GridHEALTH.id - Sungguh suatu keajaiban, Indonesia yang terkepung negara-negara tetangga yang terkonfirmasi positif virus ini, hingga hari ini masih belum ada satupun kasus positif yang dilaporkan.
Baca Juga: Riset di Harvard : Virus Corona Seharusnya Sudah Masuk Indonesia!
Mulai dari Bali, hingga Bandung, semuanya hanya berada pada kondisi observasi. Padahal kini sebuah riset di Harvard University tengah jadi perbincangan.
Riset ini memperkirakan bahwa seharusnya virus corona Wuhan 2019-nCoV sudah masuk Indonesia, meski faktanya hingga kini belum ada seorangpun positif terinfeksi virus corona ini.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menuturkan Indonesia harus melakukan persiapan lebih matang lagi demi menghadapi risiko penyebaran virus corona.
Mereka khawatir Indonesia tidak bisa mendeteksi virus tersebut, padahal negara-negara tetangga sudah melaporkan beberapa orang terjangkit. Singapura, tetangga terdekat malah meningkatkan statusnya menjadi oranye setelah 7 orang confirm positif virus corona.
Badan kesehatan di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu juga khawatir bahwa sampai saat ini belum ada kasus virus corona yang terdeteksi di Indonesia.
Baca Juga: 2 Alasan Mengapa China Selalu Dituding Menjadi Sumber Penyakit Infeksi Penyebab Wabah Global
Sementara hingga Senin (10/02/2020), total jumlah korban wabah epidemik itu telah mencapai 908 orang tewas dan lebih dari 40 ribu di seluruh dunia terjangkiti, terutama China.
Dikutip dari AFP, kasus kematian terbanyak pada 24 jam terakhir terjadi di Provinsi Hubei, China, yaitu 91 meninggal dunia.
Virus corona diyakini mulai muncul Desember tahun lalu di pasar yang menjual hewan liar di ibu kota Provinsi Hubei, Wuhan, sebelum kemudian menyebar ke berbagai negara.
Baca Juga: Angkat Beban Bukan Olahraga Untuk Penderita Diabetes, Ini Alasannya
WHO menginginkan pemerintah Indonesia meningkatkan sistem pengawasan, pemantauan, sistem deteksi, dan persiapan lainnya di setiap fasilitas kesehatan yang ditunjuk untuk menangani virus corona.
"Indonesia tengah melakukan persiapan untuk menghadapi kemungkinan penyebaran virus corona. WHO dan Kementerian Kesehatan RI juga terus berkoordinasi.
Pemerintah RI juga mulai menyebarkan informasi terkait virus ini kepada publik dalam beberapa hari terakhir," kata perwakilan WHO untuk Indonesia, Dokter Navaratnasamy Paranietharan di Jakarta seperti dikutip dari gelora.co.
Meski begitu, menurut Paranietharan masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan pemerintah Indonesia untuk memaksimalkan sistem pengawasan dan deteksi kasus virus corona.
Baca Juga: Namanya Jadi Viral, Wanita Ini Dituding Penyebar Virus Wuhan
Ia mengatakan Indonesia perlu memaksimalkan persiapan fasilitas-fasilitas kesehatan yang ditunjuk khusus untuk menangani kemungkinan kasus virus corona.
Terutama dalam hal pencegahan infeksi, sistem karantina, langkah-langkah pengendalian terutama dalam menangani terduga pasien dan pasien positif virus corona.
Baca Juga: Peneliti: Penderita HIV/AIDS Berpeluang Besar Punya Anak Tanpa Tularkan Penyakitnya
Paranietharan mengungkapkan kekhawatirannya lantaran Indonesia belum melaporkan satu pun kasus virus corona di negara berpenduduk 270 juta orang ini.
Padahal, negara tetangga seperti Singapura, Filipina, Malaysia, Australia, Vietnam, dan Kamboja sudah mengonfirmasi sejumlah kasus virus corona yang terjadi di negara mereka.
"Kami [WHO] khawatir karena Indonesia belum melaporkan satu kasus virus corona yang terkonfirmasi," kata Paranietharan.
Kekhawatiran WHO itu muncul setelah laporan media Australia mengungkap bahwa Indonesia disebut belum memiliki alat pendeteksi virus corona nCoV terbaru.
Dirangkum dari The Sydney Morning Herald dan The Age, Jumat pekan lalu mengungkapkan, Indonesia belum menerima alat tes khusus yang diperlukan untuk mendeteksi kasus positif virus corona dengan cepat.
Baca Juga: Dibalik Alasan Mengapa 5 Masakan Ini Tak Boleh Dipanaskan Kembali
Pemerintah Indonesia disebut hanya mengandalkan alat tes pan-coronavirus yang secara positif bisa mengidentifikasi semua jenis virus dari keluarga corona, termasuk flu biasa, SARS, dan MERS pada seseorang.
Dengan alat itu, diperlukan waktu hingga lima hari untuk mengurutkan gen demi bisa memastikan apakah seseorang benar-benar positif virus corona nCoV atau tidak.
Baca Juga: Karyawan di Jepang, Semakin Bagus Jumlah Jam Tidur, Semakin Besar Bonusnya
Selain itu, kekhawatiran juga muncul setelah seorang warga Australia yang tinggal di Bali, Matthew Hale, khawatir dirinya terpapar virus corona. Hale mengkritik penanganan dan perawatan termasuk uji lab yang ia terima dari rumah sakit di Bali.
Sejak itu, kekhawatiran atas kemungkinan kasus virus corona yang tidak terdeteksi di Indonesia semakin tinggi.
Seorang ahli virus dari Universitas Queensland, Profesor Ian Mackay mengatakan jika kasus virus corona tidak ditemukan, dikhawatirkan akan ada risiko infeksi lebih lanjut atau kemunculan wabah baru.
Mackay berharap bahwa orang-orang akan cepat melaporkan jika mereka sakit kepada dokter dan rumah sakit meski itu nampak belum terlalu serius.
Menurutnya, para ilmuwan tidak begitu percaya bahwa penyakit ini menular melalui udara. "Jadi tidak terlalu mudah untuk mengatakan bahwa Anda harus bertatap muka langsung dengan seseorang demi menularkan virus ini," kata Mackay seperti dilansir The Sydney Morning Herald.
Baca Juga: Banyak Pasien Terduga Kanker Enggan Dibiopsi, Padahal Ini Manfaatnya
Ketua Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Institute Amin Soebandrio, dikutip dari Kompas.com memastikan, Indonesia sudah punya kemampuan untuk mendeteksi virus corona novel dari Wuhan, China.
Bahkan, kata Amin, sebelum mewabahnya virus corona di sejumlah negara, Indonesia telah mampu mendeteksi virus serupa. (*)
#berantasstunting
Source | : | Kompas.com,kemenkes.go.id,Sydney Morning Herald,AFP,The Age,Gelora.com |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar