GridHEALTH.id - Jagad tweeter sejak kemarin sore diramaikan dengan tagar #Raditya Oloan, yang menyatakan simpati atas meninggalnya suami Joanna Alexandra, Raditya Oloan, yang meninggal dunia (Kamis, 06/05/2021)
Tepat 2 hari lalu, Joanna dalam akun Instagramnya memposting kondisi terkini mendiang suami. Disebutnya, Radit tengah berjuang melawan Covid-19 di ICU dengan bantuan ventilator.
"Kondisinya post covid dengan komorbid asma, and he is going through a cytokine storm yang menyebabkan hyper-inflammation in his whole body," cuitnya di akun Instagram pribadi, Selasa (4/5/2021).
Menurut Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC), infeksi Covid-19 pada pengidap asma bisa menyebabkan pneumonia hingga penyakit pernapasan akut. Kondisi bisa berakhir kritis jika pasien mengalami perburukan gejala terus menerus.
"Asma adalah penyakit radang, dengan infeksi pernapasan menjadi salah satu penyebab paling umum, ini berarti pasien dengan asma dapat mengalami eksaserbasi (perburukan gejala) asma mereka, efek virus corona Covid-19," kata Jack Stewart, MD, ahli paru di Rumah Sakit St Joseph di Orange County, California, Amerika Serikat.
"Orang dengan asma sedang hingga parah atau tidak terkontrol lebih mungkin dirawat di rumah sakit karena Covid-19," lanjut CDC.
Baca Juga: Virus Corona Memang Bukan Main, Selain Menginfeksi Paru-paru, Ginjal dan Hati Juga Diserang
Umumnya, asma tidak dianggap meningkatkan risiko tertular virus corona. Namun, pasca terinfeksi, besar kemungkinan risiko mengalami gejala Covid-19 lebih buruk, hingga membutuhkan waktu pemulihan dari Covid-19 cukup lama.
Sebetulnya Raditya dinyatakan sudah negatif Covid-19, namun kondisinya memburuk lantaran memiliki badai sitokin.
Lihat postingan ini di Instagram
Badai sitokin adalah kondisi respons imun tubuh berlebihan, biasanya dipicu oleh infeksi. Sitokin adalah protein yang mengomunikasikan sinyal-sinyal tubuh untuk merespons infeksi. Jika respons berlebih pada sistem imun, bisa terjadi hyperinflamation.
Hingga kini tidak diketahui penyebab pasti dari badai sitokin. Akan tetapi, para ahli menduga, sistem kekebalan sendirilah yang menyebabkan kondisi parah pada sebagian pasien.
Sistem kekebalan yang harusnya berfungsi menjaga melawan infeksi, dalam kondisi ini malah membuat kondisi penyakit yang diidap semakin parah.
Pada beberapa kasus, sindrom badai sitokin inilah yang menyebabkan kondisi amat parah pada pasien Covid-19, bahkan dalam waktu yang singkat.
Baca Juga: Laporan WHO : 1,1 Miliar Remaja Berisiko Kehilangan Pendengaran Karena Volume Musik Keras
Baca Juga: Studi Terbaru, Bugar Tidak Menjamin Aman Dari Serangan Jantung
Mereka yang terkena badai sitokin akibat terinfeksi Covid-19 seperti Raditya Oloan mengalami demam dan sesak napas yang kemudian berpotensi menjadi beragam komplikasi pernapasan lainnya. Biasanya, komplikasi ini timbul 6-7 hari setelah infeksi Covid-19. (*)
#berantasstunting #hadapicorona #bijakGGL
Source | : | Kompas.com,detik.com,Center for Disease Control and Prevention |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar