GridHEALTH.id - Sebanyak lebih dari 97 ribu anak di seluruh dunia telah dinyatakan positif terinfeksi virus corona baru hanya dalam kurun waktu dua pekan, dari 16 hingga 20 Juli.
Hal tersebut terungkap dalam laporan terbaru dari American Academy of Pediatrics, melansir CBS News, (09/08/20)
Selain itu, dari hampir 5 juta kasus Covid-19 yang dikonfirmasi di Amerika Serikat (AS), CBS News menemukan, ada lebih dari 338 ribu di antaranya adalah Covid-19 pada anak-anak. Untuk Juli saja, sebanyak 25 anak dilaporkan meregang nyawa karena Covid-19 di AS.
Data tersebut semakin memicu kekhawatiran akan rencana pemerintahan Presiden Donald Trump untuk membuka kembali sekolah secara langsung pada musim gugur.
Walikota New York City, Bill de Blasio menjamin akan membuka kembali sekolah tatap muka pada musim gugur dan akan bekerja sekuat mungkin untuk mencegah penularan.
"Mereka (para pejabat) telah melihat contoh dari seluruh dunia tentang apa yang akan menjaga komunitas sekolah tetap aman.
Baca Juga: Sayuran Organik Jelas Lebih Sehat, Ini Panduan dan Cara Memilih
Mereka sudah membuat serangkaian langkah dari lensa kesehatan dan keselamatan terlebih dulu, sambil juga memastikan kita bisa mendidik anak-anak," ujarnya dalam konferensi pers (07/08/20).
Dalam pernyataannya, De Blasio memberikan tenggat waktu hingga Jumat malam bagi para wali murid untuk mendaftarkan anak-anak mereka untuk bersekolah tatap muka, pembelajaran jarak jauh, atau campuran.
Kebijakan pemerintah membuat tekanan tersendiri bagi 13 ribu sekolah di seluruh negeri. Mereka diharuskan mencari cara menjaga anak-anak tetap aman dengan segudang protokol kesehatan, sembari tetap melakukan kegiatan ajar mengajar.
Dr. Tina Hartert dari Universitas Vanderbilt mengatakan, pihak berwenang bisa meningkatkan pengujian Covid-19 pada anak-anak untuk mengontrol penularan.
Saat ini, Hartert sendiri sudah memimpin penelitian yang didanai pemerintah untuk melakukan pengujian ke sekitar 2.000 keluarga.
"Alat pengujian dikirim ke keluarga, mereka diajari cara mengumpulkan sampel ini, lalu sampel dikirim kembali laboratorium pusat," urainya.
Hal lain yang bisa dilakukan saat ini adalah dengan membersihkan bus sekolah. Di Lawrence Township, Indiana, pihak berwenang melakukan penyemprotan disinfektan tingkat rumah sakit untuk bus sekolah bagi siswa yang masih membutuhkan tumpangan.
Baca Juga: Glaukoma Tidak Dapat Disembuhkan, Begini Tips Cara Merawatnya
Baca Juga: Lakukan 5 Rutinitas Ini Sebelum Berangkat Tidur dan Rasakan Hasilnya
Sementara di Indonesia, pemerintah memutuskan untuk memperbolehkan sekolah melakukan kegiatan belajar-mengajar secara tatap muka di daerah zona kuning, atau risiko rendah virus corona, secara bertahap.
Demikian hasil revisi Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri tentang panduan penyelenggaraan pembelajaran tahun ajaran baru di masa pandemi.
"Kita memperbolehkan, dan bukan memaksakan, pembelajaran tatap muka (di zona kuning) dengan mengikuti protokol kesehatan yang ketat," kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim, Jumat (07/08/20).
Keputusan ini disambut beragam oleh guru dan orang tua murid. Beberapa mengaku membolehkan anak mereka kembali bertatap muka dengan guru di sekolah dengan berbagai alasan, termasuk kesulitan membeli pulsa—meski Nadiem mengatakan Dana BOS bisa dipakai membeli kuota internet.
Ada pula orang tua yang masih khawatir dengan situasi pandemi saat ini.
Pembukaan kembali sekolah di zona kuning ini, antara lain, didasarkan kepada persoalan, kendala dan tantangan yang dihadapi anak didik, guru, serta orang tua, selama masa pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Baca Juga: Jambu Biji dan Bayam, 2 Sumber Alami Menaikkan Trombosit dengan Cepat
Baca Juga: Makan Serangga Seperti Jangkrik dan Ulat Sutra, Antioksidannya Melebihi Jeruk Untuk Melawan Kanker
Selain itu, pemerintah menyiapkan kurikulum darurat bagi sekolah yang masih menerapkan proses pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Kurikulum darurat ini ditujukan untuk semua jenjang pendidikan dari mulai PAUD hingga SMK.
Dalam keterangan pers secara daring, Jumat (07/08/20), Nadiem mengatakan sistem zonasi tersebut disesuaikan data Satuan Tugas Nasional Covid-19.
Baca Juga: Hati-hati, Sembelit Bisa Mengancam Nyawa, Segera ke Dokter Bila Jadwal BAB Berubah
Baca Juga: Wajib Tahu, Mitos Tentang Demam Berdarah Dengue yang Perlu Diluruskan
Adapun proses pembelajaran di zona merah dan oranye "tetap dilarang pembelajaran tatap muka", katanya. (*)
#berantasstunting #hadapicorona
Source | : | Kompas.com,CBS News,harvard medical school,Gridhealth.id,gelora.co.id |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar