GridHEALTH.id – Siapa tak kenal pengacara flamboyan yang suka pamer cincin, Hotman Paris Hutapea? Dikenal serius dalam menangani berbagai kasus berat di Indonesia, rupanya Hotman Paris juga pernah tak mau main-main soal kesehatannya.
Baca Juga: Pantas Hotman Paris Kepincut, Demi Terlihat Awet Muda Meriam Bellina Pantang Makan 5 Makanan Ini!
Pengacara kondang ini bahkan sempat mengumpulkan anak-anaknya hingga membicarakan perihal warisan.
Kala itu, Hotman Paris berpikir bahwa kematian mungkin saja sudah di depan mata.
Dikutip dari Nova, Hotman Paris mengungkapkan pernah akan membagikan warisannya kepada ketiga anaknya usai mendengar diagnosa dari dokter.
Hal ini diceritakan olehnya dalam acara Hotman Paris Show yang tayang di iNews pada Kamis (16/5/2019).
Tak main-main, saat itu dokter mendiagnosis penyakit yang cukup serius mengancam Hotman Paris.
Baca Juga: Penderita Diabetes Disarankan Makan Paprika Setiap Hari, Ini Alasannya
Tanpa perlu berpikir panjang, Hotman Paris pun segera mengumpulkan anak-anaknya di Singapura.
"Saya pernah salah diagnosis dokter di Indonesia dia bilang penyumbatan saya sudah 75%, saya langsung booking pesawat ke Singapura karena saya nggak percaya," jelas Hotman.
Di hadapan anak-anaknya, Hotman Paris membagikan harta kekayaannya selama ini.
"Malamnya saya panggil anak-anak, catat! Kalau saya ada apa-apa catat! gue bilang, di sini ada rekening, di sini, di sini," kisah Hotman.
Beruntung bahwa diagnosis yang diberikan dokter saat itu ternyata keliru.
"Waktu abang cek ke Singapura, ternyata dokter salah diagnosis?" tanya Melaney Ricardo.
"Ternyata di Singapura cuma 25% (penyakitnya)," kata Hotman.
Baca Juga: Sahur Dengan Mi Instan Memang Paling Praktis, Tapi Ini Risikonya Bagi Kesehatan
Berkaca dari kasus Hotman Paris, mungkin kita perlu tahu pula apa yang disebut dengan penyumbatan jantung. Ibarat saluran air yang terlalu banyak kotoran mengendap akan menyebabkan saluran air tersebut tersumbat.
Begitu pula yang terjadi pada pembuluh darah. Kotoran yang terlalu banyak dalam darah akan menyebabkan penyumbatan jantung. Padahal, sama halnya dengan semua otot tubuh, jantung memerlukan oksigen dan zat gizi dari darah supaya bisa tetap berfungsi baik.
Penyumbatan jantung terjadi karena adanya gangguan pembuluh darah jantung (koroner) yang bisa menyebabkan penyakit jantung koroner.
Selain karena kotoran dalam darah, penyumbatan terjadi karena penumpukan plak pada dinding pembuluh darah jantung. Pembuluh darah ini mengelilingi jantung dan bertugas membawa asupan oksigen dan berbagai nutrisi dari tubuh menuju jantung.
Plak atau aterosklerosis umumnya terbentuk dari kolesterol, lemak, kalsium, sisa metabolisme dan bahan pembekuan darah bernama fibrin.
Baca Juga: Ingin Perut Rata dan Seksi Dalam Waktu Cepat? Lakukan 6 Hal Ini!
Meskipun bisa terlepas dari dinding pembuluh darah, timbunan plak ini dapat terbawa bersama aliran darah hingga tersangkut di organ tertentu seperti otak.
Hal lain yang bisa terjadi adalah terbentuknya gumpalan darah di permukaan plak yang juga mampu menyumbat pembuluh darah hingga aliran darah terputus.
Terjadinya penyumbatan atau penyempitan pembuluh darah jantung disebut juga sebagai penyakit jantung koroner atau penyakit arteri koroner alias penyakit jantung iskemik yang merupakan nama lain aterosklerosis koroner.
Baca Juga: Jangan Suka Menunda Buka Puasa, Ini Risikonya Buat Kesehatan Tubuh
Nama-nama tersebut merujuk pada satu pengertian, yaitu kelebihan lemak yang menyebabkan pembuluh darah sekitar jantung secara bertahap menyempit dan mengeras, sehingga jantung kekurangan pasokan darah yang kaya oksigen.
Menurut ahli jantung Dr. dr. Muhammad Munawar, Sp.JP(K) dari RS.Jantung Binawaluya, Jakarta, penyempitan pada arteri koroner kiri (left main) merupakan kasus penyakit jantung koroner yang paling berbahaya.
“Bila pembuluh di bagian ini menyempit, maka hampir dua pertiga bagian jantung tidak mendapat oksigen sehingga pasokan darah ke jantung berkurang. Akibatnya bisa fatal, yaitu kematian,” jelas Munawar seperti dikutip dari Kompas Health.
Penyumbatan pembuluh darah yang menuju jantung (koroner), khususnya pada penyempitan pada pangkal pembuluh koroner kiri (left main) kini sudah bisa diatasi tanpa melakukan operasi, yakni dengan menggunakan stent salut obat dan balonisasi salut obat.
Ketika timbunan lemak (plak) dan zat-zat lain menumpuk dalam pembuluh darah sehingga menyempit, maka aliran darah menjadi terhambat.
Baca Juga: Penderita Diabetes Wajib Pantau Kakinya, Awas Risiko Diabetic Foot
Bila penyempitan terjadi pada left main, akibatnya akan fatal dibanding penyempitan pada derah lain karena hampir dua pertiga bagian jantung tidak akan mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup sehingga darah ke jantung pun berkurang.
Kondisi ini berakibat kerusakan pada otot jantung yang bisa menyebabkan kematian. Di negara maju seperti Amerika sekalipun, kasus penyempitan pada left main masih menjadi momok dalam penanganannya.
Biasanya pasien disarankan untuk melakukan operasi pintas jantung (operasi by pass). Pada beberapa kasus, prosedur pintas jantung mungkin efektif untuk membuka sumbatan. Namun tidak semua pasien bersedia melakukan operasi bypass.
Baca Juga: Dampak Sedotan Plastik Tak Cuma Buat Lingkungan, Risikonya Juga Pada Kesehatan
"Pasca operasi bypass pasien masih harus minum obat pengencer darah selama satu tahun. Banyak pasien yang tidak tahan dan alergi obat, sehingga memilih melakukan cara lain yang non-bedah," kata Munawar seraya menambahkan, operasi by pass juga tidak disarankan pada pasien dengan risiko tinggi.
Cara non-bedah untuk penyempitan koroner disebut dengan Percutaneous Corronary Intervension (PCI) lebih disukai/disarankan.
Teknik ini dirancang khusus untuk membuka sumbatan pada pembuluh darah yang menyempit dengan menggunakan stent salut obat (drug eluting stent/DES) dan balon salut obat (Drug Eluting Baloon/DEB).
"PCI relatif lebih singkat, sekitar 20 menit sampai satu jam, tergantung pada penyempitan. Risiko terjadinya penyempitan kembali juga lebih kecil."
Baca Juga: Penderita Diabetes Rawan Gula Darah Rendah, Ini Cara Mencegahnya
Meski setelah tindakan pasien juga tetap harus mengonsumsi obat pengencer darah selama tiga bulan. "Masa minum obatnya jauh lebih singkat," tambahnya. (*)
Source | : | nova.grid.id,Kompas Health |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar