GridHEALTH.id - Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF), Indonesia berstatus waspada diabetes karena menempati urutan ke-7 dari 10 negara dengan jumlah pasien diabetes tertinggi.
Prevalensi pasien pengidap diabetes di Indonesia mencapai 6,2% yang artinya ada lebih dari 10,8 juta orang menderita diabetes pada tahun 2020.
Ketua Umum Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni), Prof Dr dr Ketut Suastika SpPD-KEMD mengatakan bahwa angka ini diperkirakan meningkat menjadi 16,7 juta pasien per tahun 2045.
Dengan data tahun ini, 1 dari 25 penduduk Indonesia atau 10%dari penduduk Indoneia mengalami diabetes.
Sekitar 90-95% kasus diabetes, didominasi oleh diabetes tipe 2. Menurut data lain International Diabetes Federation tahun 2017, sepertiga dari penderita prediabetes di dunia biasa berusia 20-39 tahun.
"Yang paling banyak di Indonesia adalah kasus diabetes tipe 2 yang disebabkan oleh gaya hidup tidak sehat. Dan melihat angka yang angat besar, artinya setiap orang memiliki kerabat, teman, atau bahkan keluarga yang mengalai penyakit diabetes," kata Suastika dalam diskusi daring bertajuk "World Diabetes Day 2020: Pentingnya Peran Cargiver dan Saatnya Sadar serta Peduli Diabetes", Selasa (03/11/2020).
Baca Juga: Luka Diabetes 'Basah' dan 'Kering' Berisiko Timbulkan Komplikasi Parah yang Disebut Gangren
Namun, kondisi yang membahayakan adalah 50,1% penyandang diabetes (diabetesi) tidak terdiagnosis. Ini menjadikan status diabetes sebagai silent killer masih menghantui dunia.
Diabetes ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi. Dan tanda-tanda glukosa darah tinggi dalam tubuh termasuk kelemahan, penurunan berat badan, rasa haus yang meningkat dan sering buang air kecil.
Komplikasi jangka panjang termasuk kerusakan pada mata, jantung, ginjal dan saraf yang mengakibatkan kehilangan penglihatan, gagal jantung, gagal ginjal dan seringkali, amputasi.
Diabetes secara luas diklasifikasikan sebagai diabetes tipe 1 dan tipe 2. Namun, yang belum banyak diketahui orang adalah perbedaan antara diabetes tipe 1 dan tipe 2.
Profesor Suastika menjelaskan perbedaan antara diabetes tipe 1 dan tipe 2 dengan cara yang sederhana dan mudah dipahami.
Pada diabetes tipe 1, tubuh tidak dapat memproduksi insulin, hormon yang dibutuhkan untuk menjaga kadar gula darah tetap normal.
Ini karena sel-sel kekebalan menyerang dan menghancurkan sel-sel penghasil insulin di pankreas.
Baca Juga: 3 Keluhan Pasca Operasi Sesar yang Sering Muncul, Ini Solusinya
Baca Juga: Daun Jambu Biji, Ampuh Mengatasi Keriput dan Flek Hitam di Wajah
Inilah alasannya, orang yang menderita diabetes tipe 1 sepenuhnya bergantung pada suntikan insulin untuk kelangsungan hidupnya.
Karena gejalanya sebagian besar terjadi pada anak-anak, ini dikenal sebagai diabetes onset remaja.
Pada orang yang menderita diabetes tipe 2, meskipun tubuh memproduksi insulin tidak dapat menggunakannya secara efektif.
Oleh karena itu, insulin hadir dalam tubuh tetapi tidak cukup untuk mengontrol glukosa darah. Dan seiring waktu, pankreas menjadi sulit untuk memproduksi insulin, yang menyebabkan kekurangan insulin.
Diabetes tipe 2 biasanya terjadi pada usia dewasa, namun akhir-akhir ini terjadi peningkatan kasus pada anak-anak.
Meski beberapa penelitian telah dilakukan, penyebab pasti diabetes tipe 1 masih belum diketahui.
Tetapi penyebab diabetes tipe 2 dikaitkan dengan faktor gaya hidup seperti kelebihan berat badan, tidak aktif dan makan junk food.
Baca Juga: Air Rebusan Daun Jambu Biji, Mengusir Lemak Hingga Mencegah Kanker
Baca Juga: Selesai Jalani Persalinan Caesar? Ini Hal yang Perlu Diketahui Untuk Mencegah Infeksi C-Section
Selain itu, diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah tetapi diabetes tipe 2 dapat dicegah dengan perubahan gaya hidup sederhana.
Gejala diabetes tipe 1 berkembang secara tiba-tiba dan biasanya terlihat pada anak-anak atau remaja. Hal ini sering didiagnosis ketika orang mencari bantuan medis karena kenaikan kadar glukosa darah secara tiba-tiba.
Sedangkan gejala diabetes tipe 2 berkembang perlahan dan mungkin tidak diperhatikan selama bertahun-tahun.
Perlu diketahui, diabetes tipe 2 mempunyai gejala yang lambat. Diabetes tipe ini biasa menyerang orang-orang dengan obesitas, gangguan kulit (Acanthosis nigricans), terganggunya fungsi ovarium (Polycistic ovary syndrome), dan faktor keturunan.
Profesor Suastika merekomendasikan pola hidup sehat berupa olahraga, mengonsumsi makanan rendah gula, dan menjaga berat badan tetap seimbang, untuk mencegah diabetes.
"Jangan lupa perbanyak serat, berolahraga, dan istirahat," ujarnya.
Baca Juga: Dosis Obat, Hanya 13% Dari Resep Antibiotik Rawat Jalan yang Tepat, Studi
Baca Juga: 3 Tips Cara Menyuntikkan Insulin dengan Benar Bagi Penyandang Diabetes
Ia juga mengingatkan kepada masyarakat terhadap pentingnya mengetahui gejala klasik diabetes yang bisa didiagnosa dari awal oleh diri sendiri masing-masing.
Di antaranya seperti banyak minum-makan yang manis, banyak kencing dan juga berat badan yang turun secara drastis.
"Bagi diabetesi, penting untuk mengecek kadar gula darah secara rutin dan melakukan pencegahan, terlebih daat pandemi Covid-19 sekarang ini," jelasnya.
Baca Juga: Konsumsi Susu di Indonesia Paling Rendah di ASEAN, Padahal Bisa Bantu Cegah Stunting
Baca Juga: Belum Optimal dan Masih Jauh dari Target, WHO Acungi Jempol Program Vaksinasi Covid-19 di Indonesia
Baca Juga: Pertanyaan Awam, Perlukah Penyandang Diabetes Khawatir Setiap Terjadi Luka?
"Diabetes memang tidak bisa disembuhkan, tetapi manajemennya sangat perlu diperhatikan. Selain itu dukungan dari support system di sekitar diabetesi juga sangat dibutuhkan,” pungkas Profesor Suastika. (*)
#berantasstunting #hadapicorona #bijakGGL
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar