GridHEALTH.id - Platform informasi kesehatan, HonestDocs memaparkan hasil riset nasional yang bertujuan mengidentifikasi metode dan pola kontrasepsi terpopuler di Indonesia.
Penelitian ini melibatkan 13.506 responden dari berbagai usia, dengan proporsi responden wanita sebesar 51% dan pria 49%. Sebagian besar berasal dari usia subur, 25-34 tahun.
Dari penelitian tersebut, HonestDocs menemukan bahwa hanya sekitar 33% responden menggunakan alat kontrasepsi saat berhubungan seksual.
Dari sekian jenis alat kontrasepsi, riset HonestDocs menemukan bahwa mayoritas responden (63,2%) memilih kondom sebagai alat kontrasepsi utama.
Kondom memiliki tingkat efektivitas hingga 98% untuk pencegahan kehamilan dan menjadi satu-satunya alat kontrasepsi yang dapat mencegah penularan penyakit seksual. Kondom dipilih karena praktis, mudah ditemukan di toko, dan memiliki harga terjangkau.
Berdasarkan riset, kondom paling banyak digunakan oleh responden usia muda; 18-24 tahun (78 %) dan remaja 12-17 tahun (72%).
Baca Juga: 4 Pilihan Kontrasepsi Bagi Pria, Ternyata Kondom Paling Disuka
Baca Juga: 5 Aturan Minum Air Putih Wajib Dipatuhi, Jangan Sampai Dehidrasi
Alat Intrauterine Device (IUD) menjadi pilihan kedua responden (8,9%) dengan tingkat efektivitas yang hampir sempurna, yaitu 99,8%.
IUD adalah alat berbentuk huruf T yang dimasukkan ke dalam vagina untuk mencegah pembuahan. Sementara itu, pil KB yang memiliki tingkat efektivitas hingga 98% menjadi alat kontrasepsi ketiga yang paling populer di Indonesia (7,4%).
Anggota Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), dr Judi Januadi Endjun SpOG (K) mengatakan, waktu yang tepat untuk menggunakan IUD adalah saat tidak hamil, setelah 40 hari melahirkan, serta saat menstruasi.
Dijelaskan dokter Judi, 40 hari setelah melahirkan bisa jadi saat yang tepat pasang IUD karena rahim telah kembali ke ukuran normal. Tidak hanya itu, dengan keadaan rahim yang telah kembali normal bisa membuat IUD dipasang dalam posisi terbaik.
Sedangkan saat menstruasi, dikatakan keadaan rahim akan sedikit terbuka karena adanya darah haid. Di keadaan rahim sedikit terbuka iulah bisa disisipkan IUD.
Ada juga rumor yang menyatakan apabila pasang IUD saat menstruasi jadi momentum paling baik, salah satunya karena tidak sakit. Menanggapi hal ini, dokter klaim bahwa sakit atau tidaknya memasang IUD adalah relatif sesuai persepsi dari wanita yang akan menggunakan.
"Tapi selama tidak menstruasi, tidak hamil, IUD juga bisa dipasang. Kalau sakit atau tidak, itu relatif," katanya seperti dikutip dari Tabloid Nakita
Baca Juga: Lagi Tren Masker Sperma Untuk Atasi Jerawat, Padahal Ini Risikonya
Baca Juga: Solo Zona Hitam Virus Corona, 25 Calon Dokter Spesialis Isolasi Diri
Dokter Judi yang juga mantan pengasuh rubrik Tanya Jawab Kebidanan dan Kandungan di Tabloid Nakita mengatakan, pengguna IUD juga harus rajin melakukan kontrol setiap enam atau satu tahun sekali. Kontrol dilakukan untuk melihat posisi IUD, apakah terjadi pergeseran atau tidak, atau bahkan lepas.
Selain itu diimbau juga ganti IUD tergantung masa pakai. Ada yang masa pakai lima tahun dan ada pula yang delapan tahun.
"Penggantian IUD ini perlu dilakukan pasalnya lewat masa pakai, efektivitas IUD sudah tidak maksimal lagi," kata dia.
Dikutip dari laman BKKBN.go.id, tingkat efektivitas IUD ini sendiri mencapai 99,4% dan dapat membantu menjaga kehamilan sampai dengan 10 tahun.
IUD dapat menjadi pilihan yang tepat bagi mereka yang menginginkan metode nonhormonal dan aman pula bagi ibu yang sedang menyusui karena tidak akan mempengaruhi produksi serta kualitas ASI.
Beberapa keuntungan yang dapat dirasakan oleh pengguna IUD adalah kepraktisannya. Pengguna tidak perlu mengingat jadwal minum pil atau jadwal suntik.
Alat ini pun tidak mengganggu hubungan intim karena tidak akan tersentuh oleh alat reproduksi. Ukuran IUD sendiri sangat kecil, sekitar 3 cm, sehingga nyaman digunakan. Bahkan mereka yang menggunakan alat ini seperti tidak merasakan bahwa mereka sedang menggunakan alat kontrasepsi ini.
Baca Juga: Hasil Penelitian: Pare Efektif Jadi Obat Diabetes dan Hentikan Sel Kanker Payudara
Baca Juga: 3 Perawatan Wajah Bagi Si Malas Agar Kulit Tetap Sehat dan Cerah
IUD juga dikenal sebagai metode kontrasepsi yang ekonomis. Mereka yang menggunakannya hanya perlu melakukan pemeriksaan 1-6 bulan setelah pemasangan pertama dan dilanjutkan satu tahun sekali. Tetapi ada juga yang masa pakainya 5 tahun, bahkan 8 tahun.
IUD juga tidak mengganggu kesuburan rahim karena datang bulan akan tetap teratur. Jika pengguna ingin punya anak, mereka cukup melepaskan IUD.
Keuntungan lain yang dapat dirasakan pengguna IUD adalah tidak ada efek samping hormonal, tidak mengganggu laktasi atau menyusui, tidak berinteraksi dengan obat-obatan, dapat dipasangkan kembali setelah melahirkan atau keguguran, dan kesuburan cepat kembali setelah IUD dicabut atau dibuka.
Sementara itu, efek sampingnya setelah pemakaian IUD adalah perubahan siklus haid, haid yang lebih lama dan banyak, lebih sakit pada saat haid, tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS, dan tidak dapat mencegah kehamilan ektopik.
Secara umum, kebanyakan wanita boleh menggunakan IUD meskipun perokok berat, menyusui, gemuk atau kurus, mengidap diabetes, menderita penyakit liver, epilepsi, TBC (Bukan kandungan), varises, hipertensi, dan pascaoperasi seperti apendik, hamil di luar kandungan.
Meskipun demikian, tidak semua wanita dapat menggunakan ini. Ada beberapa kriteria wanita yang tidak diperbolehkan menggunakan IUD.
Baca Juga: Sering Buang Gas, Lakukan Hal Ini Agar Terhindar dari Perut Kembung
Baca Juga: Gemuk Pemicu Psoriasis, Turun Berat Badan Akan Perbaiki Kualitas Hidup
Antara lain wanita yang mempunyai infeksi pelvis, wanita yang sedang menderita penyakit hubungan seksual (PHS, AIDS, Gonore, Klamidia), wanita dengan banyak partner, wanita yang menderita kanker mulut rahim atau kanker alat reproduksi lainnya seperti ovarium dan endometrium, dan wanita yang menderita penyakit trofoblast seperti mola dan karsinoma. (*)
#berantasstunting #hadapicorona
Source | : | Tabloid Nakita,nakita.grid.id,Everyday Health,BKKBN |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar