GridHealth.id - Saat ini, olahraga telah menjadi trend gaya hidup bagi kebanyakan orang.
Mulai dari berenang, jogging, bahkan lari maraton.
Terlebih, setiap tahunnya berbagai negara selalu menyelenggarakan lomba lari maraton, tak terkecuali di Indonesia.
Baca Juga: Malas Lakukan Latihan Fisik Berat, Jadikan Olahraga Lari Sebagai Solusi Mudah Hidup Sehat
Meski lari memiliki banyak manfaat bagi tubuh, ternyata lari berlebihan seperti maraton , memiliki risiko yang cukup tinggi pada kesehatan, salah satunya penyakit jantung.
Penelitian tahun 2011 yang diterbitkan dalam US National Library of Medicine National Institute of Health, telah menunjukkan bahwa olahraga daya tahan ekstrem seperti maraton dapat memiliki efek buruk pada kesehatan jantung.
Baca Juga: Bakar Lemak Cepat dan Kuatkan Jantung, Boxing Cocok bagi Wanita, Nana Mirdad Rutin Melakukannya
Ketika tubuh terbakar melalui dalam jangka panjang, hal itu melepaskan radikal bebas yang dapat mengikat dengan kolesterol. Proses ini dapat menyebabkan penumpukan plak di arteri dan peradangan.
Dengan demikian, pelatihan maraton dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit jantung.
Baca Juga: Inilah 2 Fakta Dibalik Telapak Tangan Basah dan Berkeringat, Bukan Tanda dari Penyakit Jantung
Bahkan peluangnya menjadi berlipat ganda ketika perlombaan berlangsung, adanya rasa tertekanan saat lomba maraton yang menempatkan kondisi jantung pada tekanan ekstra sehingga berisiko, terutama pada seseorang dengan riwayat jantung.
Tragisnya, pada Juli 1984, penulis terkenal dan guru lari, Jim Fixx meninggal karena serangan jantung saat lari maraton di sepanjang jalan pedesaan di Vermont.
Baca Juga: Saat Sendirian Terkena Serangan Jantung? Ini yang Harus Dilakukan
Meninggalnya Fixx, memang tidak semata karena lari maratoh, melainkan ia memiliki riwayat penyakit jantung dari ayahnya.
Tapi dengan melakukan lari maraton tentu risiko timbulnya serangan jantung lebih tinggi.
Tak hanya itu, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam the journal of the American Heart Association, menemukan tanda-tanda yang menunjukkan bahwa lari maraton dapat membuat jantung tegang.
Penelitian tersebut mengukur zat yang dapat menandakan stres dan menemukan tingkat yang lebih tinggi pada pelari yang menempuh jarak maraton klasik 26,2 mil (42,2 kilometer) dibandingkan dengan mereka yang melaju jarak pendek seperti setengah maraton atau 10K.
Meskipun hanya ditemui sekitar 1% dari 50.000 pelari maraton menderita serangan jantung, tetapi sebagian besar dari semua kejadian jantung disebabkan oleh olahraga maraton dan umumnya terjadi pada pria berusia 35 ke atas. (*)
#berantasstunting
Source | : | ncbi,Health 24,ahajournals.org |
Penulis | : | Levi Larassaty |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar