Selain itu, kebutuhan zat besi meningkat karena selama kehamilan volume darah yang diperlukan meningkat 30 hingga 50%.
Darah dibutuhkan tubuh untuk membawa oksigen untuk ibu dan calon bayi ibu. Tidak hanya itu anemia pada ibu trimester kedua dapat berisiko pada kehilangan darah selama persalinan kelak, serta membuat tubuh sulit melawan infeksi.
Bahkan bayi yang lahir dari ibu anemia juga berisiko terkena anemia yang lebih parah di kemudian hari.
Tak hanya ibu hamil, remaja putri juga perlu diperhatikan, karena anemia pada remaja putri tidak hanya berdampak pada kesehatan dan prestasi mereka di sekolah, tetapi juga mereka berisiko anemia pada saat menjadi ibu hamil kelak.
Memahami bahwa kondisi ini menjadi permasalahan kesehatan yang serius, pemerintah telah menerapkan berbagai upaya pencegahan dengan meluncurkan Program Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada ibu hamil sejak 1990 hingga saat ini.
Baca Juga: Ini 6 Gejala Kanker Usus Besar yang Harus Diwaspadai Sejak Awal!
Dimulai sejak tahun 2014 dan hingga saat ini, remaja putri juga telah mengikuti program ini untuk mencegah dan menanggulangi anemia gizi besi, serta menjadi salah satu intervensi spesifik dalam upaya percepatan penurunan stunting.
Penting diketahui, anemia adalah kondisi saat jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin dalam tubuh menurun hingga di bawah normal, secara umum (sekitar 62%) akibat kurangnya zat besi.
Zat besi adalah unsur penting dalam pembentukan hemoglobin (Hb) pada sel darah merah, yang berfungsi untuk mengangkut oksigen.
Apabila jumlah sel darah merah terlalu sedikit atau hemoglobin tidak mencukupi, akan terjadi penurunan kapasitas darah untuk membawa oksigen ke jaringan tubuh.
Anemia memiliki pengaruh pada kekurangan nutrisi, inilah mengapa pentingnya kebutuhan harian zat besi harus dilengkapi.
Baca Juga: Lebih Waspada! Belasan Anak di Sampang Keracunan Setelah Mendapat Makanan dari Posyandu
Penulis | : | Vanessa Nathania |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar