GridHEALTH.id - Dari tahun lalu hingga awal tahun ini, sekiranya ada lebih 5 public figure yang tertangkap karena mengonsumsi narkoba.
Mulai dari Jennifer Dunn hingga Sandy Tumiwa, yang tertangkap pada Jumat (1/3/2019) kemarin oleh Unit Narkoba Polsek Metro Menteng di Hotel The Grove, Jakarta Selatan.
Lalu, politikus Partai Demokrat Andi Syarief juga baru saja ditangkap di kamar hotel daerah Slipi, Jakarta Barat, pada Minggu (3/3/2019).
Wakil Sekjen Partai Demokrat ini ditangkp lantaran diduga mengonsumsi narkoba jenis sabu-sabu.
Baca Juga : Waktu Terbaik Berolahraga untuk Menurunkan Gula Darah Tubuh
Sabu-sabu merupakan salah satu jenis narkoba yang paling sering dikonsumsi.
Sabu atau crystal methamphetamine (ice) murni mempunyai bentuk seperti kristal.
Laman resmi Alcohol and Drug Foundation Australia melaporkan, sabu merupakan obat stimulan, yang berarti mempercepat pesan perjalanan antara otak dan tubuh.
Berdasarkan penjelasan crackistheice.org.au, salah satu alasan yang memungkinkan seseorang menggunakan sabu adalah untuk mengurangi hambatan dan meningkatkan kepercayaan diri atau melarikan diri dari kenyataan.
Selain itu, mereka juga biasanya ingin melupakan atau membantu mengatasi masalah.
Namun sayangnya, efek tersebut hanya bertahan 12 jam saja setelah mengonsumsinya.
Berdasarkan laman resmi Alcohol and Drug Foundation Australia, sabu umumnya dihisap (efeknya segera terasa) atau disuntikkan (15 hingga 30 detik untuk merasakan efeknya).
Kadang-kadang ditelan (15 hingga 20 menit untuk merasakan efeknya) atau dihirup (3 hingga 5 menit untuk merasakan efeknya).
Baca Juga : Makanan yang Baik Bagi Penderita Autoimun, Seperti Diderita Almarhum Ibunda Mikha Tambayong
Walaupun sabu banyak dicari, obat stimulan ini bukanlah yang paling adiktif dan berbahaya.
Ahli kimia, dan ahli farmakologi di Royal College of Psychiatrists Inggris secara sistematis membuat peringkat jenis narkoba berdasarkan tiga faktor, yaitu berapa banyak kerusakan fisik yang ditimbulkan, seberapa adiktifnya mereka, dan seberapa banyak kecanduannya.
Mereka juga menilai dari kerusakan yang mereka lakukan pada masyarakat secara keseluruhan, dilihat dari hal-hal seperti biaya yang dikeluarkan untuk perawatan kesehatan.
Hasil penelitian ini diterbitkan dalam jurnal medis The Lancet, yang dilansir dari Business Insider.
Peringkat berikut berfokus pada ketergantungan pemakai. Para peneliti lebih lanjut memecah kategori ini menjadi tiga faktor yang menentukan seberapa kecanduan obat tersebut.
1. Kesenangan, euforia yang dirasakan pengguna pada obat tersebut, ketergantungan psikologis.
. 'Mengidam' efek dari penggunaan obat ketika tidak mengonsumsinya.
3. Ketergantungan fisik, sakit kepala, atau gejala fisik lain yang dialami pengguna saat dijauhkan dari obat.
Baca Juga : Tak Hanya Ibunda Mikha Tambayong, Beberapa Aktris ini Juga Pernah Alami Penyakit Autoimun
Berikut daftar obat paling adiktif dan berbahaya.
1. Heroin
Heroin mendapat peringkat tertinggi dalam daftar dalam hal ketergantungan
Obat ini termasuk dalam tiga dari tiga penuh dalam hal kesenangan, mengidam, dan ketergantungan fisik.
Heroin menyerang kecanduan trifeca yang menyebabkan tingkat dopamin otak meningkat 200% dalam percobaan laboratorium menggunakan hewan.
Berdasarkan laman Independent.co.uk, heroin menjadi salah satu jenis narkoba paling berbahaya karena dosisnya berisiko menyebabkan kematian 5 kali lebih besar.
2. Kokain
Kokain dianggap sedikit kurang adiktif secara psikologis dan hanya setengahnya dalam sisi fisik daripada heroin.
Kokain secara langsung mengganggu sistem dopamin otak, mencegah neuron dalam mematikan 'sinyal' dopamin, menghasilkan aktivasi abnormal dari jalur otak.
Dalam penelitian yang melibatkan hewan, kokain menyebabkan level dopamin meningkat 3 kali lebih tinggi daripada level normal.
Pada penelitian lain melaporkan bahwa kokain berada dalam daftar ketiga sebagai jenis narkoba paling berbahaya.
3. Nikotin
Bahan utama dalam tembakau, nikotin cepat diserap paru-paru dan dikirim ke otak ketika seseorang merokok.
Dalam hal kecanduan psikologis, nikotin menduduki peringkat sama adiktifnya dengan kokain.
Baca Juga : Waktu Terbaik Berolahraga untuk Menurunkan Gula Darah Tubuh
4. Barbiturat
Ini adalah obat penenang yang dulunya banyak diresepkan untuk mencegah kecemasa dan membuat konsumen bisa tidur lelap.
Obat ini mengganggu sinyal kimiawi dalam otak dan mematikan berberapa daerah dalam otak.
Kategori ini mencakup obat-obatan bermerek seperti Amobarbital dan Thiopental.
Barbiturat mendapat dua dari tiga untuk ketergantungan keseluruhan - mereka digolongkan sebagai kurang menyenangkan dan kurang fisiologis dan adiktif dibandingkan nikotin, heroin, dan kokain.
Pada dosis rendah, mereka dapat menyebabkan euforia, tetapi dosis yang lebih tinggi dapat mematikan karena mereka menekan pernapasan.
5. Alkohol
Salah satu obat yang paling banyak ditemukan di dunia, alkohol mampu meningkatkan kadar dopamin di otak hewan hingga 40% hingga 360%.
Para peneliti menemukan, Semakin banyak hewan minum, semakin tinggi tingkat dopamin.
Sebuah penelitian baru-baru ini mengklaim bahwa hampir 70% alkohol yang dijual di Inggris dikonsumsi oleh peminum yang membahayakan kesehatan mereka.(*)
Baca Juga : Pantangan Makanan Calon Ibu Hamil, Makanan Manis Hingga Kopi Lebih Baik Dihindari!
Source | : | Business Insider,independent.co.uk |
Penulis | : | Rosiana Chozanah |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar