GridHEALTH.id – Pada tanggal 22 Januari 2020, Amerika Serikat adalah negara pertama di luar China yang mengkonfirmasi kasus pertama virus corona baru.
Baca Juga: 3 Kelompok Ini Perlu Waspada Karena Rentan Terkena Virus Corona
Pusat Pengendalian Penyakit Amerika Serikat mengatakan virus itu, yang berasal dari China, didiagnosis pada seorang warga AS yang tiba di Seattle dari China.
Pada hari ini (02/02/2020), pemerintah Amerika Serikat kembali mengumumkan darurat kesehatan publik di negeri itu terkait wabah virus corona yang bermula dari kota Wuhan, China.
Untuk sementara, pemerintah AS melarang masuk warga negara asing yang pernah bepergian ke China dalam dua pekan terakhir.
Aturan baru ini sebagai upaya untuk mengendalikan penyebaran virus corona yang mematikan.
Menteri Kesehatan AS, Alex Azar mengatakan, warga negara AS yang datang dari wilayah-wilayah lain di China, akan menjalani pemeriksaan kesehatan di titik-titik masuk dan kemudian ditempatkan dalam karantina di rumah mereka di bawah pengawasan otoritas AS.
Baca Juga: 5 Tanda Tubuh Kekurangan Lemak, Sulit Konsentrasi Hingga Sering Menggigil
Saya hari ini menyatakan bahwa coronavirus menghadirkan keadaan darurat kesehatan publik di Amerika Serikat,” kata Azar saat briefing di Gedung Putih, seraya menambahkan bahwa arahan itu akan mulai berlaku pada 2 Februari dari pukul 17:00 waktu setempat.
Sejauh ini di Amerika Serikat telah dilaporkan tujuh kasus terkonfirmasi virus corona.
Namun para ahli kesehatan di Amerika Serikat sendiri menyebut, virus influenza yang menyebabkan flu lebih berbahaya daripada virus Corona Wuhan (nCoV).
Baca Juga: Banyak Pasien Terduga Kanker Enggan Dibiopsi, Padahal Ini Manfaatnya
Di Amerika Serikat sebanyak 6,7% kematian yang terjadi selama pekan yang berakhir pada 18 Januari dikaitkan dengan pneumonia dan influenza. Sejauh ini, nCoV telah memengaruhi lansia dan orang berpenyakit rentan.
Menurut peneliti dan pakar epidemi di Universitas Metropolitan Oslo, Svenn-Erik Mamelund, bahaya yang ditimbulkan oleh nCoV tidak membuat kematian seperti yang dilaporkan media. Dengan demikian seharusnya tidak menyebabkan panik.
"Orang-orang yang biasanya tidak khawatir tentang flu mungkin tidak perlu terlalu khawatir tentang virus corona," kata Mamelund dilansir CNN, Sabtu (1/2).
Mamelund menjelaskan orang-orang yang paling mungkin meninggal akibat virus corona terdiri dari lansia yang memiliki penyakit lain yang mendasarinya.
Baca Juga: Penyebab Kaki Bengkak, Dari yang Sepele Hingga Perlu Penanganan Dokter
Data tidak resmi dari para peneliti Inggris dan China menunjukkan bahwa 39 dari 41 kematian akibat virus corona di Wuhan adalah pada orang berusia di atas 50 tahun.
Fakta ini tidak berbeda jauh dari flu yang dialami sebagian besar warga usia tua. Di AS selama musim influenza 2017/2018 sebanyak 83% kematian yang disebabkan oleh penyakit ini berada pada kelompok usia 65 tahun ke atas.
Baca Juga: Penyebab Glaukoma Ternyata Bukan Cuma Diabetes, Ini Penjelasannya
Angka ini berdasarkan data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC).
Pakar lain telah mendukung pandangan Mamelund. Kepala petugas medis Rumah Sakit Sheridan Memorial, John Addlesperger, mengatakan bahwa virus corona tidak lebih berbahaya daripada flu. Dia mencatat bahwa influenza membunuh 35 ribu orang di AS tahun lalu.
Seorang dokter darurat Rumah Sakit Corporation of America, Cole Sondrup, menyatakan bahwa virus corona Wuhan akan tidak lebih fatal daripada flu.
"Dugaan saya adalah ketika musim berakhir virus Corona akan membunuh jauh lebih sedikit orang daripada influenza," kata Sondrup.
Baca Juga: Akibat Penderita Diabetes Naik Terus, Gula Bakal Dikenakan Cukai
Meski begitu, langkah-langkah pencegahan dan mengatasi virus corona tetap dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat. (*)
Source | : | CNN Indonesia,Republika,Centers for Disease Control and Prevention |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar