GridHEALTH.id - Tidak bisa dipungkiri, segala sesuatu yang berlebihan itu memang akan berakhir dengan tidak baik, tak terkecuali dalam bekerja.
Seperti yang dialami seorang wanita di Hong Kong yang harus berakhir tragis karena sering memaksakan diri untuk selalu bekerja.
Dilansir dari Good Times, Hu Jia Yi (26) wanita yang bekerja di sebuah pabrik rajutan harus mengalami kondisi memprihatinkan sebelum dirinya meninggal dunia.
Baca Juga: Tidur Siang 2 Kali Seminggu, Bisa Cegah Penyakit Jantung dan Stroke
Dimana ia harus disuntik obat penenang setiap kali dirinya tidak bisa mengontrol emosi.
Diketahui, sehari-hari ia bertanggung jawab untuk pembelian dan pemasaran produk di pabriknya.
Dia mulai bekerja pada jam 9 pagi dan baru meninggalkan pekerjaannya di atas jam 10 malam.
Bukan hanya itu saja, pekerjaan yang digeluti Jia Yi juga mengharuskannya melakukan perjalanan dinas yang jaraknya jauh dalam sehari.
Namun, setelah ia melakukan perjalanan ke sebuah pabrik di kota Zhuhai di Provinsi Guandong, Cina, untuk tujuan kerja.
Hu Jia Yi ditemukan oleh rekannya keesokan harinya, dalam kondisi gila dan tidak waras.
Dalam kondisi yang memprihatinkan itu, Jia Yi dikirim ke Rumah Sakit Distrik Utara di Hong Kong.
Selama dia tinggal di sana, Jia Yi tidak bisa mengenali orangtuanya dan sering berteriak di tempat tidurnya.
Bahkan, untuk membuatnya tenang Jia Yi sampai harus disuntik obat bius.
Bukannya membaik, tiga hari setelah dirawat di rumah sakit Jia Yi malah mengalami koma yang panjang.
Sampai akhirnya meninggal dunia tepat pada hari buruh, pada 1 Mei 2019 lalu.
Rekan-rekan Jia Yi pun memberi tahu media setempat bahwa Jia Yi mengeluhkan tekanan pekerjaan sebelum insiden itu terjadi.
Menurut catatan medis, Jia Yi meninggal karena pneumonia dan komplikasi kesehatan lainnya.
Lebih menyedihkan lagi, pihak perusahaan pun seolah lepas tangan dengan tidak memberikan kompensasi kepada keluarga Jia Yi.
Melihat dari segi medis, kerja berlebihan apalagi dipaksakan memang sangat berisiko pada kesehatan seseorang.
Banyak penelitian yang telah membuktikan masalah ini, sayang belum banyak orang dan perusahaan yang sadar akan kondisi tersebut.
Salah satunya seperti penelitian Professor Mika Kivimaki dari University College, London.
Dimana ia mengungkapkan bahwa pekerja yang memiliki jam kerja terlalu lama setiap minggunya lebih berisiko menderita gangguan irama jantung atau fibrilasi atrial.
Hal ini terjadi pada karyawan yang umumnya bekerja lebih dari 55 jam per minggu (misalnya 11 jam selama 5 hari kerja setiap minggunya) dibandingkan dengan pekerja yang memiliki jam kerja normal, yakni 41-48 jam per minggu.
Hal ini juga dapat dikaitkan dengan kebiasaan hidup dari para karyawan itu sendiri.
Dalam hal ini, karyawan yang menghabiskan waktu lebih banyak di tempat kerja atau punya tekanan besar dari kantor umumnya memiliki gaya hidup yang tidak sehat.
Misalnya suka jajan sembarangan, tidak memerhatikan asupan gizinya, makan terlalu banyak, merokok, minum minuman beralkohol secara berlebihan, serta jarang berolahraga.
Hal-hal tersebutlah yang akhirnya bisa menjadi pemicu terjadinya kelainan jantung dan berbagai penyakit serius lainnya.
Maka dari itu, penting bagi setiap orang untuk menyeimbangkan jam kerja dengan aktivitas lain yang tak kalah produktif. (*)
#gridhealthid #inspiringbetterhealthid
Source | : | Suar.ID,academic.oup.com |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar