"Dengan berat badan 159 kilogram, ada banyak hal sederhana bagi orang lain, yang tak biasa aku lakukan." kata Liz.
"Aku selalu merasa cemas ketika harus naik kereta, karena akan membuat sempit orang yang duduk di sebelahku."
"Saat naik pesawat, aku harus berpura-pura tidur, karena sabuk pengaman di kursi tak muat di pinggangku," sebut dia.
"Aku lalu suka menggunakan analogi 'hidup di bawah air'. Saya terbiasa dengan itu, meskipun itu tidak normal," kata Liz.
"Kini aku tidak lagi 'di bawah air'."
Liz mengaku memulai proses penurunan berat badan dengan mencari dukungan.
Dia bergabung dengan sebuah program di Boston yang masih dia jalani sampai hari ini.
Baca Juga: Kesemutan dan Kebas Pada Pasien Diabetes Dapat Dicegah Dengan Vitamin B
Di dalam program itu ada kelompok pendukung, penimbangan mingguan, serta program diet dan olahraga.
Melalui program tersebut Liz mulai belajar mengubah pola dan perilaku lama.
Hal itu termasuk tidak makan di siang hari dan makan di malam hari.
Tapi itu tak akan bisa dilakukannya dengan tertib tanpa bantuan smartphone-nya.
"Saya belajar mengatur waktu makan saya 3-4 jam terpisah, dan saya mengatur alarm di smartphone untuk mengingatkan waktu makan," papar Liz.
"Dan, aku pun beralih dari makan banyak karbohidrat menjadi makan rendah karbohidrat."
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar