GridHEALTH.id - Menggoreng adalah metode memasak yang umum digunakan di seluruh dunia.
Cara ini sering digunakan oleh restoran dan berbagai tempat makanan cepat saji sebagai cara cepat dan murah untuk menyiapkan makanan.
Makanan yang digoreng populer termasuk ikan, kentang goreng, potongan ayam, dan stik keju, meskipun kita bisa menggoreng apa saja.
Banyak orang menyukai rasa gorengan. Namun makanan ini cenderung tinggi kalori dan lemak trans. Jadi memakannya dalam jumlah banyak dapat berdampak negatif pada kesehatan.
Melansir dari hsph.harvard.edu dalam artikel 'Eating fried foods tied to increased risk of diabetes, heart disease', dalam peneliti di Departemen Nutrisi di Harvard School of Public Health (HSPH), dan An Pan dari Sekolah Kesehatan Masyarakat Saw Swee Hock di Universitas Nasional Singapura yang dipimpin oleh Leah Cahill, para peneliti memeriksa data dari lebih dari 100.000 pria dan wanita selama sekitar 25 tahun.
Mereka menemukan bahwa orang yang makan gorengan setidaknya sekali seminggu memiliki risiko lebih besar terkena diabetes tipe 2 dan penyakit jantung.
Dan risikonya akan meningkat seiring dengan meningkatnya frekuensi konsumsi makanan yang digoreng.
Misalnya, partisipan yang makan gorengan 4-6 kali per minggu memiliki 39% peningkatan risiko diabetes tipe 2, dan mereka yang makan gorengan 7 kali atau lebih per minggu memiliki peningkatan risiko 55%, dibandingkan dengan mereka yang makan gorengan kurang dari sekali seminggu.
Walaupun lezat dikonsumsi apalagi untuk menu buka puasa, kita pasti akan berpikir ulang jika tahu saran ahli gizi berikut ini.
Dokter Spesialis Gizi Klinik Rumah Sakit Pondok Indah dr. Tirta Prawita Sari, M.Sc, Sp.GK menyarankan pengolahan menu untuk berbuka puasa tidak melalui cara digoreng.
Baca Juga: Lemah Menghadapi Gorengan? Gunakan Minyak Paling Sehat Ini Untuk Menggoreng
Menurutnya, makanan yang digoreng tidak memberikan manfaat apapun bagi kesehatan tubuh.
Apalagi untuk memenuhi asupan nutrisi selama berpuasa di bulan Ramadan.
"Pilih metode pengolahan makanan utama yang tidak menggorengnya secara lama atau deep fried. Tidak ada hal baik dalam gorengan dan tidak ada waktu terbaik untuk mengkonsumsi gorengan," ujar dr Tirta, dalam keterangan resminya dikutip dari tribunnews.com, Senin (12/4/2021).
Kendati demikian, jika memang sangat berhasrat untuk mencoba makanan yang digoreng, maka konsumsi dengan sedikit mungkin.
"Namun jika sangat ingin mengkonsumsinya, maka batasi sesedikit mungkin saat berbuka," jelas dr Tirta.
dr Tirta juga menjelaskan bahwa metode pengolahan yang baik untuk makanan yang dikonsumsi saat berbuka puasa adalah melalui cara kukus, panggang dan dibuat berkuah.
Baca Juga: Pangkas Kalori Hingga 75%, Air Fryer Jadi Alat Masak Paling Diburu Penyuka Gorengan
"Sebaiknya anda memilih metode masak yang baik agar memperoleh manfaat kesehatan dari puasa. Misalnya dengan menggorengnya dengan menggunakan airfryer, mengukus, memanggang atau membuat sup," kata dr Tirta.
Tak hanya itu, ia juga menyarankan agar pengolahan makanan untuk berbuka puasa sebaiknya dilakukan secara sederhana.
Hal ini dilakukan untuk menghindari bertambahnya kalori yang diperoleh dari bahan makanan lainnya.
Seperti yang kita ketahui, kalori yang berlebihan memiliki risiko besar menimbulkan penyakit seperti obesitas hingga jantung.
"Semakin sederhana cara pengolahannya, maka semakin baik, karena kita dapat terhindar dari penambahan kalori dari bahan-bahan lainnya," jelasnya.(*)
#berantasstunting
#HadapiCorona
#BijakGGL
Source | : | Tribunnews.com,hsph.harvard.edu |
Penulis | : | Ine Yulita Sari |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar