GridHEALTH.id - Ruben Onsu kembali menjalani perawatan di sebuah rumah sakit setelah mengalami drop pada Jumat (24/06/2022) lalu. Sehingga ia tak bisa menyaksikan lansung putranya Betrand Peto Putra Onsu saat memenangkan penghargaan lagu ciptaannya.
Pemilik nama lahir Ruben Samuel Onsu ini mengatakan mengenai penyakit serius yang dideritanya, ada bercak darah di bagian otaknya.
Ruben Onsu menjelaskan bahwa bercak darah itu sudah ada sejak dua tahun lalu. Ia berusaha tak membuat keluarga cemas dengan tidak menceritakannya termasuk kepada sang istri.
"Tapi kan akhirnya istri kan tahu karena kemarin di ICU ketika ke dokter semua diceritakan. Saya mah kalau bukan karena istri saya nyuruh-nyuruh ke dokter, enggak akan saya ke dokter. Orang enggak ada rasa ngapain ke dokter," ungkapnya dikutip dari Kompas TV (25/06/2022)
Ruben sempat menjelaskan kondisinya dimana terdapat noda darah di otaknya saat kembali bekerja. Ia harus menjalani transfusi darah sebanyak 8 kantong karena ada tanda-tanda anemia.
Istirnya Sarwendah mengatakan bahwa tinggal di rumah tidak akan memperbaiki kondisi fisiknya. Karena itu, Ruben tetap bekerja sambil diawasi oleh dokter.
“Kalau orang yang sudah terbiasa bekerja tiba-tiba disuruh diam di rumah, itu juga tidak mungkin. Malah pikiran mereka bisa bertambah, jadi tambah stres,” kata Sarwendah di YouTube Insert Investigation, Selasa, 28 Juni.
“Kadang orang kalau badannya tidak fit, sakit, yang perlu diperhatikan adalah keadaan psikologisnya. Kalau senang, daya tahan tubuhnya juga akan meningkat. Itu istilahnya,” sambungnya.
Ruben Onsu telah mendapatkan izin dari dokternya untuk melanjutkan aktivitasnya seperti biasa. “Semua yang kami lakukan sekarang dalam pengawasan dokter, dan dokter juga mengizinkan,” kata Sarwendah.
Baca Juga: Healthy Move, Begini Cara Mencegah Heat Stroke Selama Berolahraga
Baca Juga: Gejala Dini Penyakit Jantung, Ini 7 Tanda yang Harus Diwaspadai
Menurut Journal Frontiers of Neurology pada 29 Oktober 2021, bercak pada otak dapat disebut sebagai perdarahan intraserebral (PIS) , yang merupakan jenis stroke kedua yang paling umum, setelah stroke iskemik, dan memiliki tingkat morbiditas dan mortalitas yang sangat tinggi.
Setelah PIS terjadi, tindakan segera yang dilakukan dokter adalah membatasi ekspansi hematoma, dan yang kedua adalah untuk membatasi edema otak dan cedera sekunder.
Berbagai jenis terapi transfusi telah dipelajari sebagai pilihan pengobatan untuk mengurangi efek samping dari etiopatologi ICH.
Tujuan dari pemberian cairan, umumnya adalah melalui infus, adalah untuk meninjau transfusi dengan trombosit, plasma beku segar (FFP), konsentrat kompleks protrombin (PCC), dan sel darah merah (RBC) pada pasien dengan ICH.
Selanjutnya, studi infus asam traneksamat telah dimasukkan karena hubungannya dengan ICH dan ekspansi hematoma.
Baca Juga: Monkeypox Tidak Bertahan Lama di Udara Seperti Virus Covid-19,CDC
Baca Juga: Anak Remajanya Terlibat Dalam Pergaulan Seks Bebas, Ini 5 Hal yang Dapat Dilakukan Orangtua
Seperti yang dinyatakan, terapi lini pertama adalah membatasi perdarahan di otak dan perluasan hematoma.
Transfusi trombosit digunakan untuk mempercepat pemulihan dan mengurangi kerusakan otak, terutama pada pasien dengan trombositopenia berat.
Selain itu, infus asam traneksamat, FFP, dan transfusi PCC telah terbukti mempengaruhi laju dan volume ekspansi hematoma.
Meskipun penelitian masih terbatas, transfusi sel darah merah telah terbukti menyebabkan oksigenasi jaringan yang lebih tinggi dan kematian yang lebih rendah, terutama setelah edema otak, peningkatan tekanan intrakranial, dan hipoksia.
Namun, jenis transfusi ini memiliki hasil yang bervariasi tergantung pada pasien, status hemostasis/pengencer darah, hemolisis, anemia, dan komplikasi, di antara variabel lainnya.(*)
Baca Juga: 9 Alasan Mengapa Kopi dalam Jumlah yang Tepat Baik Untuk Kesehatan
Baca Juga: Begini 3 Cara Potong Daging Sapi yang Benar agar Empuk dan Sehat Saat Dikonsumsi
Baca Juga: Healthy Move, Pangkas Perut Buncit dengan Cepat Dengan 3 Latihan Ini
Source | : | Kompas TV,Insert Live,Journal Frontiers of Neurology |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar