GridHEALTH.id - Fakta Baru Penyebab Mudahnya Seseorag Terpapar Virus Corona, Junk Food Disalahkan Ahli dan Pakar.
Pakar dan ahli kesehatan tidak main-main dan bukan tanpa alasan menyalahkan junk food sebagai biang kelagi mudahnya seseorang terpapar virus corona.
Baca Juga: Yakin Covid-19 Sudah Lenyap, Seniman Asal Surabaya Siap Hirup Mulut Pasien Corona Untuk Buktikan
Walau demikian, makanan satu ini masih disukai oleh banyak manusia dibanyak negara.
Contoh di Indonesia, lihat saja ramainya gerai dan resto junk food oleh pengunjung, tak terkecuali di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini.
Namu demikian, pendapat ahli dan pakar dari hasil penelitian mereka tetap harus disuarakan dan disampaikan ke banyak manusia.
Karena pakar dan ahli hanya punya satu tujuan, ingin lebih banyak manusia yang sehat di muka bumi, dan umat manusia sebanyak mugkin bisa lolos dari pandemi Covid-19.
Karenanya di Inggris yang menjadi salah satu negara yang menderita kasus infeksi corona terburuk di dunia, para ilmuan menyalahkan industri makanan cepat saji.
Melansir Daily Mail (10/6/2020) Para ilmuwan dari Queen Mary University of London menuduh produsen junk food memperburuk pandemi, dan menggunakannya untuk mempromosikan produk mereka yang tinggi akan kalori.
Padahal, angka menunjukkan bahwa kelebihan berat badan dan orang gemuk menciptakan 10 kematian Covid-19 di Inggris dam 8 dari 10 diagnosis.
Melansir Intisari.id (11 Juni 2020), dalam tajuk rencana yang diterbitkan 10 Juni 2020 oleh British Medical Journal (BMJ), industri makanan berbagi kesalahan atas penyakit Covid-19 dam konsekuensinya yang menghancurkan.
"Selain itu, sejak awal pandemi Covid-19, industri makanan telah meluncurkan kampanye... sering kali dengan taktik terselubung menggunakan wabah sebagai peluang pemasaran," kata mereka.
Mereka menuduh Krispy Kreme, sebuah produsen donat, telah mengeksploitasi krisis dengan mengirimkan satu juta donat manis ke staf garis depan NHS sebagai bagian dari aksi PR viral.
Baca Juga: Lock Down Dibuka, Bukannya Senang Keluar Rumah, Banyak Murid di China Pilih Bunuh Diri
Para penandatangan editorial menyerukan industri tersebut untuk segera berhenti mempromosikan makanan dan minuman yang tidak sehat.
Sementara itu, analis catatan NHS menunjukkan bahwa risiko penyakit kritis dari Covid-19 meningkat 44 persen untuk orang yang kelebihan berat badan dan hampir 2 kali lipat untuk mereka yang mengalami obesitas.
Tingkat kematiannya hampir 40 persen lebih tinggi pada pasien dengan Body Mass Index atau Indek Massa Tubuh (BMI) lebih dari 30.
Kelebihan berat badan menyebabkan jumlah enzim dalam tubuh yang bernama ACE2 banyak dibajak oleh virus, supaya bisa masuk ke dalam tubuh.
Baca Juga: Dokter Jepang Penemu Penyakit Kawasaki Wafat di Usia 95 Tahun
Baca Juga: Dokter Jepang Penemu Penyakit Kawasaki Wafat di Usia 95 Tahun
Reseptor ACE2 ini menjadi pintu pintu masuk virus ke dalam tubuh ketika seseorang pertama kali terinfeksi, dikenal sebagai viral load.
Semakin banyak viral load, semakin buruk tingkat keparahan penyakit dan semakin sulit bagi sistem kekebalan untuk menangkisnya.
Mereka yang kelebihan berat badan dan tidak sehat juga memiliki kapasitas paru-paru yang lebih rendah daripada orang sehat, yang membuatnya sulit mendapatkan oksigen dan darah untuk disebarkan ke seluruh tubuh.
Jadinya, ketika Covid-19 menyerang semakin sulit bernapas dan menghambat aliran oksigen.
Baca Juga: Kapolri Idham Azis Geram Tahu Anak Buahnya Tak Pakai Masker; Mutasi, Harus Keluar!
Untuk diketahui, saat orang gemuk terinfeksi, sistem kekebalan tubuhnya memacu diri untuk meningkat untuk melindungi diri dan memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh peradangan sel.
Saat menggunakan semua energinya untuk menangkal peradangan, otomatis sistem pertahanan tubuh hanya memiliki sedikit sumber daya untuk bertahan melawan infeksi yang baru seperti Covid-19.
Jadi kegemukan juga obesitas yang menyebabkan diabetes tipe 2, merupakan faktor risiko lain untuk Covid-19 menjadi lebih parah.
Nah, karena alasan itulah para ilmuwan menyebut indutri makanan junk food berbagi kesalahan atas parahnya kondisi pandemi Covid-19.
Dalam sebuah tajuk rencana, para peneliti menulis: "Industri makanan global memproduksi dan secara ekstensif mempromosikan minuman murah, gula manis dan makanan ultraproses yang tinggi garam, gula, dan lemak jenuh."
Baca Juga: Refleksiologi, Pijatan Pada Telapak Kaki yang Bikin Tidur Lelap Penderita Insomnia
“Sekarang jelas bahwa industri makanan berbagi kesalahan tidak hanya untuk obesitas, tetapi untuk keparahan penyakit covid-19 dan konsekuensinya yang menghancurkan.
"Industri makanan di seluruh dunia harus segera berhenti mempromosikan, dan pemerintah harus memaksakan reformulasi makanan dan minuman yang tidak sehat."
Graham MacGregor, salah satu penulis penelitian dan profesor kedokteran kardiovaskular di Barts dan The London Hospital, menambahkan, "Tidak seperti kebanyakan faktor risiko lain yang diidentifikasi untuk Covid-19 seperti usia, jenis kelamin dan etnis, obesitas adalah faktor risiko yang dapat dimodifikasi.
Baca Juga: Studi: Mengabaikan Aturan Physical Distancing Adalah Tanda Psikopat
"Inilah sebabnya mengapa pemerintah di seluruh dunia harus mengambil kesempatan untuk membantu orang makan lebih sehat dan menegakkan langkah-langkah untuk membatasi promosi, pemasaran, dan iklan makanan tidak sehat dan memastikan reformulasi mereka mengandung garam, gula, dan lemak jenuh yang jauh lebih sedikit.
"Ini akan mengurangi kematian akibat virus ganas ini dan banyak penyakit kronis lainnya," jelasya.
Hal tersebut pun diakui dua dari tiga warga Inggris, mereka kompak mengakui selama lockdown pandemi Covid-19 telah menimbun lemak, yang menempatkan mereka lebih berisiko terhadap infeksi virus corona.
Baca Juga: Melihat Serangga Ini, Peneliti LIPI Langsung Keluarkan Pernyataan Bikin Heboh, 'Kiamat Sudah Dekat'
Menurut survei terhadap 1.000 warga Inggris, satu dari 20 mengatakan mereka telah menambah berat badan sehingga mereka terlalu 'takut' untuk berdiri di atas timbangan.
Survei terbaru, ditugaskan oleh Slimfast, mengungkapkan itu adalah orang muda dan wanita yang sebagian besar bertambah berat badan.
Dua pertiga dari mereka yang menimbun berat badan berusia antara 18 dan 24. Kurang dari setengahnya berusia di atas 65 tahun.
Baca Juga: Pembatasan Jumlah Penumpang Dihapus, DPR : 'Jangan Korbankan Rakyat'
Lebih dari 60 persen wanita mengatakan mereka lebih gemuk sekarang daripada sebelum lockdown dan satu dari sepuluh mengatakan mereka setidaknya lebih berat. Sekitar 57 persen pria mengatakan mereka lebih berat dari dua bulan lalu.
Satu dari tiga responden mengatakan mereka mengalami kenaikan berat badan karena kenyamanan makan, sementara seperempat menyalahkan kurangnya olahraga.
Yang kedelapan mengatakan mereka menumpuk pada berat badan karena ada lebih banyak makanan di sekitar rumah, sementara satu dari 50 mengatakan mereka bertambah berat karena merasa tidak masalah karena tidak ada orang lain yang akan melihat mereka.(*)
Baca Juga: Tingkat Kesembuhan Kasus Covid-19 di Surabaya Cepat, Resepnya Diumbar Risma; Pokak Jahe
#berantasstunting
#HadapiCorona
Source | : | Dailymail.co.uk,intisari,NHS |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar