GridHealth.ID - Rata-rata wanita menjadi emosional dan mengalami nyeri baik menjelang maupun selama haid berlangsung. Ini disebut juga PMS atau premenstrual syndrome.
PMS umumnya meliputi sakit kepala, kram perut, dan perubahan suasana hati. Namun, apabila wanita mengalami PMS itu hal normal dan dapat diobati.
Meski tergolong normal, beberapa wanita kadang mengalami nyeri haid yang sangat menyakitkan hingga membuat mereka kesulitan untuk melakukan aktivitas selama beberapa hari.
Menurut American Congress of Obstetricians dan Gynecologists, lebih dari setengah dari perempuan yang haid mengalami rasa sakit selama satu sampai dua hari setiap bulan. Rasa sakit ini disebut dismenore.
Baca Juga: 2 Cara Untuk Atasi Haid yang Sering Membuat Wanita Sulit Tidur
American Academy of Family Physicians menyatakan 20% perempuan mengalami dismenore yang cukup parah dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
Seperti diketahui, ada dua jenis dismenore, yaitu primer dan sekunder.
- Dismenore primer adalah rasa nyeri yang umum dirasakan perempuan saat haid. Ini berupa kram di perut bagian bawah akibat dari kontraksi rahim.
- Dismenore sekunder biasanya dipicu oleh penyakit lain, misalnya infeksi rahim.
Baca Juga: 6 Kesalahan Wanita Yang Justru Membuat Nyeri Haid Semakin Parah
Bagi wanita yang menderita dismenore saat haid akan sulit berkonsentrasi dalam melakukan pekerjaannya.
Beberapa wanita mungkin akan memilih istirahat sejenak, atau mungkin mengambil hak cuti untuk mengatasi nyeri haid yang dialaminya.
Lantas, bagaimana dengan para tenaga medis yang kini berperan penting dalam merawat dan menangani pasien Covid-19?
Para tenaga medis wanita yang saat ini sedang bertugas menjadi garda terdepan di tengah wabah Covid-19 tentu harus mengondisikan dirinya agar suasana hati maupun nyeri haid tersebut tidak mengganggu pekerjaannya.
Baca Juga: Kehabisan Celana Dalam saat Berlibur, Wanita Ini Nekat Cuci Bekas Haid dalam Pemanas Air
Dalam hal ini, seorang dokter yang kini berugas di Rumah Sakit (RS) Darurat Wisma Atlet mengatakan, untuk meredakan nyeri haid, dia menyiasatinya dengan mengonsumsi obat pereda nyari.
Baca Juga: Faktanya Pil KB Justru Bisa Buat Siklus Haid Jadi Teratur Kembali
"Emang kan mana kalau lagi mens kan udah gangguan mood, disminore juga karena saya juga kan disminore ya. Itu menyiasatinya sebelum kerja kalau saya sih memang ada konsumsi obat pereda nyeri gitu. Jadi kalau pas kerja gak keganggu walaupun ada gangguan mood sedikit-sedikit bete atau gimana." kata dr. Oktaviani Eka Puspasari, saat wawancara eksklusif dengan GridHEALTH.id.
Menurut dr Oktaviani, walaupun nyeri perut selalu data di hari pertama haid tetapi itu tidak menyurutkan niatnya untuk tetap fokus menangani dan merawat pasien Covid-19.
Baca Juga: Wanita yang Jarang Haid atau Tidak Teratur, Bisa Jadi Miliki Penyakit PCOS
"Tapi karena sudah tugas dan kita juga kan mau bantu sesama yaudah jalanin aja. Memang hari pertama kan perubahan mood dan nyeri-nyeri perut gitu. Tapi ya gitu paling karena aku sih siklusnya memang selalu disminore di hari pertama jadi kaya udah tau oh ini kayanya mau mens nih jadi sebelum itu udah minum obat pereda nyeri biar gak ngalangin aktivitas." kata dr. Oktaviani.
Bahkan, seorang dokter sekaligus Perwira Pertama di Pusat Kesehatan Angkatan Darat itu juga mengatakan, melihat pasien Covid-19 yang terus berdatangan justru membuatnya semakin kuat dalam menghilangkan rasa nyeri haid.
Baca Juga: Bosan Gunakan Pembalut Saat Haid, Wanita Bisa Coba Gunakan Menstrual Cup
Hal itu dikarenakan sebagai seorang dokter, dia merasa harus segera menyembuhkan para pasien Covid-19, alih-alih merasakan nyeri haid tersebut.
"Sebenarnya yang menguatkan banyak. Kita melihat setiap hari pasien berdatangan bertambah banyak kaya kita mikir ini sampai kapan selesainya. Mungkin sekarang kita merupakan perpanjangan tuhan buat membantu sesama kita." ujar dia.
Baca Juga: Munculnya Jerawat Menjelang Haid Sulit Dihindari, Tapi Wanita Bisa Lakukan Ini Untuk Mencegahnya
"Setidaknya kalau kita tidak bisa memberikan apa-apa setidaknya kita bisa berkontribusi di jalur kesehatan. Jadi dengan kita jadi dokter di sini mungkin kita bisa membantu orang-orang disini." tambahnya.
dr. Oktaviani menambahkan, dengan melihat pasien sembuh dari Covid-19 membuat dirinya senang.
Baca Juga: Darah Haid Banyak Berlebih Bisa Berisiko Pengangkatan Rahim!
Dengan kata lain, rasa nyeri haid bagi dr. Oktaviani merupakan bagian kecil yang tidak perlu dipermasalahkan meski menjalani aktivitas yang menegangkan dan melelahkan.
"Setidaknya orang-orang yang datang dengan diagnosis positif bisa pulang dengan diagnosis negatif sudah bebas dari covid itu buat kita senang aja. Oh berarti kita sudah memutus mata rantai 1 nih buat orang menyebarkan kepada orang lain di luar sana. Kalau misalnya kita tidak bertahan disini siapa lagi yang mau bantu Negara kita menjadi lebih baik." tutup dr Oktaviani.(*)
#berantasstunting #hadapicorona
Source | : | acog.org,aafp.org |
Penulis | : | Gabriela Stefani |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar