GridHEALTH.id - Belakangan kasus obesitas banyak bermunculan dan menjadi sorotan masyarakat luas dan bahkan baru-baru ini seorang penderita obesitas 300 kg di Tangerang bernama Muhammad Fajri meninggal dunia.
Seperti yang diketahui, obesitas bukan merupakan kondisi kesehatan yang baik dan dapat mengakibatkan seseorang mengalami penyakit kronis, misalnya diabetes hingga penyakit jantung.
Kondisi ini dapat menyerang siapa saja, pria maupun wanita dan risikonya juga sama pada setiap kelompok usia, seperti bayi 16 bulan bernama Kenzi asal Bekasi dengan berat 27 kg.
Dokter Spesialis Gizi dr. Christopher Andrian, M.Gizi, SpGK, menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan obesitas adalah lemak yang berlebih dalam tubuh.
"Kadang-kadang orang tahunya berat badan doang, sebenarnya obesitas itu penumpukan lemak yang berlebihan, yang diakibatkan karena energi intake asupan kita lebih besar daripada yang kita bakar atau output energi," kata dokter Christopher Andrian kepada GridHEALTH, Selasa (4/7/2023).
"Jadi, kalau secara terus-menerus menumpuk, inputnya lebih tinggi daripada output, itukan akan surplus. Tubuh kita akan nabung terus, nabung dalam bentuk lemak," sambungnya.
Lemak yang menumpuk itulah, pada akhirnya mengakibatkan seseorang dikatakan mengalami obesitas.
Lebih lanjut, dokter yang berpraktik di Siloam Hospitals TB Simatupang ini menjabarkan, terdapat cara untuk mengukur risiko obesitas. Salah satunya dengan memerhatikan indeks massa tubuh atau body mass index (IMT/BMI).
Untuk mengetahui indeks massa tubuh, bisa dengan berat badan dan tinggi badan. Rumus menghitungnya, yakni berat badan dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam kuadrat.
"Kalau dikatakan obesitas itu indeks massa tubuhnya di atas 25, itu saya menggunakan persamaan berdasarkan Asia Pasifik. Jadi, obes 2 di atas 25, obes 3 di atas 30 BMI-nya. Nah, kalau di atas 23 sudah masuk kriteria overweight. Normalnya (BMI) 18,5 sampai 22,9," jelasnya.
Selain itu, pengecekan obesitas atau tidak juga bisa dilakukan menggunakan alat bernama Bioelectrical Impedance Analysis (BIA).
Baca Juga: 4 Kasus Obesitas Ekstrem di Indonesia, Mengintai Bayi Hingga Lansia
Dengan alat tersebut, bisa diketahui dengan rinci berapa persentase lemak yang ada dalam tubuh.
Selanjutnya dokter Christopher Andrian juga memaparkan sejumlah keluhan yang dapat menjadi tanda obesitas, di antaranya:
1. Mendengkur atau ngorok saat tidur malam
2. Lutut dan pinggang sakit
3. Gula darah tinggi, kadar kolesterol buruk
Pada wanita, kegemukan dan adanya penumpukan lemak dalam tubuh, dapat mengakibatkan siklus menstruasi terganggu hingga gangguan kesuburan.
Ia menegaskan, hal utama yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah perubahan gaya hidup. Bisa dimulai dengan mengubah pola makan.
Diet yang dilakukan juga sebaiknya tidak hanya berorientasi jangka pendek, tapi juga berkomitmen untuk jangka panjang.
"Jangan cuma nurunin BB sesaat, saat kita sudah achieve berat badan (ideal), terus balik ke pola makan sebelumnya. Ya, pasti BB akan naik lagi," ujarnya.
"Justru kita mau, BB itu, ketika sudah turun bisa dijaga sampai jangka panjang. Itu yang paling penting," lanjutnya.
Selain pola makan yang diperbaiki, proses ini juga harus didukung oleh olahraga. Sehingga, bisa mencapai komposisi tubuh yang sehat. (*)
Baca Juga: Makanan Anak Zaman Now Vs Old, Menjelaskan Mengapa Obesitas Saat Ini Tinggi
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | David Togatorop |
Komentar