersebut.”
2. Upaya tenaga kesehatan mempromosikan kesehatan ginjal
Di tingkat petugas kesehatan, kita perlu melibatkan sebanyak mungkin perawat, ahli gizi, dokter umum dalam perawatan pasien ginjal.
Kita perlu melibatkan petugas kesehatan kita di seluruh spektrum penyakit ginjal mulai dari pencegahan dan deteksi dini hingga pencegahan sekunder dan tersier dan perawatan gagal ginjal.
Baca Juga: Hilangkan Wajah Kusam dengan Lendir Siput Agar Sehat dan Bercahaya
Baca Juga: Kenali Gejala Hipertensi Paru Pada Anak dan Cara Penanganannya
Partisipasi rutin petugas kesehatan dalam lokakarya dan seminar ginjal harus didorong dan disubsidi agar mereka tetap mengikuti pengobatan dan pedoman terbaru.
Tenaga kesehatan memiliki peranan yang penting dalam mengedukasi pasien. Edukasi harus bersifat sedini mungkin dan disesuaikan dengan kebutuhan individual pasien
Edukasi hendaknya dapat terlaksana dengan baik pada semua tingkat layanan kesehatan. Disamping itu pasien dan keluarga mesti diberdayakan dan di dorong untuk secara pro-aktif memperkaya pengetahuannya dan literasi kesehatannya sendiri melalui sumber yang dapat dipercaya sehingga dapat berperan aktif dalam menjaga kesehatannya dan keluarganya.
3. Di tingkat pembuat kebijakan kesehatan masyarakat
Kita perlu mengintegrasikan pencegahan penyakit ginjal dalam program penyakit tidak menular nasional kita.
Pemerintah kita telah mensubsidi hemodialisis secara signifikan tetapi kita membutuhkan kebijakan serupa untuk mempromosikan dialisis peritoneal dan transplantasi ginjal.
Pendanaan yang memadai harus dialokasikan untuk penelitian dan adopsi modalitas pengobatan yang lebih baru dalam dialisis dan transplantasi
Direktur Utama Dewan Direksi BPJS Kesehatan, Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, MSc., Ph.D menyampaikan, “Penyakit Gagal Ginjal Kronik merupakan salah satu penyakit kronis yang dapat menyebabkan pembiayaan katastropik bagi para penderitanya.
Sampai dengan saat ini mencapai 6,9 juta kasus pertahun dengan 238 ribu sampai dengan 405 ribu jiwa yang telah mendapatkan pelayanan dengan diagnosa gagal ginjal yang pembiayaannya dijamin oleh program Jaminan Kesehatan Nasional dengan biaya berkisar 4,3 s.d. 7,5 Triliyun setiap tahunnya.
Baca Juga: Baking Soda Sebagai Antasida Alami Untuk Mengatasi Asam Lambung
Baca Juga: Hidung Tersumbat Akibat Sinus Vs Pilek, Ini Cara Membedakannya
Sedangkan untuk pelayanan HD sendiri setidaknya 6 juta kasus telah dilayanin dan dijamin oleh BPJS Kesehatan melalui Progran JKN pada tahun 2021 dengan biaya 4,7 Triliyun.” (*)