GridHEALTH.id - Tidak bisa dipunkiri, bahwa pengembangan vaksin di Indonesia lebih lambat dibandingkan dengan vaksin di China,
Itu terbukti dari vaksin produksi Indonesia, yakni vaksin merah putih yang sampai sekarang belum juga selesai pengembangannya.
Sementara vaksin China, seperti vaksin Sinovac justru sudah mulai digunakan untuk program vaksinasi.
Baca Juga: WHO Sesalkan Ada Negara Prioritaskan Vaksin Covid-19 Pada Orang Dewasa Sehat
Kondisi ini pun diakui Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro.
Menurutnya ada beberapa alasan mengapa vaksin produksi Indonesia lebih lambat dibanding vaksin asal China.
Hal itu disampaikan Bambang dalam acara virtual Peringatan Satu Tahun Pandemi Covid-19 di Indonesia, Selasa (2/3/2021).
Diketahui, saat ini Vaksin Merah Putih sedang dalam proses laboraturium dan rencananya akan diserahkan ke PT Bio Farma pada akhir Maret untuk di uji klinik.
Namun jauh sebelum Indonesia melakukan proses produksi vaksin, China sudah lebih dulu mengembangkan vaksin.
Dalam hal ini, Bambang selaku kepala Kemenristek menjelaskan penyebab vaksin buatan Indonesia lebih lamban dibanding China atau negara lainnya.
"Kita lihat backgroundnya, kunci dari suatu negara bisa menguasai vaksin apalagi menghasilkan vaksin dengan cepat itu adalah karena R&D (Research and Development) sudah kuat" terang Bambang.
Research and Development (Penelitian dan pengembangan/litbang) adalah kegiatan penelitian, dan pengembangan, dan memiliki kepentingan komersial dalam kaitannya dengan riset ilmiah murni, dan pengembangan aplikatif di bidang teknologi.
Baca Juga: Catat, Hanya Penyandang Diabetes Seperti Ini yang Boleh Disuntik Vaksin Covid-19
Bambang mengatakan saat ini pengembangan vaksin harus dilakukan secara mandiri dari hulu sampai hilir.
"Hilirnya mungkin kita merasa sudah punya Bio Farma tapi hulunya kita masih belajar banyak mengenai R&D vaksin khususnya memahami berbagai macam platform yang ada dalam pengembangan vaksin dan yang kedua pralihan dari hulu ke hilir (dari lab ke manufacturing)," ujar Bambang.
Baca Juga: Diungkap Kadin, Ternyata Ini Beda Vaksin Gotong Royong dengan Vaksin Gratis Pemerintah
Proses tersebut harus dipelajari terlebih dahulu, tidak bisa semata-mata ketika mendapat bibit vaksin langsung dikirim ke pabrik lalu diproduksi.
"Ada learning proses yang harus dilalui, tetapi lebih baik kita bersusah-susah sekarang agar kedepannya bisa lebih mandiri," ujar Bambang.
Setelah bibit vaksin diserahkan ke Bio Farma (akhir maret), tahapan berikutnya yaitu manufacturing dan optimisasi purifikasi membersihkan bibit vaksin dari segala kemungkinan virus.
Baca Juga: Seorang Wartawan Matanya Bengkak Usai Disuntik Vaksin Covid-19, Risiko Medis atau Kelalaian Medis?
Lalu akan, masuk ketahapan uji klinis 1,2, dan 3.
Tahapan uji klinis 1,2, dan 3 harus dilakukan kemudian pengajuan untuk mendapatkan izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Setelah mendapat izin BPOM, vaksin merah putih akan diproduksi massal untuk dilakukan vaksinasi.
Diketahui vaksinasi sendiri merupakan proses pemberian vaksin dengan cara disuntik atau diteteskan pada mulut guna memicu produksi antibodi untuk memberikan kekebalan terhadap suatu penyakit infeksi.
Sementara vaksin sendiri adalah produk biologi berasal dari virus, bakteri atau dari kombinasi antara keduanya yang dilemahkan.
Menurut NHS pemberian vaksin ini bertujuan guna merangsang munculnya antibodi atau kekebalan tubuh untuk mencegah diri dari infeksi penyakit tertentu seperti Covid-19.(*)
View this post on Instagram
#berantasstunting
#hadapicorona
#BijakGGL
Source | : | Tribunnews.com,NHS |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Anjar Saputra |
Komentar