GridHEALTH.id - Pendiri Kompas Gramedia sekaligus Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Oetama tutup usia pada Rabu, 9 September 2020 pukul 13:05 WIB di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading Jakarta dalam usia 88 tahun.
Almarhum disemayamkan di Kantor Kompas Gramedia Palmerah Selatan dan akan dihantarkan menuju tempat peristirahatan terakhir di Taman Makam Pahlawan Kalibata pada Kamis, 10 September 2020.
Jakob Oetama lahir di Borobudur, Magelang, 27 September 1931. Almarhum wafat di usianya yang memasuki 88 tahun). Jakob Oetama mengawali karirnya pertama kali menjadi seorang guru.
Namun, dia kemudian memilih jalan sebagai wartawan hingga kemudian mendirikan jaringan media terbesar, Kompas Gramedia bersama rekannya, PK Ojong.
Dalam keterangan di hadapan pers, Direktur RS Mitra Keluarga Kelapa Gading Ronald Reagan menjelaskan, sejak 22 Agustus lalu, Jakob dirawat di tempatnya berdinas.
"Pada saat awal masuk memang kondisinya kritis dan lemah. Pada saat itu sudah kami lakukan segala macam perawatan yang maksimal," kata Ronald dalam siaran langsung KompasTV di Jakarta, Rabu (9/9/2020).
Baca Juga: Uji Klinis Vaksin covid-19 Asal Inggris Ditunda Setelah Seorang Relawan Sakit Setelah Disuntik
Dokter RS Mitra Keluarga Kelapa Gading Felix Prabowo Salim menjelaskan, gejala medis Jakob ialah gangguan multiorgan yang memang banyak diderita lansia.
"Selain usia dan komorbid, faktor-faktor yang memperberat itu, akhirnya beliau mengalami perburukan," kata Felix.
Selama perawatan, lanjut Felix, sempat ada perbaikan kondisi Jakob. Namun berangsur terjadi penurunan kondisi kesehatan kembali.
"Selama perawatan sebenarnya sempat naik-turun. Selama perawatan hampir lebih dari dua minggu itu, sempat ada perbaikan, kemudian terjadi penurunan," tuturnya.
Mantan Direktur Komunikasi dan Hubungan Masyarakat Kompas-Gramedia, Dudi Soedibyo mengenang gaya hidup sehat Jakob Oetama yang salah satunya adalah selalu makan tepat waktu.
"Sepanjang saya bekerja dengan beliau, tidak pernah telat makan. Selalu on time. Makanya waktu rapat kami juga efisien, sebelum jam makan beliau kita harus selesai, atau rapat diadakan setelah jam makan.
Baca Juga: Waspadai Nyeri Kronik, Terlihat ‘Sepele’ Tapi Bisa Timbulkan Gangguan Jiwa
Baca Juga: Mengunyah Labu Siam Rebus Setiap Hari, Menjaga Tiroid Tetap Sehat
Itu juga selalu dipesankan beliau kepada kami, jangan sampai telat makan karena berisiko sakit, apalagi sebagai wartawan, kadang kami lembur sampai tengah malam," kata Dudi yang juga mantan editor foto Harian Kompas.
Dudi juga mengingat, menu yang tidak boleh ketinggalan dalam makanan Jakob Oetama adalah tahu dan tempe.
"Beberapa kali saya dipanggil untuk menemani beliau makan di ruangannya, selalu ada tahu dan tempe. Minumnya juga selalu air putih."
Salah satu menu yang juga tidak pernah ketinggalan menurut Dudi adalah hidangan penutup berupa puding susu tanpa gula yang disiapkan oleh sekretaris Jakob, yaitu Etty.
"Mbak Etty pernah bilang, puding ini enggak boleh ketinggalan. Maka selalu disiapkan sendiri oleh mbak Etty. Puding tanpa gula meski setahu saya pak Jakob tidak punya penyakit diabetes."
Sebelum sakit, menurut Dudi, Jakob Oetama sebenarnya juga termasuk pribadi yang aktif. "Kalau beliau ke suatu tempat, supirnya sering disuruh drop agak jauh. Lalu beliau akan berjalan kaki.
Sewaktu beliau jadi anggota DPR, itu juga sering jalan kaki ke Senayan (Gedung DPR). Pernah saya papasan dengan beliau saat berjalan, saya tawarkan untuk ikut bareng di mobil. Tapi beliau memilih tetap jalan kaki."
Dudi juga menyatakan salut, sampai sebelum sakitnya, Jakob Oetama tetap rajin menyambangi kantor meski tidak setiap hari. "Ini mungkin yang membuat beliau tetap aktif bergerak."
Baca Juga: Tanya Jawab Seputar Diet Rendah Kalori, Diet Paling Sehat Untuk Turunkan Berat Badan
Baca Juga: Dikenal Langsing, Ternyata Begini Cara Diet Wanita Perancis
Segala gaya hidup sehat yang dijalankan oleh Jakob Oetama, ditambah sikap selalu gembira, optimis, berusaha tidak menyakiti orang lain dan pemaaf inilah yang mungkin membuat dirinya panjang umur hingga akhirnya hari ini dipanggil pulang ke haribaanNya.
Semasa hidup, Jakob Oetama juga dikenal sebagai sosok sederhana yang selalu mengutamakan kejujuran, integritas, rasa syukur, dan humanisme.
Di mata karyawan, ia dipandang sebagai pimpinan yang ‘nguwongke’ dan tidak pernah menonjolkan status atau kedudukannya.
Almarhum berpegang teguh pada nilai Humanisme Transendental yang ditanamkannya sebagai fondasi Kompas Gramedia.
Idealisme dan falsafah hidupnya telah diterapkan dalam setiap sayap bisnis Kompas Gramedia yang mengarah pada satu tujuan utama, yaitu mencerdaskan kehidupan Bangsa Indonesia.
Baca Juga: Studi Terbaru; Isolasi Mandiri 14 Hari Tidak Cukup Untuk Hilangkan Virus Covid-19
Baca Juga: Penghasilan Menurun di Masa Pandemi Covid-19, Atur Ulang Keuangan Keluarga, Begini Kiatnya
Selamat jalan Bapak Jakob Oetama, karyamu dan warisan pelajaran kehidupanmu, akan selalu dikenang bangsa Indonesia. Rest in peace. (*)
#berantasstunting #hadapicorona
Source | : | Kompas TV,Siaran Pers |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar