GridHEALTH.id- Kelompok studi Global Health Forum menemukan di sejumlah negara, pasien pria lebih banyak terinfeksi dan meninggal karena corona.
Seperti di Italia, perbandingan kasus infeksi pria dan wanita 53 berbanding 47%. Sementara tingkat kematiannya 68 berbanding 32%. Di China, kasus positif corona pasien pria juga lebih banyak, yaitu 51% berbanding pasien perempuan yaitu 49%.
Tingkat kematian pasien pria karena virus corona di China juga lebih tinggi yaitu 64%, dibandingkan perempuan 36%. Iran juga demikian, perbandinganya 57% laki-laki dan 43 perempuan. Sedangkan tingkat kematiannya 59% berbanding 41%n.
Proporsi pria lebih banyak terpapar dan meninggal juga dilaporkan di Yunani, Peru, Ekuador, Jepang, Pakistan, Filipina dan Thailand.
Di Indonesia, mengutip data yang ada di kawalcovid19, dari kasus positif yang dilaporkan, 62,5% adalah laki-laki dan 37,5 perempuan. Pria juga mendominasi di semua kelompok umur, kecuali di rentang 20-29 tahun
Alasan utamanya adalah kebanyakan pasien memiliki penyakit penyerta seperti stroke, penyakit jantung, penyakit paru dan hipertensi. Kondisi ini terjadi lebih banyak pada pria daripada wanita, menurut studi dalam jurnal medis Lancet pada 2018.
Baca Juga: Bill Gates Menolak Dibilang Pencipta Virus Corona, 'Jutaan Dolar Saya Gelontorkan Untuk Cari Vaksin
Baca Juga: Viral Warga Muara Enim Ditemukan Kelaparan, di Indonesia Masih Ada Kwashiorkor?
Selain itu faktor kebiasaan merokok dan meminum alkohol lebih banyak dilakukan pria. Studi yang dilakukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperlihatkan, tingkat konsumsi alkohol dan merokok lebih tinggi pada laki-laki ketimbang wanita.
Penelitian mengungkapkan kekebalan tubuh pria lebih rendah terhadap serangkaian infeksi termasuk hepatitis C dan HIV.
Selain itu, hormon juga diyakini memainkan peran utama. Estrogen pada perempuan bisa meningkatkan respon kekebalan.
Para ilmuwan juga menemukan banyak gen yang mengatur sistem kekebalan dikodekan pada kromosom X--pria memiliki satu (XY), sementara wanita memiliki dua (XX).
Epidemiolog Indonesia kandidat doktor dari Griffith University Australia, Dicky Budiman menilai alasan tepatnya terkait kondisi tersebut masih terus diteliti untuk memastikannya.
Meskipun ada sebagian yang menyebut faktor kebiasaan merokok, mobilitas dan obesitas bisa jadi pendorongnya.
Hal itu mengingat di negara yang banyak terdampak virus corona seperti China, Perancis, Italia, Korea Selatan pasien pria mengalami kematian 50% lebih besar dari wanita.
Baca Juga: Ginjal Bermasalah Bukan Karena Kebanyakan Obat, Ini Penyebab Utamanya
Baca Juga: Jangan Suka Berlama-lama di Kantor, Bahaya Hipertensi Mengintai
"Secara umum, profile kesehatan para pria di negara tersebut adalah, perokok dan peminum alkohol," kata Dicky dikutip Kompas.com, (12/4/2020).
Selain faktor gaya hidup, Dicky juga mengatakan, ada teori yang menyebutkan bahwa pria memiliki respons imunitas yang lebih rendah dari wanita.
Mengenai faktor imun atau daya tahan tubuh ini, Dicky mengatakan, studi pada kasus epidemi HIV dan hepatitis juga memperlihatkan bahwa wanita memiliki reaksi imunitas yang lebih kuat (bagus) terhadap virus.
Hal itu mengingat wanita memiliki 2 kopi kromosom X sementara pria hanya satu. Kromosom X ini yang diketahui memiliki banyak sekali gen respons imunitas. Namun dia juga mengingatkan bahwa hal itu perlu diteliti lebih lanjut.
Sebab ada faktor budaya atau sosial yang bisa berpengaruh. Seperti misalnya fakta bahwa umumnya wanita lebih sering datang untuk memeriksakan kesehatan, sehingga lebih menurunkan kemungkinan untuk jatuh pada sakit kritis.
Baca Juga: Diam-diam Makin Populer, Alat Kontrasepsi Kondom Larut Buat Wanita
Baca Juga: Studi, Pemberian Air Gula Saat Imunisasi Bisa Tenangkan Bayi
"Sementara sebaliknya pria cenderung ada dalam sosok perkasa, merasa sehat dan hanya berobat ketika sakit parah," ungkap Dicky. (*)
#berantasstunting #hadapicorona
Source | : | WHO,The Lancet,Global Citizen,Kompas Health |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar