Studi mereka menunjukkan, potongan DNA Neanderthal yang berpotensi berbahaya, tidak terdistribusi secara merata saat ini di seluruh dunia.
Hanya sekitar 16 persen orang Eropa yang memilikinya dan sekitar setengah populasi di seluruh Asia Selatan, dengan proporsi tertinggi 63 persen ditemukan di Bangladesh.
Baca Juga: Cara Bijak Supaya Mi Instan Menjadi Sehat untuk Dikonsumsi, Coba Deh
Para peneliti berspekulasi, data ini dapat membantu menjelaskan, mengapa individu keturunan Bangladesh yang tinggal di Inggris dua kali lebih mungkin meninggal akibat Covid-19 daripada populasi umum.
Di Asia Timur dan Afrika varian gen ini hampir tidak ada.
Sementara itu, penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa sekitar dua persen DNA pada orang non-Afrika di seluruh dunia berasal dari Neanderthal.
Baca Juga: Tes Gula Darah 2 Jam Setelah Makan Lebih Rendah Dari Gula Darah Puasa? Mungkin Ini Sebabnya
Sisa-sisa Denisovan juga tersebar luas tetapi lebih sporadis, terdiri dari kurang dari satu persen DNA di antara orang Asia dan Pribumi Amerika, dan sekitar lima persen orang Aborigin Australia dan orang Papua Niugini.(*)
#berantasstunting
#HadapiCorona
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "DNA dari Neanderthal Bikin Covid-19 Lebih Parah, Kok Bisa?", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/sains/read/2020/10/04/180100023/dna-dari-neanderthal-bikin-covid-19-lebih-parah-kok-bisa-?page=all#page3.
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar