Find Us On Social Media :

9 Penyebab Utama Obesitas yang Jadi 'Pandemi' Dunia, Dari Depresi Sampai Polusi

Penelitian menunjukkan bahwa depresi dan obesitas dapat saling berkaitan.

GridHEALTH.id - Obesitas telah muncul sebagai gangguan kesehatan global dalam beberapa dekade terakhir, dengan prevalensi yang meningkat di kalangan generasi muda.

Bahkan beberapa petinggi kesehatan Organisasi Kesehatan Dunia sudah mengategorikan obesitas adalah pandemi yang harus diperangi bersama karena memberi dampak negatif pada kesehatan dan ekonomi yang luar biasa.

Obesitas adalah hasil dari mengonsumsi lebih banyak kalori daripada yang dapat dimetabolisme atau digunakan tubuh secara teratur.

Kalori yang tidak terpakai ini disimpan sebagai lemak dan menyebabkan penambahan berat badan yang berlebihan dari waktu ke waktu.

Setiap orang memiliki kebutuhan kalori yang berbeda, yang tergantung pada tipe tubuh mereka dan seberapa aktif mereka.

Obesitas merupakan gangguan kesehatan serius yang dapat disebabkan karena berbagai faktor.

Estella F. Martinez, MD, MPH, pakar kesehatan dari eMediHealth memberikan ulasan faktor-faktor apa saja yang memberikan kontribusi pada munculnya obesitas;

1. Riwayat keluarga

Obesitas bisa menjadi kelainan keturunan yang diturunkan dari generasi ke generasi. Jika orangtua atau beberapa kerabat dekat mengalami obesitas, kita memiliki peluang tinggi untuk mengalaminya juga.

Baca Juga: Jangan Abaikan Obesitas, Bisa Menyebabkan Berbagai Penyakit yang Sulit Dikelola

Baca Juga: Warna dan Kondisi Lidah Mengindikasikan Adanya Penyakit Jantung, Studi

Dengan kata lain, seseorang dengan kerentanan genetik terhadap obesitas lebih mungkin terpengaruh olehnya daripada seseorang yang tidak memiliki riwayat keluarga seperti itu.

2. Lingkungan dan gaya hidup

Makanan dan kebiasaan gaya hidup yang tidak sehat, jika dipertahankan untuk jangka waktu yang lama, secara kolektif dapat bermanifestasi sebagai obesitas dan gejala yang terkait.

Kita mungkin mengalami obesitas karena faktor gaya hidup seperti jarang beraktivitas fisik dan senang makanan cepat saji dan suka jajan. Makanan-makanan ini biasanya sarat karbohidrat dan lemak, tetapi kurang serat.

3. Depresi

Penelitian menunjukkan bahwa depresi dan obesitas dapat saling berkaitan.

Sebabnya, depresi dapat mencegah seseorang untuk memperhatikan pilihan makanannya, sehingga menyebabkan pola makan yang tidak sehat yang berkontribusi pada penambahan berat badan.

Hal ini diperburuk oleh karakteristik lesu dan kurangnya motivasi yang membatasi individu yang depresi untuk hidup sehat.

Kadang-kadang, obat-obatan yang diresepkan untuk depresi juga dapat menyebabkan obesitas sebagai efek samping.

Baca Juga: Bukti Cinta Orangtua Kepada Anak, Rajin Mengajak Olahraga Sejak Kecil

Baca Juga: Tidur nyenyak! Tips Melawan Insomnia Selama Pandemi Covid-19

4. Kurang tidur

Tidur yang cukup cukup penting dalam mengatur profil berat badan. Orang yang tidak cukup tidur secara teratur lebih mungkin mengembangkan obesitas daripada mereka yang memiliki rutinitas tidur yang sehat.

Ketidakseimbangan tidur dapat menghambat sekresi normal dan efek hormon nafsu makan, yaitu ghrelin dan leptin.

Ketidakseimbangan hormon ini dapat meningkatkan nafsu makan dan pada akhirnya kita akan makan lebih banyak dari yang dibutuhkan.

5. Obat-obatan

Beberapa orang mungkin mengalami obesitas akibat obat sebagai efek samping dari obat-obatan tertentu yang diresepkan oleh dokter mereka.

Kenaikan berat badan dini karena obat-obatan sering diabaikan dan dianggap sebagai bagian normal dari proses penyembuhan. Seiring waktu, ini dapat berkembang menjadi obesitas klinis.

Obat-obatan yang diresepkan untuk hipertensi, migrain, kejang, dan obat-obatan psikotropika seperti yang direkomendasikan untuk gangguan mood dapat mengganggu nafsu makan dan metabolisme.

Mereka juga dapat menyebabkan retensi air dan membuat kita terlihat kembung.

Baca Juga: Studi Baru Covid-19 Memperkirakan 5,1 Hari untuk Periode Inkubasi

Baca Juga: 11 Cara Merawat Bayi Baru Lahir Agar Terhindar Infeksi Pasca Lahir

6. Faktor sosial ekonomi

Obesitas baik pada pria maupun wanita dapat dipengaruhi secara langsung oleh kondisi sosial ekonomi, antara lain kualitas pendidikan, profesi, dan kelompok pendapatan. Dampak buruk dari faktor-faktor ini mungkin saling terkait atau individual.

Orang yang pandai bersosialisasi mungkin menghadapi risiko lebih rendah terkena obesitas dibandingkan dengan rekan mereka yang tak punya teman atau miskin terisolir.

Terlihat juga bahwa obesitas pada populasi wanita sangat dipengaruhi oleh jumlah pendapatan, sedangkan pendapatan sedikit atau tidak berpengaruh pada obesitas pada pria.

Selain itu, risiko obesitas umumnya ditemukan meningkat seiring bertambahnya usia baik pada pria maupun wanita.

7. Polusi

Belum banyak yang mengerti bahwa polutan udara mikroskopis dan racun yang mengelilingi kita dapat berkontribusi pada penambahan berat badan.

Menurut penelitian terbaru, polusi udara adalah salah satu penyebab utama peningkatan obesitas pada anak-anak dan remaja.

Peningkatan polusi udara dapat menyebabkan peradangan internal dan mengganggu metabolisme normal, yang kemudian dapat mengundang obesitas.

Baca Juga: Manfaat Vitamin D, Bantu Pernapasan pada Penderita Tuberkulosis (TBC)

Baca Juga: 5 Mitos Perawatan Kulit Wajah Paling Dipercaya, Padahal Tak Sesuai Fakta

8. Gangguan makan

Gangguan makan berdampak langsung pada berat badan dan merupakan penyebab umum dari obesitas, terutama pada orang yang sudah berisiko.

Orang dengan gangguan makan memiliki ketergantungan psikologis atau emosional terhadap makanan yang membuat mereka mengonsumsi makanan dalam jumlah besar dalam sekali duduk.

Obesitas diketahui menjadi penyebab dan akibat dari makan sembarangan atau makan berlebihan.

Dari berbagai masalah obesitas yang diketahui, binge eating disorder (BID) terbukti menyebabkan beberapa risiko kesehatan.

9. Faktor risiko lainnya

Faktor-faktor berikut juga dapat membuat lebih rentan terhadap obesitas seperti kecanduan alkohol dan stres berkepanjangan, yang menyebabkan peningkatan kadar hormon kortisol meningkat.

Apa 'senjata' melawan obesitas? Modifikasi diet direkomendasikan sebagai alat utama untuk membatasi asupan kalori dan mencapai 60% dari penurunan berat badan yang diinginkan.

Tetapi akan lebih baik bila dikombinasikan dengan latihan fisik intensitas sedang secara teratur untuk membantu pengurangan berat badan lebih lanjut.

Baca Juga: Penyandang Diabetes Harus Menghindari Buah Manis? Ini Jawaban Dokter

Baca Juga: Ketika Malaria Menginfeksi Plasenta Selama Kehamilan, Kekebalan Bayi di Masa Depan Dapat Terpengaruh

Makan lebih sedikit dan berolahraga lebih banyak terbukti cukup untuk mengelola kenaikan berat badan normal, tetapi biasanya dibutuhkan lebih banyak untuk mengatasi obesitas.

Tidak ada pengobatan standar untuk kondisi ini, karena alasan yang berbeda pada setiap orang.

Dalam kasus yang parah di mana obesitas melewati ambang batas berbahaya bagi kesehatan, prosedur klinis dan obat-obatan bisa menjadi satu-satunya jalan keluar.

Konsultasi ke dokter untuk membuat rencana perawatan terbaik, dan secara konsisten mengikutinya sampai mencapai berat badan ideal.

Ini bisa memakan waktu, tetapi kita harus tetap berkomitmen pada tujuan penurunan berat badan agar menjadi lebih sehat. (*)

Baca Juga: Hati-hati, Kurang Air Minum Bisa Sebabkan Penyakit Ginjal Kronis

Baca Juga: Diare yang Tidak Tertangani Pada Lansia Bisa Sebabkan Alzheimer