"DME terjadi ketika kebocoran cairan ke pusat makula dan menyebabkan pembengkakan. Cairan di makula bisa menyebabkan kehilangan penglihatan yang parah atau kebutaan," jelasnya.
Diperkirakan di Indonesia ada sekitar 430.000 orang yang mengalami DME.
Faktor risikonya, selain karena diabetes tidak terkontrol, tapi juga karena pengaruh tekanan darah tinggi dan mengidap diabetes lebih dari 15 tahun.
Adapun gejala yang dialami oleh penderita diabetic macular edema meliputi sulit membedakan warna, terlihat pudar dan adanya area gelap dan kosong di tengah penglihatan. Selain itu juga, penglihatan kabur atau terdistrosi, serta adanya garis gelombang di area makula.
Pengobatan dilakukan dengan tujuan untuk memperlambat perburukan gejala, dengan mencegah memburuknya edema. Untuk menangani kondisi ini, salah satu metode pengobatan yang bisa dilakukan adalah injeksi mata faricimab.
Faricimab merupakan pengobatan yang bekerja dengan menargetkan VEGF-A dan ANG-2, penyebab utama dari ketidakstabilan pembuluh darah terkait kondisi retina yang mengancam penglihatan.
Dengan begitu, potensi terbentuknya pembuluh darah baru yang bocor dan peningkatan peradangan dapat dicegah.
"Menggambungkan dua inhibitor dalam satu suntikan membuka jalan baru bagi pengobatam penyakit mata," kata dokter Elvioza.
Ia melanjutkan, "Selain manfaat klinis, faricimab menawarkan daya tahan yang lebih lama, yang berarti lebih sedikit suntikan bagi pasien."
Dengan menjalani metode pengobatan ini, pasien dapat menjalani penyuntikan selang 4 bulan setelah suntikan pertama. (*)
Baca Juga: Manfaat Okra Sebagai Obat Alami Diabetes, Bisa Turunkan Gula Darah
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Komentar