GridHEALTH.id - Hingga hari ini bangsa Indonesia sedang dihadapkan dengan bahaya laten anemia alias kekurangan zat besi.
Kenapa bahaya laten? Karena kekurangan zat besi ada dan nyata, tapi tidak disadari, dan selalu disepelekan. Padahal bisa dicegah. Dan ancaman kekurangan zat besi terus bergulir dan membesar jika kita semua tidak segera bertindak saat ini juga.
Baca Juga: Sering Susah Tidur Jadi Pertanda Konsumsi Gula Berlebih, Begini Baiknya
Jika tidak, masalah kekurangan zat besi di Indonesia bisa mengancam generasi penerus bangsa.
Asal tahu saja, karena masalah zat besi Indonesia bisa terancam gagal memiliki generasi emas 2025. Karenanya masalah kekurangan zat besi harus segera diatasi, dimulai dari dua lini. Ibu hamil dan bayi - anak.
Pentingnya Zat Besi pada Ibu Hamil
Efek kekurangan zat besi pada ibu hamil, baik untuk ibu dan kehamilan, menurut dr. Nurul Ratna Mutu Manikam, M.Gizi, SpGK., Spesialis Gizi dan Ketua Departemen Ilmu Gizi FK UI, dalam sebuah acara talk show bertajuk “Kekurangan Zat Besi Sebagai Isu Kesehatan Nasional di Indonesia dan Dampaknya Terhadap Kemajuan Anak Generasi Maju” yang diselenggarakan oleh Danone SN, adalah sebagai berikut;
Baca Juga: Mukormikosis, Infeksi Jamur yang Dipicu Oleh Covid-19, Bisa Sebabkan Kebutaan
1. Kelahiran prematur.
2. Melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), Normalmya berat bayi lahir 2500 gram.
3. Ibu mudah lelah, letih dan lesu.
4. Berisiko komoplikasi perdarahan saat melahirkan.
5. Bisa mengalami keluhan pada jantung dan pembuluh darah, misal berdebar2, tensi turun. Kondisi ini jelas berbahaya pada kehamilan, juga rentan bisa membuat ibu hamil mudah pingsan.
6. Bisa terjadi pembesaran otot jantung.
Baca Juga: Wajib Dipenuhi selama Periode Emas, Kenali 3 Aspek Penting 1000 Hari Pertama Kehidupan
Penting juga diketahui, kekurangan zat besi pada ibu hamil selain bisa membuat ibu hamil mengalami anemia pada kehamilan, juga berisiko mengalami tiroid autoimun.
Ini adalah sebuah kondisi di mana sistem kekebalan tubuh menyerang kelenjar tiroid.
Baca Juga: Wiku; Pasien Covid-19 di Indonesia Dengan Komorbid Penyakit Ginjal Paling Tinggi Risiko Kematiannya
Gejala tiroid autoimun adalah kelelahan, nyeri pada sekujur tubuh, dan menurunnya berat badan.
Aktifnya kelenjar tiroid dapat menghambat metabolisme pada tubuh.
Pada ibu menyusui, jika kekurangan zat besi bisa memengaruhi kualitas air susu ibu (ASI). Juga bisa muncul peradangan pada kelenjar susu, hingga depresi akibat turunnya energi dan kinerja fisik.
Mengenai kekurangan zat besi pada ibu hamil, ada data menyedihkan dari hasil penelitian yang dipublikasikan dalam European Journal of Endocrinology pada 2019.
Baca Juga: Usai Disuntik Vaksin Covid-19 Pfizer, 4 Orang Alami Lumpuh Wajah, Benarkah?
Penelitian tersebut mengukur kecukupan zat besi dan hormon tiroid pada 1.900 ibu hamil.
Hasilnya, sebanyak 35 persen dari ibu hamil yang menjadi sampel penelitian mengalami kekurangan zat besi pada trimester pertama. Ini sudah jelas sangat berbahaya.
Untuk mencegah kekurangan zat besi pada ibu hamil, laman web Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) menyebut, ibu hamil setidaknya memerlukan 800 miligram zat besi yang terdiri atas 300 miligram untuk janin dan 500 gram untuk membentuk hemoglobin maternal.
Baca Juga: Sering Melewatkan Sarapan, Serangan Jantung Menanti, Hindari Bubur dan Mi
Secara rinci, ibu hamil membutuhkan asupan zat besi sebanyak 35 miligram per hari pada trimester kedua dan 39 miligram per hari saat trimester ketiga.
Mudahnya, mencukupi kebutuhan zat besi pada ibu hamil menurut Nurul;
1. Konsumsi sumber zat besi;
- Sumber hewani yang utama; hati sapi/ayam, daging merah, kuning telur, daging unggas, ikan, udang, tiram.
- sumber nabati; kacang-kacangan, sayuran hijau, biji-bijian.
2. Konsumsi makanan/minuman yang difortifikasi zat besi.
Nurul pun mengingatkan, baiknya lakukan uji saring pemeriksaan hemoglobin.
Pentingnya Zat Besi pada bayi dan anak
Dampak yang terjadi pada anak yang mengalami kekurangan zat besi, dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Tak hanya untuk jangka pendek, namun juga berimbas untuk jangka panjang.
Baca Juga: Ilmuwan Turki Menemukan Molekul Ribavirin Mengurangi Efek Covid-19
Berikut dampak kekurangan zat besi pada anak, seperti yang disampaikan Nurul pada acara webinar (17 Desember 2020).
* Jangka pendek
1. Menurunnya kognitif/kecerdasan
2. Menurunnya fungsi otak (atensi, pendengaran, visual). Belajar menjadi terganggu.
Baca Juga: Covid-19 di Ibu Kota Merajalela, Ruang Isolasi di Rumah Sakit Jakarta Semakin Sulit Didapat
3. Menurunnya fungsi motorik.
* Jangka panjang
1. Perfoma di sekolah menurun (kemampuan berhitung, membaca, menulis, bahasa berkurang)
2. Perubahan atensi dan sosial. Kurang tanggap pada lingkungan.
3. Perubahan perilaku (kurang aktif bergerak, kurang atensi, kurang responsif, tidak ceria, mudah lelah). Implementasinya "Anaknya tidak percaya diri, ragu-ragu, lebih sulit di atur," jelas Nurul menegaskan.
Penting juga orangtua ketahui, Nurul memberikan tips pada kita untuk memantau, apakah anak kita termasuk anak kekurangan zat besi atau tidak, seperti;
Baca Juga: Isyana Sarasvati Akui Pernah Tremor Mendadak Saat SMP, Ini Penyebabnya
1. Apalah anak selalu tampak dan mengeluhkan lelah, pusing, pucat, dan pika (mengunyah atau makan benda tertentu yang bukan makanan).
2. Kadar Hb menurun. Cadangan zat besi (feritin) menurun.
Baca Juga: Istri Raditya Dika, Anissa Aziza Mengalami Tremor pada Tangan Kirinya, Ini Penyebabnya
3. Gambaran anemia difisiensi zat besi dari hapusan darah tepi (blood smear).
Jadi ingat, anak kekurangan zat besi, ada 2 hal yang nantinya mempengaruhi anak;
Pertama, mengganggu pertumbuhan anak. Misalnya nantinya anak stunting (tinggi badan rendah) dan mudah sakit.
Kedua mengganggu perkembangan anak, jadi nantinya IQ anak rendah, susah belajar atau konsentrasi, Nah, masalah IQ ini yang tidak dapat diobati,” tambahnya.
Baca Juga: Wagub DKI; Para Penolak Vaksinasi Covid-19 di Jakarta Bakal Didenda Rp 5 Juta
Adapun penyebab anak mengalami zast besi;
1. Terlambat MPASI
2. Pola konsumsi asupan protein, terutama sumber hewani tidak tepat dan baik
3. Kurang konsumsi fortifikasi zat besi, dalam makanan dan formula pertumbuhan
Baca Juga: Peru Hentikan Program Penyuntikan Vaksin Covid-19 dari China Setelah Ditemukan Gangguan Saraf
4. Masalah suplementasi.
Untuk mencegah anak kekurangan zat besi, sama seperti cara mencegah kekurangan zat besi pada ibu hamil.
Alangkah baiknya juga mencukupi anak dengan hal berikut yang diperlukan membantu penyerapan zat besi
1. Protein
2. asam askrobat (Vit C)
Baca Juga: Peru Hentikan Program Penyuntikan Vaksin Covid-19 dari China Setelah Ditemukan Gangguan Saraf
3. Kuprum (Cu)
4. Vitamin B6, B12, asam folat
5. Seng (zn).
Penting juga diperhatikan, kebutuhan anak akan zat besi perharinya adalah sebanyak 100 mg atau setara dengan konsumsi setengah kilo daging.
Lebih baik lagi jika semasa hamil, sang ibu mengonsumsi suplemen sebagai upaya pencegahan terjadinya defisiensi pada anak.
Tak hanya ibu hamil, bayi berusia 3 bulan pun sudah boleh diberikan suplemen zat besi dengan dosis khusus untuk mencegah efek jangka panjang dari kurangnya zat besi.
Baca Juga: Siap-siap! Mal Tutup Jam 7 Malam, Tidak Ada Perayaan Tahun Baru Seperti Sebelumnya
Memang defisiensi zat besi pada anak dapat disembuhkan, namun komplikasi yang timbul dapat bersifat permanen dan tidak dapat diperbaiki, termasuk kemampuan berpikir anak atau yang sering disebut IQ (intellegence quotient).(*)
View this post on Instagram
#berantasstunting
#HadapiCorona
#BijakGGL
Source | : | kemenkes.go.id,European Journal of Endocrinology |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar