GridHEALTH.id – Usia ibu saat hamil adalah hal yang sangat krusial di dunia medis.
Sebab risiko kehamilan tidaklah kecil dan enteng penanganannya, juga dampaknya bagi semua pihak.
Karena itu ahli kerap membuat penelitian mengenai hal ini.
Hingga sekarang, seperti dilansir dari ncbi.nlm.nih.gov, usia ibu yang paling aman untuk hamil adalah 20-30 tahun.
Kehamilan remaja adalah risiko bagi wanita dan keturunannya dan harus dicegah; tetapi mereka adalah minoritas.
Kehamilan usia tua, di atas usia 30 tahun, cenderung menghasilkan hasil kehamilanb yang; bayi lahir meninggal, keguguran, dan kehamilan ektopik serta beberapa kelahiran dan kelainan bawaan adalah beberapa dari risiko ini.
Baca Juga: 'Saya Lelah' Atau 'Saya Mengantuk', Begini Cara Membedakannya
Adapun kehamilan pada wanita berusia di atas 35 tahun jarang dikaitkan dengan komplikasi, kelahiran prematur dan intervensi saat lahir dan peningkatan risiko kelainan janin spesifik, termasuk kelainan struktural dan kromosom, misalnya risiko memiliki bayi dengan Down sindrom meningkat secara eksponensial setelah 36 tahun usia ibu.
Akantetapi menunda kehamilan juga merupakan risiko bagi wanita. Melahirkan anak menyebabkan peningkatan sterilitas di antara populasi.
Ibu yang lebih tua juga berisiko mengalami eklampsia, ruptur uterus, dan diabetes.
Menunda kehamilan juga merupakan risiko bagi masyarakat yang memperbarui diri secara perlahan, dengan konsekuensi sosial dan psikologis yang mulai diselidiki.
Namun, menunda menjadi orang tua dapat memiliki aspek-aspek bermanfaat yang terus-menerus disorot oleh media massa: ibu yang lebih tua berpendidikan lebih baik dan stabil secara finansial mereka memiliki kematangan emosi dan pengalaman hidup yang diterjemahkan dengan baik menjadi ibu. Mereka lebih cenderung menyusui dan menyusui lebih lama.
Baca Juga: Jennifer Jill Supit Istri dari Ajun Perwira Keukeuh Ingin Hamil di Usia Hampir 50 Tahun, dan Bisa!
Hasil studi dan penelitian tersebut yang diangkat oleh ncbi.nlm.nih.gov, salah satunya dirasakan oleh Sandra Dewi.
Menurut Sandra Dewi, yang dilansir dari Grid.id, peristiwa itu terjadi di kehamilan pertamanya, tak heran jika saat itu Sandra Dewi sangat khawatir.
Sandra Dewi mengaku hal itu terjadi karena usianya yang sudah tak muda lagi.
Bahkan, setelah mengalami blighted ovum dirinya cemas akan sulit memiliki anak.
"Saya hamil telat, usia 33 tahun. Jadi kan banyak bilang kalau tua punya anak susah. Saya nggak tau saya pengen banget punya anak saya pengen cepet," papar Sandra Dewi di acara tersebut
Lalu Sandra Dewi pun menambahkan, "Saya nikah awal November, selesai mens, saya honeymoon, pulang ke rumah Desember saya positif, saya awal Desember hamil awal bulan pas christmast."
"Ternyata janinnya nggak berkembang, itu bukan ngelahirin tapi mengeluarkan janin yang tidak berkembang," ungkap Sandra Dewi saat ditemui Grid.ID di Gramedia Matraman, Jakarta Timur, Rabu (26/6/2019).
"Langsung stress, mana saya umurnya udah tua, wah hancur dunia rasanya," lanjutnya.
Wanita kelahiran Pangkal Pinang ini juga masih belum mengetahui penyebab janinnya tak berkembang.
"Dan memang nggak ada yang bisa ngejelasin kenapa saya mengalami kegagalan pertama, blighted ovum, karena memang itu terjadi, di antara 3 ibu hamil ada 1 yang seperti itu," jelas Sandra Dewi.
Mengenai blighted ovum, seperti yang dipaparkan laman americanpregnancy.org, adalah penyebab sekitar 50% keguguran trimester pertama dan biasanya merupakan hasil dari masalah kromosom.
Baca Juga: Telur Herbal Diklaim Paling Sehat, Inilah Perbedaannya dengan Telur Lainnya
Menurut laman urmc.rochester.edu, kehamilan di atas usia 30 tahun, berisiko lebih tinggi untuk hal-hal seperti:
* Keguguran
* Cacat lahir
* Kembar
* Tekanan darah tinggi
Baca Juga: Jaring Empuk Putih yang Biasa Ditemukan Saat Membeli Buah Ternyata Memiliki Manfaat Anti Bakteri
* Diabetes gestasional
* Persalinan yang sulit.
Masih dari laman yang sama, selain itu ada juga risiko untuk masalah kromosom.
Risiko untuk masalah kromosom meningkat dengan usia ibu.
Bagaimana dengan Jennifer Jill Supit, istri dari artis Ajun Perwira yang kini sedang mengikuti program bayi tabung untuk kehamilanya di usia hamper 50 tahun.
"Dengan usia aku, thank God, masih produktif, anyway, programnya itu program bayi tabung, tapi ada kemungkinan katanya kalau bayi tabung itu bisa kembar," ungkap Jennifer Jill dalam tayangan SILET, yang diunggah di kanal YouTube RCTI pada Jumat (21/6/2019).
Baca Juga: Konsumsi Karbohidrat Hanya di Malam Hari Bikin Cepat Langsing? Ini Faktanya
Jenifer Jill Supit mengaku program bayi tabung yang sedang dijalani bersama dengan suaminya sudah mencapai 50%.
Mengingat usia Jennifer Jill yang menginjak angka 48 tahun, program bayi tabung ternyata sangat berisiko pada kesehatan dirinya dan janin.
Mungkin karena itu Ajun Perwira sempat takut sebelum akhirnya melakukan program bayi tabung.
Menurut laman ilmiah ncbi.nlm.nih.gov, kehamilan di usia yang lebih tua, maksudnya di atas usia 35 tahun, cenderung menghasilkan kehamilan hasil yang merugika; lahir meninggal, keguguran, dan kehamilan ektopik serta beberapa kelahiran dan kelainan bawaan adalah beberapa dari risiko ini.
Baca Juga: 2 Minuman Sehat Ini Menjadi Salah Satu Kunci Kebugaran Jokowi, Mudah Ditemukan dan Murah
Kehamilan pada wanita berusia di atas 35 tahun jarang dikaitkan dengan komplikasi, kelahiran prematur dan intervensi saat lahir dan peningkatan risiko kelainan janin spesifik, termasuk kelainan struktural dan kromosom; misalnya risiko memiliki bayi dengan sindrom Down meningkat secara eksponensial setelah 36 tahun usia ibu.
Laman ilmiah lainnya, pregnancybirthbaby.org.au, menurunkan tulisan yang menyatakan wanita di ata susia 40 tahun lebih mungkin untuk:
* Mengalami keguguran
* Memiliki plasenta previa, di mana plasenta berkembang di bagian rahim yang salah
* Memiliki tekanan darah tinggi atau diabetes gestasional
* Masuk ke persalinan prematur
* Memiliki anak kembar atau bahkan kembar tiga.
Baca Juga: Sudah Lakukan Operasi Keperawanan, Wanita Ini Malah Menyesal Seumur Hidupnya
Lucunya fakta ilmiah hamil di ata usia 40 tahun itu justru tak sedikit dari wanita di Amerika serikat berada di posisi itu.
Laman ncbi.nlm.nih.gov, menyebutkan jika tingkat kesuburan A.S. telah menurun ke titik terendah, menurut data federal baru.
Kuartal pertama 2016 membawa 59,8 bayi untuk setiap 1.000 wanita, usia 15 hingga 44 tahun, dan hampir setengah dari laju pada puncak ledakan bayi di akhir 1950-an.
Angka-angka ini menunjukkan tren yang jelas, wanita yang memilih untuk bereproduksi terus menunda peran sebagai ibu.
Di negara-negara Barat, wanita menunda usia kehamilan pertama, dalam beberapa kasus jauh melampaui usia empat puluhan (2).
Usia rata-rata wanita hamil pertama kali meningkat di AS dari 21 menjadi 25 tahun pada 40 tahun setelah 1970, dengan penurunan jumlah ibu yang lebih muda dari 20 tahun, dan peningkatan yang masuk akal dari mereka yang berusia di atas 35. Di negara-negara barat lainnya, trennya serupa, dengan peningkatan usia ibu minimum 3 tahun di Swedia dan maksimum (4,6 tahun) di Denmark, sementara di Swiss rata-rata usia ibu / anak pertama pada 2006 adalah 29,4 tahun.
Di Inggris, rata-rata usia ibu pada 2013 meningkat menjadi 30,0 tahun, dibandingkan dengan 29,8 tahun pada 2012.
Baca Juga: Belum Tentu Hamil, Telat Menstruasi Bisa Jadi Karena 8 Hal Ini
Usia di atas 35 tahun sekarang memiliki angka kelahiran yang paling cepat berkembang dan wanita yang memiliki bayi di usia 40-an memiliki lebih dari dua kali lipat dalam sepuluh tahun: 9.336 vs 27.000 bayi Inggris dilahirkan untuk wanita di atas 40 tahun masing-masing pada tahun 1989 dan 2010, sehingga satu dari lima wanita Inggris 35 atau lebih tua saat melahirkan, dan persalinan untuk ibu berusia 20 hingga 24 juga berkurang 8,6 persen pada 2013-14.
Jadi, bagi mereka yang usianya seperti Jennifer Jill Supit dan ingin hamil, jangan khawatir.
Yang penting jalani tes skrining, seperti USG dini dan / atau tes darah, pra hamil.
Jika ada masalah, dapat melakukan tes diagnostik seperti chorionic villus sampling dan amniocentesis.
Baiknya, konseling dengan ahli genetik.(*)
#gridhealthid #inspiringbetterhealth #gridnetworkjuara
Source | : | ncbi.nlm.nih.gov,americanpregnancy.org,pregnancybirthbaby.org.au,urmc.rochester.edu |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar